Translate

Lakon Yudas Sebuah Refleksi

Lakon Yudas sebuah refleksi ~ Landasan firman Tuhan untuk tema lakon Yudas sebuah refleksi diambil dari Injil Matius 26:14-16. Secara lengkap kebenaran firman Tuhan tersebut saya lampirkan di bawah ini. Silahkan para pengunjung dan pembaca setia blog ini membaca dan mengikuti pembahasannya secara lengkap dibawah ini. 26:14 Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. 26:15 Ia berkata: “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. 26:16 Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus. Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberikan penegasan bahwa semua manusia melakukan kejahatan, hatinya condong untuk melakukan dosa semata-mata – Kejadian 6:5-6 : “6:5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, 6:6 maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya”. Selanjutnya, rasul Paulus menulis dalam suratnya kepada jemaat Tuhan yang ada di kota Roma, menulis : “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” – Roma 3:23.
Yudas adalah salah satu murid Tuhan Yesus yang dipanggil dan pilih langsung oleh Tuhan Yesus untuk menyaksikan dan melayani bersama-Nya. Kisah dan cerita tentang Yudas acap kali dibahas ketika gereja ada pada minggu-minggu sengsara dimana semua dipanggil dan terpanggil untuk mengingat, merenungkan dan merefleksikannya dalam hidup dan keseharian kita. Yudas namanya. Nama yg begitu indah memiliki arti “Allah dipuji”. Dalam tradisi Yahudi nama memiliki makna; nama menggambarkan ttg sifat dan karakter saat memberi nama anak yg dilahirkan. Tapi Yudas yang satu ini beda. Beda sifat dan karakter, tidak seindah namanya. Kini ia tampil sebagai seorang penghianat saat2 menjelang peristiwa salib. Penghianatannya bukan terhadap teman sesama murid tapi kini terhadap Gurunya; sang Guru yang memilih dan menjadikannya sebagai murid. Sosok yg tadinya mengesankan diri sebagai orang yg santun dan tenang, apalagi jika saat bertutur tapi sejatinya hati dan pikirannya penuh kelicikan. Kepura-puraan dan kemunafikan yg mewarnai kehidupannya kini. Sifat dan karakter aslinya semakin tampak. Ketika termasuk barisan murid, Yudas pasti dikasihi sang Guru, Yesus. Tapi demi ambisi pribadinya, kini ia melakukan penghianatan bermufakat jahat dengan mereka yg memusuhi Yesus. Lagi-lagi ia tampil bak seorang pahlawan yg mengesankan diri bahwa ia peduli dgn mereka yg tersisih dan tak berdaya (boleh dibaca :arus bawah). Sehingga dgn percaya diri, ia melakonkan sebuah pencitraan diri dgn ungkapan yg manis didengar tapi sebenarnya racun yg mematikan (band. Yoh.12:5-6; par.). Ia memposisikan diri sebagai social justice warrior tapi hanya sebatas lips service. Sebab hatinya penuh kebusukan seperti dinarasikan Matius pada ayat 16. Begitulah lakon Yudas. Ia mempertontonkan diri "orang baik" tapi sejatinya tidak lebih dari seorang penghianat. Merenungkan penderitaan Yesus, pada Minggu Sengsara ini maka perlu kita menyimak pula lakon Yudas agar tidak berulang pada kita. Menampilkan hidup dalam ketidakpura2an jauh bermartabat ketimbang lakon yg penuh dgn pencitraan diri. Dan, tentu yg tidak kalah pentingnya adalah hidup benar di hadapan Tuhan; ia haruslah menjadi tekad yg kuat dan itu harus dimulai dari sini dan kini. Selamat mempersiapkan diri memasuki Minggu Sengsara VII dan selamat berkontemplasi. Sumber : Disadur dan diedit seperlunya dari renungan Pdt. Dr Abdon Amtiran, M.Th

Post a Comment for "Lakon Yudas Sebuah Refleksi"