Translate

Makna Minggu Adven Keempat

Makna minggu adven empat ~ Kita bersyukur bahwa akhirnya kita tiba pada minggu adven yang keempat. Setelah tiga minggu berturut-turut kita merayakan adven dalam sorotan tema masing-masing minggu adven, yiatu minggu pertama kita bicara tentang pengharapan di masa pandemi Covid 19, minggu kedua kita bicara tentang kesetiaan dan cinta kasih di masa pandemi Covid 19, minggu ketiga kita bicara tentang kesukaan besar di masa pandemi Covid 19 dan minggu adven yang keempat/terakhir kita akan bicara tentang perdamaian di masa pandemi Covid 19. Di minggu adven yang terakhir ini kita dipanggil untuk mengenang, mengingat dan memberikan kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi sang pemilik hidup, penguasa alam semesta dan menikmati damai sejahtera-Nya di tengah pandemi Covid 19. Dokter Lukas menegaskan demikian : “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” – Lukas 2:14. Pada saat yang bersamaan, kita juga dipanggil untuk mengenang dan mengingat bahwa Allah yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya – 2 Korintus 5:18. Lilin yang keempat selalu disebut Lilin Para Malaikat yang menjadi simbol kebahagiaan, kesukacitaan dan kegembiraan menyambut lahirnya Sang Juruselamat yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka – Matius 1:21. Jadi, jangan lupan bersukacita, jangan lupa bersyukur dan jangan lupa bahagia sekalipun kita ada di tengah pandemi Covid 19. Mengapa? Karena Yesus sudah lahir di hati kita sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi kita. Kedamaian dari Sang Raja Damai “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang : Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” – Yesaya 9:5. Kata “Raja Damai” dalam bhs. Ibrani memakai kata “Shar Shalom” yang artinya : orang yang menyingkirkan semua pengganggu kedamaian dan menjamin kesejahteraan. Apa yang menjadi pengganggu kedamaian itu? Bagi bangsa Israel : bangsa Babel Bagi manusia : dosa dan iblis
Bila kita baca secara teliti Yesaya 9:5, maka gelar Raja Damai yang diberikan kepada Tuhan Yesus dipahami secara berbeda, yaitu : Bagi bangsa Israel : dipahami secara politik Bagi kita : dipahami secara rohani Apa yang dilakukan oleh Raja Damai itu? Raja Damai meniadakan penjajahan – “Sebab kuk yang menekannya dan gandar yang di atas bahunya serta tongkat si penindas telah Kaupatahkan seperti pada kekalahan Midian” – Yesaya 9:3. Perhatikan tiga kata yang memberika gambaran tentang penjajah sebagai pengganggu kedamaian : Kuk, Gandar, dan Tongkat. Ini menunjuk kepada adanya Tekanan, Pembatasan, dan Penindasan, yang dialami dan dipahami secara politis oleh bangsa Israel. Tetapi kita memahami dan mengerti bahwa Kuk, Gandar, dan Tongkat, atau Tekanan, Pembatasan dan Penindasan menunjuk kepada dominasi dosa atas hidup manusia dan ini menunjuk kepada hal rohani. Dosa sesungguhnya mengganggu dan meniadakan kedamaian dalam hidup manusia. Relasi dengan Allah terputus dan relasi dengan sesama serta alam semesta menjadi rusak. Dalam situasi dan kondisi semacam itu yang dibutuhkan ialah kedamaian dan seseorang yang sanggup menghadirkan kedamaian tersebut. Yahweh Elohim TUHAN Allah menjawab kebutuhan tersebut secara utuh dan holistik. Yesaya tegaskan secara profetik, “Seorang anak telah lahir untuk kita, ... namanya disebutkan orang : ..., Raja Damai. Sang Raja Damai dalam Kuasa, Otoritas, dan Kedaulatan-Nya yang sempurna mengalahkan segala bentuk penjajahan yang tidak bisa dikalahkan oleh kekuatan militer apapun yaitu DOSA. Hal ini terkonfirmasi dalam Injil Yohanes 8:36 : “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka”. Lalu menjamin dan memastikan adanya DAMAI SEJAHTERA. Hal ini terkonfirmasi juga dalam Injil Yohanes 14:27 : “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah hatimu”. Raja Damai meniadakan peperangan – “Sebab setiap sepatu tentara yang berderap-derap dan setiap jubah yang berlumuran darah akan menjadi umpan api” – Yesaya 9:4. Sang Raja Damai menentang dan melarang semua bentuk penindasan dan kekerasan fisik – “Tetapi Aku berkata kepadamu : Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” – Matius 5:44. Terkonfirmasi lagi saat Yesus disalibkan : “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” – Lukas 23:34. Sang Raja Damai memastikan bahwa di masa depan tidak akan ada lagi tangisan dan penderitaan – “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” – Wahyu 21:4. Raja Damai meniadakan ketidakadilan dan ketidakbenaran – “Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan, ... karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya” – Yesaya 9:6. Sang Raja Damai menggantikan ketidak-adilan dengan keadilan dan ketidak-benaran dengan kebenaran. Jadi, keadilan dan kebenaran menjadi ciri utama pemerintahan Sang Shar Shalom atau Sang Raja Damai. Terkonfirmasi dalam Yesaya 32:17 : “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya”. Natal identik dengan kedamaian. Natal memang berbicara tentang kedamaian, baik secara vertikal (orang berdosa dengan Allah) maupun horizontal (antar sesama manusia). Allah menghendaki keharmonisan di seluruh muka bumi. Ini baru bisa dicapai apabila ada keharmonisan antara sorga dan bumi, seperti yang diserukan oleh para malaikat “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2:14). Tatkala manusia memberikan kemuliaan kepada Allah, maka kedamaian pun akan dicurahkan di atas bumi. Tatkala manusia menyadari siapa diri mereka sebagai ciptaan dan siapa diri Allah sebagai Pencipta, maka keharmonisan akan menjadi bagian manusia di muka bumi. Semua kedamaian harus dimulai dari pemulihan relasi antara Allah dan manusia, antara surga dan bumi. Kedamaian secara horizontal akan tercipta apabila manusia meneladani Sang Raja Damai. Ia tidak mengeksploitasi kekuatan dan kekuasaan-Nya. Ia rela menanggung penderitaan demi kedamaian. Ia tidak segan-segan mengambil kesalahan orang lain dan menaruhnya di atas bahu-Nya. Kehinaan ditanggung-Nya dan Kesalahpahaman diterima-Nya. Semua dilakukan demi kedamaian. Kiranya Tuhan Yesus menlong kita untuk menjadi pembawa damai bagi sesama dan dunia. Amin.

Post a Comment for "Makna Minggu Adven Keempat"