Sikap Kita Terhadap Pandemi Covid 19
Sikap kita terhadap pandemi Covid 19 ~ Landasan firman Tuhan untuk tema sikap kita terhadap pandemi Covid 19 diambil dari Filipi 4:10-13. Sebagian besar manusia tidak suka mendengar kata “kekurangan”, apalagi mengalaminya. Orang tidak suka mendapat masalah atau situasi-situasi yang sulit. Sesungguhnya hal tersebut merupakan bagian integral dalam hidup manusia.
Sebagai Hamba Tuhan sudah dipastikan banyak pengumulan baik dalam pelayanan, keluarga dan pribadi. Contohnya: membuka POS PI dan mengembangkan pelayanan, biaya makan, listrik, transportasi, kuliah, membeli buku, uang sumbangan, dan banyak tuntutan lainnya. Khususnya di masa pandemik yang melanda dunia ini, dimana sangat berpengaruh pada segala aspek hidup manusia.
Bukan masalah yang lalu, sekarang dan yang akan datang yang menghalangi kita- yang terpenting, tetapi bagaimana sikap kita dalam menghadapi semuanya itu, itulah yang terutama. Sikap kita dalam meghadapi masalah.
I. Berharap pada Tuhan (ayat 10) bukan berharap pada manusia.Paulus senang atas perhatian jemaat bertumbuh kembali. Jemaat memberi saat Paulus kekurangan. Paulus berterima kasih, bahkan ia mengirim Efafroditus untuk menyampaikan rasa terima kasihnya, yang penting bagi Paulus adalah (baca ayat 17) buah pemberian itu dan jemaat mendapat berkat rohani dalam memberi.
Kesaksian: ketika saya sampai di Yogya untuk studi lanjut. Saya masih memiliki uang beberapa ratus ribu rupiah, beberapa hari kemudian saya membeli meja, kursi dan perlengkapan lain juga mendaftar ulang.
Sebulan kemudian uang habis, satu, dua hari tidak makan. Hari ke tiga saya semakin gelisah berharap kiriman datang. Andalan saya adalah orang tua dan teman dari Medan. Akhirnya saya tulis surat. Seminggu tidak makan, sulit saya terima karna belum pernah mengalami hal demikian sebelumnya.
Dalam Yesaya 2:22 dikatakan: Jangan berharap kepada manusia sebab ia tidak lebih dari pada hembusan nafas. Yeremia 17:5 terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, ayat 7 diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan.
Restatement: mungkin keluarga tidak mendukung dan saudara tidak perduli. Tetaplah berharap kepada Tuhan Yesus. Di dalam Dia segala sesuatu itu pasti. Marilah kita terus mengalami semua yang pasti yang datangnya dari Tuhan.
Belajar mencukupkan diri (ayat 1-12)
Hal ini memang tidak mudah, kecenderungan manusia adalah kurang puas atas keadaan dan ingin mendapatkan yang lebih, sudah dapat lima maunya enam, sudah ada sepeda mau sepeda motor, maunya mobil, maunya pesawat dll.
1. Kekurangan dan kelimpahan, kelaparan dan kenyang.
Dalam kelimpahan tidak sulit mencukupkan kebutuhan, bisa membeli yang diperlukan apalagi kebutuhan yang mendesak. Bisa terpenuhi semuanya bahkan bisa investasi. Tapi ketika kebutuhan pokok tak terpenuhi, terpaksa puasa atau puasa karena terpaksa. Akhirnya menggerutu, bersungut-sungut dan berkata: wah bagaimana ini? Mengapa begini?
2. Istilah dalam ekonomi ada permintaan dan penawaran, dimana semakin banyak uang, permintaan semakin tinggi pula. Istilah lain adalah dengan modal yang sekeci-kecilnya mendapat laba yang sebesar-besarnya. Semestinya uang yang sedikit dapat digunakan untuk perkara-perkara yang kekal.
III. Menanggungnya dengan kekuatan dari Tuhan (ayat 13).
Ayat ini menjelaskan segala sesuatu, ini baru satu yaitu kekurangan. Setiap situasi kita dapat hadapi sebab Tuhan memberikan kekuatan, kita harus aktif didalamnya. Kekuatan kita adalah Tuhan kita mempunyai otoritas. Di dalam 1 Korintus 10:13 berbunyi: Pencobaan-pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa, tidak melebihi kekuatan kita.
Restatement: jangan andalkan diri sendiri, jangan lari dari masalah, jangan menyerah. Majulah, pantang mundur, yakinlah Tuhan memberikan kekuatan dan Dia sumber kekuatan kita.
Keluarga Elimelek pergi ke Moab sebab ada kelaparan di Israel. Di Moab mereka tinggal sebagai orang asing. Elimelek mati. Mahlon dan Kilion mengambil istri dari bangsa Moab yaitu Orpa dan Rut. Kira-kira sepuluh tahun Mahlon dan Kilion mati juga. Tinggallah Naomi dan kedua menantunya. Naomi mengalami kesedihan yang sangat karena lari dari kenyataan.
Penutup:
Apa yang saudara dan saya alami saat ini? Masalah uang, masalah kesehatan, masalah teman hidup, banyak tuntutan, banyak kerinduan, bahkan sudah lama digumulkan. Segala masalah yang sedang kita hadapi, kita tetap berharap pada Tuhan, mencukupkan diri dan menanggungnya bersama dengan Yesus. Yes, kita menang. Amin
Sumber : Pdt. Berta Br. Tarigan, SE, ThM
Post a Comment for "Sikap Kita Terhadap Pandemi Covid 19"