Ketika Melampaui Kekuatan Kita
Ketika melampaui kekuatan kita ~ "Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati...( 2 Korintus 1:8-9)
Ada sebuah mitos di dalam kekristenan yang kerap kali kita dengar atau mungkin kita pernah mengatakan kepada diri kita: ”Tuhan tidak pernah memberikan beban cobaan yang melampaui kekuatanku untuk menanggungnya.” Beberapa orang mengira pernyataan ini ada di Alkitab. Tetapi ijinkan saya menghapus prasangka mitos itu, melalui ayat renungan yang kita sudah baca di awal tulisan ini.
Rasul Paulus yang menulis surat ini kepada jemaat di Korintus, - bersama dengan rekan sepelayanannya, Timotius - tengah menghadapi penderitaan dan kesengsaraan yang begitu sulit dalam pelayanan mereka di wilayah Asia Kecil. Berulang-ulang dia menuliskan kata “penderitaan,” “kesengsaraan,” “putus asa” bahkan “kematian.” Kondisi yang mereka hadapi ini bahkan sudah menjadi beban yang begitu besar, begitu berat sehingga menimbulkan keputusasaan dan serasa menerima hukuman mati. Dengan kata lain, keadaan yang mereka hadapi sudah melampaui batas kekuatan mereka untuk menanggungnya. (2 Korintus 1:8).
Kalau ada orang yang pernah mengalami keadaan yang putus asa, karena kekurangan, masalah kesehatan, krisis hubungan, tekanan psikologis, sosiologis dan ekonomi, maka Rasul Pauluslah orangnya. Bahkan dia mengalami semuanya ini tatkala ia sedang melakukan kehendak Tuhan dan mentaati Firman Tuhan dalam hidupnya. Akan tetapi, jalan yang dia ikuti ini menuntunnya kepada penderitaan dan kesengsaraan.
Bila kita tengah mengalami perasaan seperti yang dirasakan Rasul Paulus, maka kabar baiknya adalah kita tidak sendirian. Dia melayani Tuhan, membayar harga seluruhnya dan rela meninggalkan kenyamanan hidupnya, tetapi tetap mengalami kesengsaraan. Ini mengingatkan kita semua bahwa hidup dalam pelayanan kita kepada Sang Raja, tidak serta merta menjamin kita terbebas dari kesulitan, kesengsaraan dan pengorbanan.
Ada sebuah prinsip teologis sepanjang masa yang mengatakan: “Pandangan menentukan hasil akhir (Outlook determines Outcome). Bagaimana Rasul Paulus memandang keadaan sengsaranya dengan Pandangan Allah? Pandangan Paulus tentang kesengsaraannya ini menentukan akhir kehidupannya yang memuliakan Tuhan dan membawa dampak pada dunia sampai sekarang ini.
Allah seringkali mengijinkan keadaan yang menimbulkan keputusasaan terjadi kepada kita untuk mengarahkan fokus kita kembali kepada-Nya. Rasul Paulus memberikan prinsip kunci ini, saat ia menulis, “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati... kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami…” (2 Korintus 1:9,10).
Tuhan mengijinkan Rasul Paulus mengalami semua ini untuk memperdalam keimanannya kepada Tuhan yang ia layani. Kesengsaraan menyadarkannya bahwa semua pencapaian intelektualnya, kemampuan dan koneksi yang dia miliki, tidak dapat menolong dan melepaskannya dari kondisi yang dia alami ini.
Tetepi ketika fokus dan pengharapan nya hanya kepada Allah,Dia memberik kekuatan dan penghiburan untuk dapat melewati itu semua.
Doa :
Bapa,ajar kami untuk senantiasa menaruh percaya dan pengharapan kami hanya kepada mu,agar kekuatan dan penghiburan senantiasa melimpah dalam kehidupan kami.
Pdt. Daniel S.W
Post a Comment for "Ketika Melampaui Kekuatan Kita"