Kristus Sebagai Pengantara Kita
Kristus sebagai pengantara kita ~ Landasan firman Tuhan untuk tema Kristus sebagai pengantara kita, diambil dari surat Ibrani 8:1-13. Dalam perikop ini, Rasul Paulus menggambarkan dan menegaskan perihal keunggulan imamat Kristus yang melebihi imamat Harun, berdasarkan keagungan perjanjian itu atau penyelenggaraan perjanjian kasih karunia dengan Kristus sebagai Pengantaranya (ay. Ibrani 8:6).
Pelayanan-Nya lebih agung, karena betapa besarnya Ia menjadi Pengantara dari sebuah perjanjian yang lebih baik. Jiwa raga semua keilahian (seperti yang diamati sejumlah orang) sangat bergantung pada cara membedakan kedua perjanjian itu dengan tepat, yaitu perjanjian perbuatan dan perjanjian kasih karunia, dan di antara kedua penyelenggaraan perjanjian kasih karunia, yang berada di bawah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Sekarang amatilah,
Satu, apa yang di sini dikatakan perihal Perjanjian Lama, atau lebih tepat, penyelenggaraan perjanjian kasih karunia yang lama. Mengenai hal ini dikatakan:
1. Bahwa perjanjian itu dibuat dengan para bapa leluhur bangsa Yahudi di gunung Sinai (ay. 9).
Musa merupakan pengantara dari perjanjian itu, ketika Allah memegang tangan mereka dan mengantar mereka keluar dari negeri Mesir. Hal ini menyiratkan kasih sayang dan sikap merendah yang besar serta pemeliharaan Allah yang lembut terhadap mereka.
2. Bahwa perjanjian ini tidak bercacat (ay. 7-8).
Ini merupakan masa penyelenggaraan yang penuh kegelapan dan ketakutan, yang cenderung memperhambakan orang, serta sekadar merupakan pengarahan seorang guru untuk membawa kita kepada Kristus. Perjanjian Lama ini memang sempurna dan sesuai untuk memenuhi tujuan akhirnya, tetapi sangat tidak sempurna apabila dibandingkan dengan Injil.
3. Bahwa Perjanjian Lama tidak pasti ataupun tetap. Sebab orang Yahudi tidak setia kepada perjanjian itu, dan Tuhan menolak mereka (ay. 9).
Mereka bersikap tidak tahu terima kasih terhadap Allah mereka dan jahat terhadap sesamanya, sehingga Allah tidak senang dengan mereka. Allah akan berkenan kepada mereka yang tetap setia kepada perjanjianNya, tetapi Ia akan menolak mereka yang membuang kuk-Nya dari diri mereka.
4. Bahwa perjanjian itu sudah usang, menjadi tua, dan mendekati kemusnahan (ay. 13). Perjanjian ini menjadi kuno, dibatalkan, ketinggalan zaman, dan tidak berguna lagi dalam masa Injil, seperti lilin yang tidak ada gunanya saat matahari muncul.
Ada yang beranggapan bahwa perjanjian yang khusus itu belum usang sama sekali hingga penghancuran Yerusalem, meskipun telah dihapuskan pada saat kematian Kristus. Perjanjian itu menjadi tua, dan sekarang telah hampir lenyap dan mendekati kemusnahan, bersama dengan lenyapnya imamat Lewi.
Dua, apa yang di sini dikatakan perihal penyelenggaraan Perjanjian Baru, untuk membuktikan keunggulan mutlak pelayanan Kristus. Dikatakan:
1. Bahwa ini adalah perjanjian yang lebih baik (ay. 6), suatu penyelenggaraan dan pengungkapan kasih karunia Allah kepada orang berdosa yang lebih jelas dan nyaman, sekaligus membawa terang kudus serta kemerdekaan bagi jiwa.
Perjanjian ini tidak bercela dan tertib dalam segala hal. Untuk menjalankannya, perjanjian ini tidak mensyaratkan apa pun selain apa yang dijanjikan, yakni kasih karunia. Perjanjian ini menerima ketulusan ilahi, yang dianggap sebagai kesempurnaan Injil. Setiap pelanggaran tidak mengeluarkan kita dari perjanjian. Semuanya diletakkan ke dalam tangan yang baik dan aman.
2. Bahwa perjanjian itu dikukuhkan di atas janji-janji yang lebih baik, lebih jelas dan langsung, lebih rohani, serta lebih mutlak. Janji-janji berkat rohani dan kekal di dalam perjanjian ini benar-benar positif dan mutlak.
Janji-janji yang memberikan berkat-berkat yang sementara sifatnya merupakan ketentuan yang bijaksana dan baik, sejauh hal itu demi kemuliaan Allah dan kebaikan umat-Nya. Tetapi perjanjian ini mengandung janji-janji untuk menyertai kita dalam melaksanakan tugas dan memastikan kita diterima.
Perjanjian ini juga berisi janji-janji untuk membantu kita terus maju dan bertekun dalam kasih karunia dan kekudusan, dan menjanjikan sukacita dan kemuliaan di sorga, yang sebelumnya hanya menjadi bayang-bayang yang tidak begitu jelas selama masa janji-janji di negeri Kanaan, yang merupakan perlambang dari sorga.
3. Ini merupakan perjanjian yang baru, yaitu perjanjian baru yang sejak dahulu dinyatakan Allah akan dibuat-Nya dengan kaum Israel, yakni seluruh bangsa Israel milik Allah. Hal ini dijanjikan di dalam Yeremia 31:31-32, dan digenapi di dalam Kristus. Ini akan senantiasa merupakan perjanjian yang baru, dan di dalamnya, semua orang yang benar-benar berpegang padanya akan senantiasa dilindungi oleh kuasa Allah. Ini adalah perjanjian Allah.
Belas kasihan, kasih, dan kasih karuniaNya menggerakkannya. Hikmat-Nya merencanakannya. PutraNya telah menebusnya. Roh-Nya membawa jiwa-jiwa ke dalamnya, dan membangun mereka di dalamnya.
4. Butir-butir perjanjian ini sangatlah luar biasa, yang dimeteraikan di antara Allah dan umat-Nya melalui baptisan dan perjamuan Tuhan. Dengan hal-hal ini mereka mengikat diri dari pihak mereka, dan Allah meyakinkan mereka bahwa Ia akan melakukan bagian-Nya yang merupakan bagian utama dan paling penting, yang atas dasar itu, umat-Nya bergantung untuk memperoleh kasih karunia serta kekuatan untuk melaksanakan bagian mereka. Di sini:
(1) Allah mengadakan perjanjian dengan umat-Nya, bahwa Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka (ay. 10). Dahulu Ia pernah menuliskan hukum-hukum-Nya bagi mereka, dan sekarang Ia akan menuliskan hukum-hukum-Nya di dalam hati mereka.
Artinya, Ia akan memberi mereka pengertian supaya dapat mengenal dan memercayai hukum-Nya. Ia akan memberi mereka ingatan untuk menyimpan hukum-hukum itu. Ia akan memberi mereka hati untuk mencintai hukum-hukum-Nya serta akal budi untuk mengenalinya.
Ia akan memberi mereka keberanian untuk mengakui hukum-hukum itu dan kekuatan untuk melaksanakannya. Seluruh kebiasaan dan dasar jiwa mereka akan menjadi loh batu dan tulisan dari hukum Allah.
Inilah dasar dari perjanjian itu, dan ketika ditetapkan, tugas haruslah dilaksanakan dengan bijaksana, sungguh hati, sigap, mudah, penuh kebulatan hati, terus-menerus, dan dengan nyaman.
(2) Ia mengadakan perjanjian dengan mereka untuk membawa mereka memasuki hubungan yang dekat dan sangat terhormat dengan diri-Nya.
a) Ia akan menjadi Allah bagi mereka. Artinya, Ia akan menjadi segalanya bagi mereka, melakukan semuanya bagi mereka sesuai yang mampu dilakukan-Nya sebagai Allah. Seribu kitab pun tidak akan mampu menyamai apa yang bisa dirangkum dalam beberapa kata berikut: Aku akan menjadi Allah mereka.
b) Bagi-Nya, mereka akan menjadi umat untuk mengasihi, menghormati, menuruti, dan menaati-Nya dalam segala hal, dengan mematuhi peringatan-peringatan-Nya, menyesuaikan diri dengan perintah-perintah-Nya, berperilaku sesuai pemeliharaan-Nya, mencontoh teladan-Nya, dan merasa puas dengan perkenan-Nya.
Inilah yang harus dan akan dilakukan orang-orang yang menerima Allah sebagai Allah mereka. Inilah yang wajib mereka lakukan sebagai bagian dari perjanjian itu. Inilah yang akan mereka lakukan, sebab Allah akan memampukan mereka melakukannya, sebagai bukti bahwa Dia adalah Allah mereka dan mereka adalah umat-Nya.
Sebab, Allah sendirilah yang mula-mula menjalin hubungan itu, kemudian mengisinya dengan kasih karunia yang sesuai dan cukup, serta menolong mereka dalam langkah mereka untuk mengisi hubungan itu dengan kasih dan kewajiban. Dengan demikian Allah terlibat dalam semuanya itu baik bagi diri-Nya sendiri maupun bagi mereka.
(3) Ia mengadakan perjanjian dengan mereka supaya mereka bisa lebih mengenal Allah mereka (ay. 11): mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, mengenal Aku sedemikian rupa hingga yang seorang tidak perlu lagi mengajarkan yang lain tentang Allah. Amatilah di sini:
a) Karena kebutuhan akan pengajaran yang lebih baik, orang harus saling mengajari untuk bisa mengenal Tuhan, sejauh mereka memiliki kemampuan dan kesempatan untuk itu.
b) Pengajaran secara pribadi ini tidak akan begitu diperlukan lagi di bawah Perjanjian Baru, seperti yang terjadi saat masih di bawah Perjanjian Lama. Penyelenggaraan Perjanjian lama itu masih kabur, gelap, berupa upa cara, dan kurang dimengerti. Para imam mereka jarang berkhotbah dan hanya sedikit yang melakukannya. Roh Allah hanya sesekali turun kepada mereka.
Namun, di bawah aturan yang baru, akan terdapat sangat banyak pengkhotbah umum yang memenuhi syarat untuk memberitakan Injil, dan juga akan ada banyak orang yang ditetapkan jemaat untuk menyampaikan berbagai ketetapan.
Orang datang berbondong-bondong kepada mereka bagaikan burung merpati pulang ke sarang mereka. Roh Allah akan dicurahkan dengan melimpah untuk membuat pelayanan Injil berhasil, sehingga penyebaran pengetahuan tentang ajaran Kristen dalam diri orang-orang dari berbagai kalangan, baik laki-laki maupun perempuan dari segala usia, akan sangat meningkat.
Oh, kiranya janji ini tergenapi pada masa sekarang ini. Kiranya tangan Allah menyertai para pelayan-Nya, supaya banyak orang boleh percaya dan dibawa kepada Tuhan!
(4) Allah mengadakan perjanjian dengan mereka perihal pengampunan dosa-dosa mereka, seperti yang senantiasa menyertai pengenalan yang sejati tentang Allah (ay. 12): Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka. Amatilah:
a) Betapa pengampunan ini diberikan dengan cuma-cuma.
Pengampunan ini tidak dihasilkan oleh kebaikan manusia, tetapi oleh belas kasihan Allah. Ia mengampuni demi kebaikan nama-Nya sendiri.
b) Betapa sempurnanya pengampunan ini. Pengampunan ini menghapus ketidakjujuran, dosa-dosa, dan kejahatan mereka. Mencakup segala jenis dosa, dosa-dosa yang sangat menyakitkan hati.
c) Betapa pastinya pengampunan ini. Pengampunan ini begitu tidak dapat diubah dan pasti hingga Allah tidak akan mengingat dosa-dosa mereka lagi. Ia tidak akan menarik kembali pengampunan-Nya. Ia tidak saja akan mengampuni dosa-dosa mereka, tetapi melupakannya juga, dan memperlakukan mereka seolah-olah Ia telah melupakan dosa-dosa mereka.
Belas kasihan yang mengampuni ini terkait dengan semua belas kasihan rohani lainnya. Dosa yang belum diampuni mencegah belas kasihan dan menjatuhkan penghukuman. Sebaliknya, pengampunan dosa mencegah penghukuman dan membuka lebar pintu menuju semua berkat rohani.
Ini merupakan hasil yang diakibatkan oleh belas kasihan yang sudah ada sejak kekekalan, dan jaminan akan belas kasihan-Nya yang berlangsung selamanya. Inilah keunggulan dari penyelenggaraan yang baru itu, dan inilah semua butir-butir perjanjian yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu kita tidak mempunyai alasan untuk mengeluh, malah justru harus bersukacita karena peraturan yang lama telah menjadi usang dan musnah.
Post a Comment for "Kristus Sebagai Pengantara Kita"