3 Cara Mentoring Hati Bapa
Mengenal hati Bapa ~ Landasan firman Tuhan untuk tema mengenal hati Bapa, diambil dari Injil Yohanes 21:15-17. Mengkaitkan banyaknya prilaku korup, kerusuhan dan kekerasan di masyarakat kita (yg makin tidak etis dan tidak toleran), maka wajarlah jika kita bertanya: Apakah ini ada hubungannya dengan kealpaan mentoring nilai moral dalam keluarga dan ajaran agama yang keliru?
Jawabnya: Ya, pasti ada! Sebab ditengah tuntutan hidup yang serba cepat dan keras ini, orang tua bisa dikatakan tak mempunyai waktu dan wawasan yang cukup untuk mendampingi pertumbuhan anak anaknya. Sementara lembaga agama malah sibuk bermain di dunia politik mengejar kekuasaan dan kebesaran nama nya sendiri sendiri.
Padahal anak-anak (yang oleh Tuhan Yesus disebut sebagai yang empunya Kerajaan Allah) sangat membutuhkan pendampingan 3 G (Guide, Guard dan Govern) dari orang tuanya, dan mentoring dari komunitas sudah mengalami hidup baru.
Menyadari hal tersebut, kita sebagai umat percaya (bukan sekedar umat agama) tidakkah hati kita tergerak oleh belas kasihan, sebab mereka seperti domba tanpa gembala? (Matius 9:36).
Sayangnya, banyak Gereja (malah) masih sibuk dengan aneka urusan internal yang menghabiskan energi dan dana untuk mengoreksi hal-hal minor soal tata dekorasi mimbar, liturgi, pakaian liturgi, jenis lagu-lagu, skala honorarium, siapa harus duduk dimana, siapa memimpin siapa, usaha apa yang bisa meningkatkan keuangan gereja? dll...dll.
Pendek kata, kita akhirnya sibuk dan jatuh pada upaya mengelola Gereja seperti dunia usaha atau cafe yang resah menanti pengunjungnya. Tentu ada banyak alasan untuk menata ini dan itu sebagai upaya penggembalaan. Yes !! Itu bisa dipahami.
Tetapi perintah utama Tuhan buat GerejaNya sudah jelas, yakni : "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20)
Kalau toh harus dikatakan bahwa kita harus menggembalakan umat (juga), maka upaya penataan dan penggembalaan umat harus fokus kepada orang, pada jiwa-jiwa yang rentan dan membutuhkan pendampingan, bukan upaya mencari nama seperti saat manusia membangun menara Babel-nya.
Nah, minimal ada 3 mentoring hati BAPA yang perlu dikerjakan oleh Gereja kepada generasi muda (baik di dalam maupun diluar) Gereja.
Satu, GUIDE (membimbing).
Johnny Fontane mengatakan: "menjadi bapa berarti berusaha untuk selalu berada disekitar kehidupan anak-anaknya. Ketidakhadiran seorang bapa membuat anak-anak menjadi peka, perasa, pemarah, mudah frustasi dan menjadi introvert, over posesif dan sering membuat masalah."
Dua, GUARD (menjaga)
Tracie Afifi mengatakan: "seorang anak yang mengingat pernah dipukul, ditampar, dan mengalami hukuman dan kekerasan verbal dan fisik pada masa kanak-kanak cenderung di diagnosis mengelami kecemasan, stress dan depresi."
Bapa adalah pelindung, penjaga yang membangkitkan rasa aman, bukan bapa yang garang dengan cambuk dan hukuman. Ingat disiplin anak tidak dibentuk dari rasa takut, tapi dari kesadaran yang keluar dari dekapan kasih sayang.
Tiga, GOVERN (memerintah)
Ita D Azly mengatakan; "seorang anak akan meniru dan mencontoh perilaku orang-orang terdekatnya. Pendidikan hidup tanpa keteladanan adalah tidak realistis. Ajaran agama tanpa kasih akan mencetak pengikut yang extremis. Ya, keteladanan dan kasih adalah cara yang paling tepat untuk mengatur (govern) anak-anak kita.
Nah, jika peran dan hati BAPA dikerjakan oleh kita sebagai orang tua dan Gereja untuk menggembalakan umatnya dalam konsep Guide, Guard dan Govern, maka kita akan melihat masa depan keluarga, gereja dan bangsa akan menjadi lebih sehat dan baik.
Tetapi jika panggilan ini diabaikan maka anak-anak pewaris iman dan keselamatan akan direbut oleh orang lain (baca kelompok yang akan memanipulasi emosi atas nama harga diri dan religi).
Anak-anak akan bertumbuh dalam kerentanan jiwa yang mudah tersulut dengan kegalauan dan kekerasan baik pada diri sendiri maupun lingkungannya (yang dianggap musuhnya). Rohnya menjadi begitu ringkih, jiwanya rantas dan fisiknya amburadul.
Jawabnya: Ya, pasti ada! Sebab ditengah tuntutan hidup yang serba cepat dan keras ini, orang tua bisa dikatakan tak mempunyai waktu dan wawasan yang cukup untuk mendampingi pertumbuhan anak anaknya. Sementara lembaga agama malah sibuk bermain di dunia politik mengejar kekuasaan dan kebesaran nama nya sendiri sendiri.
Padahal anak-anak (yang oleh Tuhan Yesus disebut sebagai yang empunya Kerajaan Allah) sangat membutuhkan pendampingan 3 G (Guide, Guard dan Govern) dari orang tuanya, dan mentoring dari komunitas sudah mengalami hidup baru.
Menyadari hal tersebut, kita sebagai umat percaya (bukan sekedar umat agama) tidakkah hati kita tergerak oleh belas kasihan, sebab mereka seperti domba tanpa gembala? (Matius 9:36).
Sayangnya, banyak Gereja (malah) masih sibuk dengan aneka urusan internal yang menghabiskan energi dan dana untuk mengoreksi hal-hal minor soal tata dekorasi mimbar, liturgi, pakaian liturgi, jenis lagu-lagu, skala honorarium, siapa harus duduk dimana, siapa memimpin siapa, usaha apa yang bisa meningkatkan keuangan gereja? dll...dll.
Pendek kata, kita akhirnya sibuk dan jatuh pada upaya mengelola Gereja seperti dunia usaha atau cafe yang resah menanti pengunjungnya. Tentu ada banyak alasan untuk menata ini dan itu sebagai upaya penggembalaan. Yes !! Itu bisa dipahami.
Tetapi perintah utama Tuhan buat GerejaNya sudah jelas, yakni : "pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20)
Kalau toh harus dikatakan bahwa kita harus menggembalakan umat (juga), maka upaya penataan dan penggembalaan umat harus fokus kepada orang, pada jiwa-jiwa yang rentan dan membutuhkan pendampingan, bukan upaya mencari nama seperti saat manusia membangun menara Babel-nya.
Nah, minimal ada 3 mentoring hati BAPA yang perlu dikerjakan oleh Gereja kepada generasi muda (baik di dalam maupun diluar) Gereja.
Satu, GUIDE (membimbing).
Johnny Fontane mengatakan: "menjadi bapa berarti berusaha untuk selalu berada disekitar kehidupan anak-anaknya. Ketidakhadiran seorang bapa membuat anak-anak menjadi peka, perasa, pemarah, mudah frustasi dan menjadi introvert, over posesif dan sering membuat masalah."
Dua, GUARD (menjaga)
Tracie Afifi mengatakan: "seorang anak yang mengingat pernah dipukul, ditampar, dan mengalami hukuman dan kekerasan verbal dan fisik pada masa kanak-kanak cenderung di diagnosis mengelami kecemasan, stress dan depresi."
Bapa adalah pelindung, penjaga yang membangkitkan rasa aman, bukan bapa yang garang dengan cambuk dan hukuman. Ingat disiplin anak tidak dibentuk dari rasa takut, tapi dari kesadaran yang keluar dari dekapan kasih sayang.
Tiga, GOVERN (memerintah)
Ita D Azly mengatakan; "seorang anak akan meniru dan mencontoh perilaku orang-orang terdekatnya. Pendidikan hidup tanpa keteladanan adalah tidak realistis. Ajaran agama tanpa kasih akan mencetak pengikut yang extremis. Ya, keteladanan dan kasih adalah cara yang paling tepat untuk mengatur (govern) anak-anak kita.
Nah, jika peran dan hati BAPA dikerjakan oleh kita sebagai orang tua dan Gereja untuk menggembalakan umatnya dalam konsep Guide, Guard dan Govern, maka kita akan melihat masa depan keluarga, gereja dan bangsa akan menjadi lebih sehat dan baik.
Tetapi jika panggilan ini diabaikan maka anak-anak pewaris iman dan keselamatan akan direbut oleh orang lain (baca kelompok yang akan memanipulasi emosi atas nama harga diri dan religi).
Anak-anak akan bertumbuh dalam kerentanan jiwa yang mudah tersulut dengan kegalauan dan kekerasan baik pada diri sendiri maupun lingkungannya (yang dianggap musuhnya). Rohnya menjadi begitu ringkih, jiwanya rantas dan fisiknya amburadul.
Post a Comment for "3 Cara Mentoring Hati Bapa"