Translate

Penghalang Kebahagiaan Dalam Keluarga

Penghalang kebahagiaan dalam keluarga ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Amsal 19:8-13. Dalam Amsal 19:13, penulis kitab Amsal dalam pimpinan Roh Kudus, menulis: “Anak bebal adalah bencana bagi ayahnya, dan pertengkaran seorang isteri adalah seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik”.

Setiap pasangan yang menikah pasti mengharapkan kebahagiaan dalam rumah tangga atau keluarganya. Salah satu yang diharapkan oleh setiap rumah tangga (suami-istri) ialah hadirnya buah hati yaitu anak. Sudah menjadi pemikiran umum bahwa hadirnya anak dalam sebuah keluarga akan membawa kebahagiaan.

Menurut firman Tuhan di atas, jelas bahwa anak yang bebal (sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu – tidak tajam pikiran; bodoh) merupakan suatu bencana bagi orangtua. Bahkan akan menjadi konflik yang berkepanjangan antara suami-istri sebagai orangtua.

Oleh karena itu, sebagai orangtua perlu mencurahkan perhatian yang serius dalam hubungannya dengan anak. Jangan sampai orangtua hanya memikirkan hal-hal yang bersifat lahiriah dan mendandani anak dengan hal-hal itu sehingga terlihat dari luar itu bagus. Namun, jiwa, hati, batin dan mental anak dari dalam tidak didandan oleh orangtua.

Memenuhi kebutuhan jasmani keluarga memang penting, tetapi ada hal yang tidak kalah pentingnya yang juga harus terpenuhi. Itu adalah kebutuhan jiwa. Mungkin banyak keluarga yang melupakannya, tetapi tidak dengan Tim Burke. Sebagai pemain bisbol professional, ia sedang berada di puncak kariernya. Namun, tuntutan profesi membuatnya lebih banyak berada di lapangan.

Setiap kali berangkat bertanding ke luar kota, ia merasa tidak nyaman dan selalu memikirkan istri serta keempat anak adopsi mereka yang ditinggalkannya di rumah. Setelah melalui banyak pergumulan dan doa, pada tahun 1993, Tim memutuskan untuk mengundurkan diri.


Setelah membereskan lemari lokernya, para wartawan berkerumun dan menanyakan alasannya. Tim pun menjawab, “Bisbol akan baik-baik saja tanpa kehadiranku, tetapi aku adalah satu-satunya ayah yang dimiliki anak-anakku dan satu-satunya suami bagi istriku. Dibandingkan bisbol, merekalah yang lebih membutuhkanku.”

Pengorbanan Tim Burke mengingatkan kita betapa pentingnya keluarga bagi kita. Sering kalinya, dalam mengejar apa yang penting, kita melupakan siapa yang terpenting dalam hidup kita. Kita pikir mereka akan selalu ada untuk kita. Namun, seberapa banyak orang yang berhasil memperoleh banyak harta, sukses di mata masyarakat, tetapi keluarganya berantakan?

Keluarga bahagia tidak tercipta begitu saja, tetapi perlu diperjuangkan. Sama pentingnya dengan kebutuhan jasmani, kebutuhan jiwa adalah hal yang wajib dipenuhi. Bagaimanapun, setiap kita memiliki kebutuhan untuk diperhatikan, dimengerti, disayang, didukung, dipuji, dan mendapatkan rasa aman.

Kecuali orangtua dan juga anak-anak menginvestasikan waktu mereka yang berharga ke dalam rumah, keluarga tidak dapat bertumbuh solid. Ya, hal ini harus dilakukan oleh semua anggota keluarga. Suami kepada isteri, ayah terhadap anak-anaknya, anak-anak kepada orangtua; dan sebaliknya.

Hadirkan suasana penuh kasih Allah dalam rumah tangga kita, ketika semua pihak terpenuhi kebutuhan jiwanya, kebahagiaan keluarga akan tercipta, dan sorga akan hadir di tengah keluarga kita.

RENUNGAN
Pembaca yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, KEBUTUHAN JIWA pada anggota keluarga yang TIDAK TERPENUHI, dapat menjadi PENGHAMBAT KEBAHAGIAAN DALAM KELUARGA

APLIKASI
1. Apakah yang dimaksud dengan kebutuhan jiwa? 
2. Mengapa kebutuhan jiwa setiap anggota keluarga harus terpenuhi?
3. Bagaimana Anda dapat mulai berusaha memenuhi kebutuhan jiwa anggota keluarga Anda?

DOA UNTUK HARI INI
“Bapa yang baik, terima kasih karena Engkau mengingatkan kami pentingnya memperhatikan kebutuhan jiwa keluarga kami. Pimpin setiap kami, agar kami dapat memenuhi peranan kami dalam keluarga dan keluarga kami pun boleh menjadi keluarga yang berkenan di hadapan-Mu. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.”

Post a Comment for "Penghalang Kebahagiaan Dalam Keluarga"