Peran Umat Allah Merajut Kesatuan Di Tengah Keberagaman
Peran umat
Allah merajut kesatuan di tengah keberagaman ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari
surat rasul Paulus kepada jemaat Tuhan di kota Kolose, yaitu Kolose 3:5-17.
Tuhan
menghadirkan dan menempatkan kita di tengah keberagaman suku, bahasa, agama dan
budaya. Semua keragaman itu merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dirawat
secara benar, baik dan bertanggung jawab oleh setiap insan yang ada di dunia
ini.
Namun,
akhir-akhir ini keberagaman itu sedang diuji keutuhannya oleh beragam ideologi
yang sedang marak di bumi pertiwi. Sebagai umat Allah, kita juga hidup, beraktivitas
dan berkarya di tengah keberagaman itu.
Tahun
2018 disebut “Tahun Politik” dimana sejak kemerdekaan RI untuk pertama kalinya
Pilkada serentak akan diselenggarakan. Persaingan antara Partai, Paslon dengan
team suksesnya, masing-masing berjuang menjadi pemenang. Dalam persaingan ini,
seringkali gesekan kepentingan berpotensi melahirkan konflik horizontal.
Umat
Allah sebagai warga Negara, seyogianya menjalankan peranya, merajut
kesatuan-persatuan anak-bangsa yang secara historis ditandai sebagai masyarakat
pluralis, penuh keberagaman dan sekaligus perbedaan. Bila mana orang Kristen
telah menjadi “Manusia Baru” dalam Kristus, maka memiliki potensi dan peran,
merajut kesatuan-persatuan di tengah keberagaman. Keyakinan ini didasarkan pada
kebenaran sebagai berikut:
1. Kita dimampukan Tuhan menjaga kesatuan-persatuan
Alasan utamanya
ialah kita ini umat Allah sebagai Manusia Baru,
dimampukan untuk menanggalkan Manusia Lama dan menerima perbedaan. Manusia Baru menanggalkan
perbuatan dosa dan berbagai keinginan duniawi yang merusak, sebab dimana ada
irihati dan mementingkan diri sendiri, disitu ada kekacauan dan berbagai macam
bentuk kejahatan.
Selain
itu, dimampukan untuk menerima perbedaan: Perbedaan suku, beda budaya, beda
kepribadian, beda status sosial, beda latar belakang. Dengan berbuat demikian,
umat Allah telah menjalankan salah satu peran penting, demi merajut
kesatuan-persatuan bangsa.
2. Kita dimampukan Tuhan karena ada buah-buah roh
“Tetapi
buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang
menentang hal-hal itu” – Galatia 5:22-23.
Umat
Allah sebagai Manusia Baru, dimampukan menampilkan buah-buah Roh.
Di
antara buah-buah Roh yang telah disebutkan, kasih berperan sebagai pengikat
yang mempersatukan dan menyempurnakan. Dalam ketidak-sempurnaannya, manusia
tidak luput dari salah dan dosa, namun bila kasih Allah bekerja, umat Allah
dapat mengampuni sesamanya sehingga tidak membawa pada perpecahan.
3. Kita dimampukan Tuhan karena diperlengkapi untuk
berbuat baik
“Karena
kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan
baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”
– Efesus 2:10.
“Karena
itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada
semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” – Galatia 6:10.
Umat
Allah sebagai Manusia Baru dimampukan melahirkan kata dan perbuatan yang
memberkati banyak orang. Pepatah
bilang: Mulutmu adalah harimaumu. Kata-kata yang keluar dari mulut,
menggambarkan sikap hati. Dari mulut yang sama, bisa keluar kata yang
memberkati orang lain, namun bisa pula keluar kata yang menyinggung dan melukai
perasaan orang lain yang pada gilirannya menerkam diri sendiri.
Dalam
situasi politik yang rawan konflik kepentingan, kita sebagai Manusia Baru yang
disebut sebagai Umat Allah, hendaknya berperan merajut kesatuan-persatuan dan mencegah
perpecahan. Dengan tidak berbuat yang tercela; apalagi belajar menerima
perbedaan, maka sesungguhnya kita telah mulai menjalankan peran merajut yang
disertai kata dan perbuatan yang baik sebagai buah-buah Roh Kudus. Selamat
Merajut Kesatuan-Peratuan. Tuhan memberkati kita semuanya.
Sumber:
Pdt. Dr. Söchiwolo`ö Ndruru, M.Th
Post a Comment for "Peran Umat Allah Merajut Kesatuan Di Tengah Keberagaman"