Jika Yesus Berkarya Dalam Sebuah Pernikahan
Jika Yesus berkarya dalam sebuah pernikahan ~ Kita tahu
dari Alkitab bahwa sebuah pernikahan kristen bukanlah sekedar persatuan dari
dua orang, tetapi dua orang yang bersatu dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain,
Yesus adalah kepala, Tuhan dan pemberi hidup untuk pernikahan tersebut. Pada
waktu pasangan pernikahan merangkul kebenaran Alkitab dengan menjadikan Yesus
sebagai Tuhan atas hubungan mereka, maka akan ada perubahan yang berhubungan
dengan Yesus sebagai pemimpin dalam pernikahan tersebut.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Apa yang terjadi jika
Yesus berkarya dalam sebuah pernikahan?” Berdasarkan catatan Alkitab, minimal
ada tiga perubahan yang terjadi dalam sebuah pernikahan jika Yesus berkarya,
yaitu:
1. Mengutamakan pelayanan dari ego kita.
Sebuah dosa
pasti berasal dari gudang egois. Seringkali kita menempatkan Tuhan dan hal-hal
lain hanya karena kita suka. Semua itu sangat salah dan mengacaukan. Dalam hal
ini tidak ada yang lebih menyakitkan jika ini terjadi dalam sebuah pasangan
rumah tangga. Akan tetapi ketika kebenaran Tuhan datang dan dipraktikkan dalam
rumah tangga maka terjadilah perubahan.
Sebagai contoh: Istri yang tadinya sangat mengganggu dan cerewet
akan menjadi sabar dan baik kepada suaminya karena Yesus juga sabar dan baik
kepada sang istri. Suami yang tadinya egois akan menemukan sukacita waktu
mempelajari kesukaan-kesukaan sang istri dari pada membicarakan soal binatang
kesayangannya. Ini karena sang suami menyadaribahwa istrinya diciptakan oleh
Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan, juga kebenaran Firman Tuhan secara terus
menerus memancar dari istrinya.
Hal demikian
adalah sangat menarik dan merangsang pertumbuhan rohani sebuah rumah tangga.
Firman Tuhan datang ke dalam sebuah rumah tangga dan dapat membuat hati
suami-istri berbalik dan menjauhi keegoisan dan mengutamakan pelayanan.
2. Mengutamakan kontribusi dari tuntutan.
Kalau Anda
berpikir kemalasan bukanlah masalah di Indonesia, pikirkanlah kenyataan bahwa
orang lebih memilih kursi malas dari pada kursi ortopedik, dan penjualannya
lebih bertambah dari tahun ke tahun. Kemalasan, sama seperti keegoisan mengarah
kepada kenyamanan diri sendiri. Kita mengingini kenyamanan dan menolak untuk
melakukan hal-hal yang sulit karena kesulitan sangat mengurangi kenyamanan.
Kemalasan adalah sebuah pemilikiran yang memelihara dan
mempromosikan sifat-sifat yang mengutamakan kenyamanan diri sendiri dan
kemalasan juga banyak membohongi diri-sendiri.
Kita tau bahwa
pasti ada masalah dalam sebuah pernikahan tetapi kita juga tau bahwa perlu ada
perubahan yang tidak mudah untuk mengatasi masalah rumah tangga. Jadi apa yang
terjadi? Kemalasan akan berkata “Oh, mari kita bicarakan lain kali saja” atau
“Ok, itu tidak apa-apa, itu akan baik-baik saja”. Dan ini sama sekali bukan
yang Yesus harapkan dari pasangan rumah tangga yang sedang menjalani perubahan
untuk menyelesaikan masalah rumah tangga.
Pada waktu Firman Tuhan berbicara dalam rumah tangga kita, kita
seharusnya lebih terlibat dalam penyelesaian masalah rumah tangga atau
pernikahan kita. Kita sudah tidak lagi pasif dan mengumpulkan semua jenis
kesenangan dan kenyamanan dan menganggap masalah rumah tangga adalah hal yang
biasa-biasa saja. Akan tetapi, kita harus menjadi apa yang Yesus perintahkan:
lebih berpartisipasi dan menjadi seperti Yesus yang artinya meletakan dan
menjauhkan segala macam dosa termasuk kemalasan.
3. Mengutamakan kerendahan hati dari kemunafikan.
Kemunafikan
adalah cara berpikir iblis yang paling disukai manusia. Di mana keegoisan
sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kenikmatan diri sendiri,
kemunafikan sangat menyukai hal-hal yang menyombongkan diri sendiri. Pada
intinya, kemunafikan sangat bertentangan dengan ajaran Alkitab.
Alkitab
mengajarkan bahwa pusat kebutuhan dan perhatian kita adalah Kebenaran
Pengajaran Yesus Kristus. Kemunafikan dalam sebuah pernikahan biasanya tidak
terlalu terlihat nyata dibandingkan dengan kerendahan hati yang biasanya sangat
kelihatan seperti luapan emosi. Dalam pertengkaran, seorang istri mungkin
mengemukakan suatu masalah tentang dirinya yang tidak disukai suaminya.
Jika suaminya
seorang yang munafik, mungkin ia akan membawa hal ini sebagai suatu pendukung
positif dengan bukti nyata akan ketidaksukaannya terhadap tingkah laku
istrinya. Jika ini berlanjut lebih kacau dan sampai ke pengadilian, pengacara
sang suami mungkin akan menekankan peristiwa ini sebagai bukti bahwa sang suami
tidak bersalah dan menuntut sang istri untuk membayar semua kerugian baik uang
maupun nama baik.
Kemunafikan
dalam sebuah pernikahan selalu bersifat melindungi diri karena kita selalu
merasa bahwa kita sedang diawasi orang lain. Ini sangat bertentangan dengan
Firman Tuhan yang mengajarkan bahwa kita akan selalu mendapat serangan, kritik
dan penghakiman yang tidak adil dari dunia ini.
Salib Kristus adalah bukti nyata bahwa kita orang bersalah dan
berdosa. Tetapi keindahan injil keselamatan adalah bahwa kita jelas seorang
pendosa yang juga tanpa kondisi sedang dikasihi sang pencipta. Ini seharusnya
membuat kita merendahkan hati dan selalu bersyukur.
Jika Firman
Tuhan hadir ditengah sebuah pernikahan, kita akan lebih cepat diam dan meredam
rasa emosi dan lebih mengandalkan kebenaran Firman Tuhan. Ini hanya bisa
terjadi jika kerendahan hati kita bertumbuh terus untuk membuat kita menjadi
seperti Kristus.
Jika Firman
Tuhan hadir dalam sebuah pernikahan, pasti akan ada perubahan aturan,
nada/suara, hati, dan tingkah laku. Pernikahan itu sendiri akan mengikuti contoh
sifat-sifat pemimpinnya, yaitu Kristus. Tidak mungkin ada pimpinan yang lebih
baik atau perubahan yang lebih baik dari pada pimpinan Firman Tuhan dalam
pernikahan kita.
Post a Comment for "Jika Yesus Berkarya Dalam Sebuah Pernikahan"