Arti Dan Makna Kemiskinan Dalam Perspektif Alkitab
Arti dan makna kemiskinan dalam perspektif
Alkitab ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil
dari Injil Lukas 4:18-19. Sebelum kita memahami bersama-sama ayat-ayat ini, maka
kita perlu terlebih dahulu memahami apa arti kemiskinan. Ayat ini disampaikan
oleh Tuhan Yesus ketika ada di sebuah tempat ibadah di Nasaret. Ayat ini
merupakan kutipan dari perkataan nabi Yesaya tentang kepedulian
kepada kemiskinan.
Keberpihakan Kristus kepada kemiskinan dan
orang-orang miskn sangat jelas. Kristus tidak mengutuki kemiskinan sebagai
sebuah dosa. Ini perlu untuk kita perhatikan. Apa kemiskinan yang dimaksud oleh
Tuhan Yesus dalam ayat ini? Dengan kata lain, apa yang dimaksud dengan
kemiskinan dalam Alkitab?
Hal ini perlu kita pahami supaya kita tidak
tendensius untuk menjatuhkan vonis kepada kemiskinan sehingga akhirnya membuat
kesimpulan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Paham dualistik tentang kemiskinan sangat terasa di dalam Alkitab. Dualistik adalah suatu pengaruh pemikiran yang sebetulnya sangat berkembang di Babel, yang sesudah pulang dari pembuangan di Babel makin mempengaruhi pemikiran orang-orang Israel, sehingga sangat mempengaruhi Yudaistik.
Paham dualistik tentang kemiskinan sangat terasa di dalam Alkitab. Dualistik adalah suatu pengaruh pemikiran yang sebetulnya sangat berkembang di Babel, yang sesudah pulang dari pembuangan di Babel makin mempengaruhi pemikiran orang-orang Israel, sehingga sangat mempengaruhi Yudaistik.
Pikiran dualistik ini adalah hanya untuk membuat
semacam hitam putih, pro kontra sehingga dalam pemikiran-pemikiran dualistik
ini, orang akan dicap berdasarkan keberadaannya. Orang miskin akan disebut
mereka yang dikutuk Tuhan. Orang kaya akan disebut mereka yang dicintai
atau diberkati Tuhan.
Orang sehat akan disebut orang yang diberkati
Tuhan, maka orang yang sakit akan disebut orang yang dikutuk atau orang yang
berdosa. Sehingga dosa akan identik mendatangkan kenegatifan: sakit, miskin,
susah, masalah dan seterusnya. Sementara yang benar itu akan identik dengan
kaya, sehat, senang dan seterusnya.
Kalau kita melihat hal-hal seperti ini apakah
pandangan dualistik ini dapat dibenarkan? Satu kali waktu dalam peristiwa
Yohanes ada orang buta sejak lahir. Murid-murid pada waktu itu sangat terkejut
lalu berkata: “Guru dosa siapa, apakah dosa orang tuanya? Yesus menjawab ”tidak”.
“Dosa dia” juga bukan. Yesus menjawab bukan dosa orang tuanya dan juga
bukan dosa orang ini, tetapi supaya nama Tuhan dipermuliakan. (Baca Yohanes
9:3).
Kalau nama Tuhan dipermuliakan, mengapa orang
ini mesti buta? Kita tahu ceritanya bahwa kemudian orang itu disembuhkan dan
orang ini mengalami kesukaan, lalu Tuhan mengatakan: “dia buta, tetapi
rohaninya tidak. Tapi kalian tidak buta, tapi rohani kalian sudah buta dan
tidak bisa melihat kebenaran”.
Jadi ternyata orang itu buta sejak lahir bukan
karena dosa. Terlalu banyak kisah-kisah dalam Alkitab dimana orang miskin
justru memiliki nilai hidup yang tinggi. Tapi sebaliknya, justru orang-orang
kaya, mengalami kesulitan yang berat, dan bahkan Yesus sendiri mengatakan,
orang kaya susah masuk dalam kerajaa Sorga. Tapi Lazarus yang miskin masuk
Sorga.
Jadi dualistik kita, kaya-miskin itu tidak idetik dengan berdosa atau tidak berdosa. Kaya-miskin, tidak identik dengan ke Sorga atau tidak. Oleh karena itu paham dualistik secara sempit ini perlu untuk diperbaiki. Supaya orang-orang Kristen tidak terjebak untuk melahirkan sebuah kesimpulan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Jadi dualistik kita, kaya-miskin itu tidak idetik dengan berdosa atau tidak berdosa. Kaya-miskin, tidak identik dengan ke Sorga atau tidak. Oleh karena itu paham dualistik secara sempit ini perlu untuk diperbaiki. Supaya orang-orang Kristen tidak terjebak untuk melahirkan sebuah kesimpulan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Orang Kristen mesti cermat mengamati segala
sesuatu. Jangan mudah bicara. Khususnya bagi para pengkhotbah, hati-hatilah
karena apa yang kita katakan akan didengar banyak orang dan kadangkala jemaat
kurang selektif lalu main amin, amin saja maka hancurlah semuanya. Oleh karena
itu jemaat juga perlu selektif, setiap kali mendengar tentang suatu perkara dan
harus mampu menyikapinya
Kemiskinan dalam perspektif Alkitab
Bagaimana kemiskinan menurut Alkitab itu? Di dalam Alkitab kemiskinan memiliki dua makna.
Kemiskinan dalam perspektif Alkitab
Bagaimana kemiskinan menurut Alkitab itu? Di dalam Alkitab kemiskinan memiliki dua makna.
Miskin secara ekonomi
memang miskin secara jasmani, miskin
material,dan yang kedua miskin secara rohani. Dan hal ini seringkai dipakai
berganti-gantian tergantung konteksnya. Jadi kita mesti hati-hati mencermati
ini, sedang dalam konteks apa dipakainya, rohani atau material. Kalau
salah-salah, kita bisa repot. Contohnya seperti apa?Ketika kita memperhatikan
kisah Lazarus dalam Lukas 16:19-31, disana diceritakan tentang Lazarus yang
miskin.
Miskinnya Lazarus sudah jelas, miskin material.
Bajunya tidak layak, hidupnya morat-marit. Makan mesti mengambil sisa makanan
orang. Lazarus hidup dalam kesulitan sehari-hari. Penderitaan demi penderitaan
harus ia jalani. Ia tidak mampu untuk memeriksa kesehatannya.
Ia tidak mampu untuk hidup bersih sehingga
mengakibatkan ia mengalami sakit, dari ujung rambut sampai ujung kaki dipenuhi
dengan bisul-bisul dimana-mana. dan kemudian meninggal dunia. Namun yang
menarik, setelah ia meninggal, dia ada di Sorga bahkan dalam pangkuan
Abraham. Jadi Lazarus memang miskin secara jasmani, tapi tidak miskin rohani.
Buktinya ia masuk Sorag.
Miskin secara spiritual
Miskin secara spiritual
Dalam status religius, kita menyebutnya miskin
rohani. Kalau kita membaca kitab Wahyu 3:14-22 , disana ceritakan tentang
jemaat Laodikia yang kaya, tinggal dikota yang kaya, dengan
pakaian-pakaian dari wol yang mewah dan mahal. Namun Alkitab menyebutnya
sebagai jemaat yang suam-suam kuku. Melayani Tuhan, tapi dengan kekuatan
dirinya.
Melayani Tuhan tapi dengan kekuatan uangnya.
Mereka menyebut Tuhan, tapi sesungguhnya mereka tidak begantung kepada Tuhan tetapi
bergantung kepada kemampuan materi yang mereka miliki. Mereka tidak miskin
secara material. Tetapi Tuhan menyebut mereka miskin, melarat, telanjang dan
seterusnya. Mengapa? jawabnya sederhana.
Karena Tuhan sedang berbicara tentang hal-hal
yang rohani terhadap mereka. Mereka itu hanya kaya secara material, tetapi
sesungguhnya mereka miskin secara rohani. Mereka tidak mempunyai keimanan yang
layak. Mereka disindir dengan tajam oleh Tuhan Yesus, sebagai kepala gereja.
Tuhan Yesus berkata: “Kamu suam-suam kuku”. Hanya mampu mengandalkan keuangan
dan materi, tetapi tidak didalam keimanannya.
Mereka mengadakan konser-konser mahalnya, yang
mereka sebut sebagai konser rohani, tetapi sesungguhnya cinta kasih tidak hidup
dibatin mereka. Mereka suam-suam kuku. Mereka hanya mampu menyerahkan dirinya
dengan keagamaan, tetapi tidak menjadi kesenangan bagi orang-orang yang ada
disekitarnya. Maka kita melihat sistem rohani seperti ini, nyata didalam
Alkitab.
Post a Comment for "Arti Dan Makna Kemiskinan Dalam Perspektif Alkitab"