Menjadi Berkat Ketika Kita Juga Membutuhkan
Menjadi berkat ketika kita juga membutuhkan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema renungan kita ialah
terambil dari Injil Yohanes 6:1-14. Tuhan Yesus bersabda: “Akulah roti
kehidupan; siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi” –
Yohanes 6:35.
Hidup berbagi dengan sesama bukanlah pekerjaan yang gampang. Apalagi kalau pada saat yang bersamaan kita juga sedang membutuhkan hal itu. Ada kalanya hal semacam itu terjadi di jalan hidup kita. Ketika kita dihadapkan dengan situasi dan kondisi semacam itu, maka kepekaan rohanilah yang membuat kita mampu untuk menjadi berkat bagi sesama disaat yang bersamaan kita juga sedang membutuhkan.
Hidup berbagi dengan sesama bukanlah pekerjaan yang gampang. Apalagi kalau pada saat yang bersamaan kita juga sedang membutuhkan hal itu. Ada kalanya hal semacam itu terjadi di jalan hidup kita. Ketika kita dihadapkan dengan situasi dan kondisi semacam itu, maka kepekaan rohanilah yang membuat kita mampu untuk menjadi berkat bagi sesama disaat yang bersamaan kita juga sedang membutuhkan.
Tuhan Yesus bersabda: “Akulah roti
kehidupan; siapa saja yang datang kepada-Ku, ia tidak akan pernah lapar lagi” –
Yohanes 6:35. Firman Tuhan tersebut
merupakan jaminan pemeliharaan dari Tuhan Yesus bagi kita anak-anak-Nya. Ketika
kita menyadari akan hal tersebut, maka kita tidak akan takut untuk menjadi
berkat bagi sesama yang pada saat yang bersamaan kita juga sedang
membutuhkannya.
Saya pernah
keliru karena berpikir mampu menghabiskan 28 ons steik sendirian di restoran.
Saya pun meminta steik yang tersisa untuk dibungkus dan dibawa pulang. Saya
pikir, Saya nanti masih bisa berpesta memakan sisa steik itu.
Begitu meninggalkan restoran, seorang gelandangan menghampiri saya. Mulanya saya tak memberinya apa-apa. Namun tiba-tiba, saya merasa bersalah. Saya pun memanggilnya lagi, memberinya 5 dolar, dan memberkatinya dalam nama Yesus.
Begitu meninggalkan restoran, seorang gelandangan menghampiri saya. Mulanya saya tak memberinya apa-apa. Namun tiba-tiba, saya merasa bersalah. Saya pun memanggilnya lagi, memberinya 5 dolar, dan memberkatinya dalam nama Yesus.
Setelah
melakukan tugas sebagai orang kristiani, dengan riang saya hendak melanjutkan
perjalanan sambil membawa steik itu sampai si gelandangan bertanya,
"Bagaimana dengan bungkusan itu?" Harus diakui, berat rasanya
melepaskan steik itu.
Salah satu kisah favorit saya dalam Perjanjian Baru adalah kisah bocah yang memberikan makan siangnya bagi pelayanan kebangunan rohani (Yoh. 6:1-14). Jika ia seperti bocah lain, bekalnya tentu sangat berharga. Namun, ia bersedia memberikan bekalnya; lima kerat roti jelai dan dua ikan kecil kepada Tuhan.
Salah satu kisah favorit saya dalam Perjanjian Baru adalah kisah bocah yang memberikan makan siangnya bagi pelayanan kebangunan rohani (Yoh. 6:1-14). Jika ia seperti bocah lain, bekalnya tentu sangat berharga. Namun, ia bersedia memberikan bekalnya; lima kerat roti jelai dan dua ikan kecil kepada Tuhan.
Saya pikir,
ia mungkin tahu bahwa jika ia menyerahkan bekalnya ke tangan Yesus, Dia dapat
melakukan sesuatu yang luar biasa. Dan, Yesus melakukannya. Dia memberi makan
ribuan orang yang kelaparan.
Yesus masih mencari orang biasa seperti Anda dan saya, yang bersedia melakukan pengorbanan tanpa syarat dan di-luar-kebiasaan, supaya Dia dapat mengubah persembahan kita menjadi kemuliaan-Nya. Lakukan tindakan semacam itu hari ini! --JS
Kuserahkan diriku, ya Tuhan, Senantiasa siap sebagai korban, Rela berbagi apa yang kucinta, Betapapun mahal nilainya. --Hess
IZINKAN YESUS MEMBAGIKAN KEPADA SESAMA SESUATU YANG INGIN ANDA SIMPAN UNTUK DIRI SENDIRI.
Yesus masih mencari orang biasa seperti Anda dan saya, yang bersedia melakukan pengorbanan tanpa syarat dan di-luar-kebiasaan, supaya Dia dapat mengubah persembahan kita menjadi kemuliaan-Nya. Lakukan tindakan semacam itu hari ini! --JS
Kuserahkan diriku, ya Tuhan, Senantiasa siap sebagai korban, Rela berbagi apa yang kucinta, Betapapun mahal nilainya. --Hess
IZINKAN YESUS MEMBAGIKAN KEPADA SESAMA SESUATU YANG INGIN ANDA SIMPAN UNTUK DIRI SENDIRI.
Sumber: renunganharian02012017.
Post a Comment for "Menjadi Berkat Ketika Kita Juga Membutuhkan"