Kesaksian: Aku Mengasihi Suamiku
Kesaksian: aku
mengasihi suamiku ~ Sepuluh tahun yang lalu saya memberkati pernikahan
Anthony dan Vanda (Elvira Chan). Setelah satu dasawarsa pernikahan mereka,
banyak suka dan duka dilalui tapi Tuhan menyertai rumah tangga mereka dan
berikut ini kesaksiannya yang luar bisa. Kiranya ini menjadi berkat bagi
pasutri ketika mereka melewati badai rumah tangga. Saya sudah minta izin
kesaksian ini dipublikasikan. Saat ini mereka berdua tinggal di Sentani Papua.
I am proud of them. Blessings for both of you and kids!
Kesaksian Elvira:
Cinta hanya kurasa di awal perkenalanku
dengan suami hingga diawal pernikahanku. Kehidupan rumah tangga kami lewati
dalam suka duka, di mana aku belajar bagaimana caranya aku bisa memahami
suamiku sepenuhnya. Saat dilema terjadi aku tegar menemani suamiku dan belajar
terus mencintai suamiku. Ketika putraku Vian lahir ada kegetiran yang terjadi
ketika badai permasalahan keluarga menghampiri di mana terasa persoalan itu
hampir membuat aku meninggalkannya.
Ku tahu bahwa ketika badai datang
maka perpisahan bukan salah satu cara yang paling baik untuk dipilih. Syukur
walau ada kepahitan, aku memutuskan bertahan dan terus belajar mencintai
suamiku dan hidup dalam pengampunan. Sering terbersit pertanyaan: apa itu
cinta!? Aku mulai pesimis apakah aku tetap bisa bertahan dengan cinta yang
kurasa ataukah aku akan mulai jenuh akan cinta itu?
Namun aku mulai belajar tentang
mengasihi ketika terjadi peristiwa yang mengejutkanku. Suatu saat suamiku sakit
seperti "stroke" di mana terjadi penggumpalan di otak sebelah kanan.
Akibatnya suamiku lupa 85% akan semua masa yang dilewatinya. Aku terpukul.
Beruntungnya aku dan Vian putraku masih terekam diingatannya sehingga yang
diingatnya hanya kami berdua. Dalam kondisi sedang mengandung putriku
Myrachell, aku berusaha tegar ketika mendapatinya dalam keadaan terbaring
seperti bayi yang baru mulai belajar berhitung, menghafal, mengingat.
Aku berpikir apakah masih ada
cinta lagi di hatiku saat ku tahu suamiku terbaring lemah di rumah sakit?
Suamiku berusaha kuat di depanku, berusaha seakan tidak terjadi apa-apa pada
dirinya, namun ku tahu dia pun terisak menangis saat aku terlelap. Ketika
dokter memberi pertanyaan siapa nama mama dan papanya, memberikan soal 3x2
berapa, semuanya tidak bisa terjawab, suamiku dalam keadaan bingung tanpa bisa
mengingat. Terasa sakit dan perih sekali hatiku.
Aku hanya berucap dalam hatiku:
"Tuhan mampukan aku melewatinya, aku belum siap kehilangan suamiku".
Kusembunyikan kesedihanku di hadapan suamiku, selalu kuberusaha tersenyum dan
menyemangatinya, walaupun hatiku pedih, kutahan air mataku saat
kumemandikannya. Suamiku layaknya seorg bayi yang sedang kebingungan.
Saat itu akupun tersadar bahwa
hanya dengan cinta saja tak mampu untuk menemani saat-saat di mana suamiku
benar-benar membutuhkanku melewati saat-saat kesakitannya. Bukan hanya cinta
seorang istri yang suamiku butuhkan, tetapi kasih dari seorang istri yang lahir
dari kasih Tuhan. Dengan kasih itu aku berjuang memberikan dorongan kepada
suamiku, menemaninya mengingat-ingat kembali semua hal yang dia lupakan,
menemaninya saat dia benar-benar tak berdaya.
Ajaib di mana ternyata dengan
kasih itu suamiku berangsur pulih. Hanya dalam waktu sebulan suamiku pulih
total. Aku seakan tak percaya dia bisa melewati semuanya demikian singkat,
padahal dengan penyakit itu butuh waktu yang sangat lama untuk bisa kembali
normal seperti sedia kala. Aku mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena
saat-saat dia sakit aku baru benar-benar mengenal diriku dan fungsiku sebagai
seorang istri untuknya, di mana bukan hanya di waktu dia sehat tetapi saat dia sakit
pun aku harus ada untuknya, menerima dia apa adanya, menerima kondisinya.
Bukan rasa cinta manusia lagi yan
suamiku butuhkan, tetapi kasih di mana karena kasih Tuhan itu aku dengan
sepenuh hati bekorban melakukan yang terbaik demi kesembuhan suamiku. Kasih itu
membuat aku tidak mengeluh saat mengurusnya walaupun dia bertingkah laku
seperti bayi saat itu dan dengan kasih aku mendorongnya dan menguatkan bahwa
dia pasti sembuh.
Puji Tuhan dengan kasih suamiku
diberikan mujizat kesembuhan. Memasuki sepuluh tahun pernikahan kami ini, aku
mengucap syukur karena dengan kasih itu aku bertahan dan semakin mengasihi
suami dan anak-anakku dan tak henti-hentinya mengandalakan Tuhan. Terima kasih
kepada Tuhan yang memberiku hati mengasihi untuk keluarga kecilku. Kiranya
kisahku bisa membuat istri-istri juga mengasihi suami, walau apapun yg terjadi
tetap hargai dan kasihi suami kita. Dengan MENGASIHI semua keegoisan bisa
terkikis karena memang Tuhan Yesus telah mengajari kita untuk saling MENGASIHI.
Sumber:
danielrondadotcom.
Post a Comment for "Kesaksian: Aku Mengasihi Suamiku"