Hidup Dalam Penyelenggaraan Tuhan
Hidup dalam penyelenggaraan Tuhan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Ayub 1:1-22. Kita bersyukur bahwa oleh anugerah Tuhan kita boleh memasuki tahun yang baru 2017. Tentu kita sepakat bahwa penyertaan Tuhan selalu tersedia bagi kita umat gembalaan-Nya. Lebih dari itu, kita juga tentu mengakui bahwa Tuhanlah yang menyelenggarakan hidup kita sampai dengan saat ini. Tuhan sang penyelenggara kehidupan tidak pernah terlambat sedetik pun untuk menyelenggarakan hidup kita.
Pemazmur menyadari akan hal itu bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang menyelenggarakan kehidupan kita dan penyelenggaraan sempurna atas hidup kita. Pemazmur menulis demikian: "Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. TUHANlah penjagamu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya" - Mazmur 121:4-8.
Pertanyaan penting yang harus diajukan untuk direnungkan ialah: "Bagaimanakah sesungguhnya hidup dalam penyelenggaraan Tuhan itu?" Berdasarkan Ayub 1:1-22, maka ada beberapa hal yang bisa kita temukan bahwa hidup dalam penyelenggaraan Tuhan, yaitu:
Baca juga: Tahun Baru: Meningkatkan Level Manusia Baru.
1. Menuntut integritas moral dan spiritual (rohani).
Penulis kitab Ayub dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan integritas moral dan spiritual menulis demikian: "Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" - Ayub 1:1.
Kehidupan Ayub dalam perspektif iman Kristen sesungguhnya Tuhanlah yang menyelenggarakannya. Ayub secara pribadi sangat sadar akan karya Tuhan dalam kehidupannya. Itu sebabnya, ia sebagai manusia yang hidupnya diselenggarakan oleh Tuhan, menuntut dirinya untuk hidup dalam integritas moral dan spiritual.
Secara sosial dan dalam totalitas interaksi dengan semua orang, Ayub mengedepankan kejujuran. Bagi Ayub hidup jujur itu harga mati yang tidak bisa ditawar dan dikompromikan. Ayub menjunjung tinggi integritas moral dalam semua area hidupnya. Ia menjauhkan diri dari kejahatan dan segala bentuk perbuatan jahat. Lalu secara rohani, Ayub juga hidup bersekutu dengan Tuhannya. Hasilnya kehidupan rohaninya begitu kemilau, ia saleh dan takut akan Tuhan.
Demikian jugalah dengan kita di tahun yang baru ini. Biarlah kita juga bangkit untuk hidup dalam integritas moral dan rohani yang tinggi. Hidup jujur dan menjauhkan diri dari segala kejahatan. Memelihara persekutuan dengan Tuhan dan firman-Nya melalui doa dan perenungan akan firman Tuhan setiap hari. Demikianlah hidup yang kita jalani di dalam penyelenggaraan Tuhan.
2. Menuntut pengertian yang benar tentang penderitaan.
Secara umum, manusia tidak suka dengan penderitaan. Dia berharap supaya hidupnya jauh dari kemalangan dan penderitaan serta pergumulan. Itulah pemikiran sebagai manusia. Tetapi suka tidak suka penderitaan, masalah dan pergumulan pasti ada di jalan hidup kita. Oleh karena itu, kita harus memiliki pengertian yang benar tentang semua penderitaan, masalah dan kemalangan hidup yang kita alami.
Dari kisah hidup Ayub yang diselenggarakan oleh Tuhan, maka kita menemukan bahwa: 1) Penderitaan menimpa semua orang apalagi sebagai umat Allah. 2) Memiliki integritas moral dan spiritual pun tidak membebaskan kita dari penderitaan dan ujian. 3) Penderitaan, masalah dan kemalangan dapat menimpa hidup orang saleh dan jujur karena Tuhan yang mengijinkannya - Baca Ayub 1:6-12.
Baca juga: Membuka Hati Untuk Tuhan.
3. Menuntut pengakuan iman yang benar tentang Tuhan dan karya-Nya.
Penderitaan, masalah dan ujian yang bertubi-tubi dan datang secara bergelombang menimpa Ayub tidak membuat Ayub takabur, mengumpat dan mempersalahkan orang lain serta komplain kepada Tuhan. Ayub memiliki iman yang benar dan pengetahuan yang mendalam tentang Tuhan dan karya-Nya. Itu sebabnya ketika malapetaka datang secara bergelombang menimpa hidupnya, Ayub tidak bereaksi negatif, tapi justru sebaliknya Ayub bereaksi secara brilian. Dia mengatakan demikian: "Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut" - Ayub 1:20-22.
Kita harus menyadari dengan sungguh bahwa Tuhanlah Sang Penyelenggara tunggal kehidupan kita. Kita hidup, bergerak dan ada sampai di tahun yang baru ini, kita harus akui bahwa semuanya karena Tuhan. Oleh karena itu, kita yang hidup dalam penyelenggaraan Tuhan, ada yang harus kita pahami yaitu, Satu, Tuhan menuntut supaya kita hidup dalam integritas moral dan spiritual yang tinggi. Dua, Tuhan menuntut supaya kita memiliki pengertian yang benar tentang penderitaan hidup. Tiga, Tuhan menuntut supaya kita memiliki pengakuan iman yang benar tentang Dia dan karya-Nya dalam hidup kita. Amin
Pemazmur menyadari akan hal itu bahwa sesungguhnya Tuhanlah yang menyelenggarakan kehidupan kita dan penyelenggaraan sempurna atas hidup kita. Pemazmur menulis demikian: "Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. TUHANlah penjagamu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya" - Mazmur 121:4-8.
Pertanyaan penting yang harus diajukan untuk direnungkan ialah: "Bagaimanakah sesungguhnya hidup dalam penyelenggaraan Tuhan itu?" Berdasarkan Ayub 1:1-22, maka ada beberapa hal yang bisa kita temukan bahwa hidup dalam penyelenggaraan Tuhan, yaitu:
Baca juga: Tahun Baru: Meningkatkan Level Manusia Baru.
1. Menuntut integritas moral dan spiritual (rohani).
Penulis kitab Ayub dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan integritas moral dan spiritual menulis demikian: "Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan" - Ayub 1:1.
Kehidupan Ayub dalam perspektif iman Kristen sesungguhnya Tuhanlah yang menyelenggarakannya. Ayub secara pribadi sangat sadar akan karya Tuhan dalam kehidupannya. Itu sebabnya, ia sebagai manusia yang hidupnya diselenggarakan oleh Tuhan, menuntut dirinya untuk hidup dalam integritas moral dan spiritual.
Secara sosial dan dalam totalitas interaksi dengan semua orang, Ayub mengedepankan kejujuran. Bagi Ayub hidup jujur itu harga mati yang tidak bisa ditawar dan dikompromikan. Ayub menjunjung tinggi integritas moral dalam semua area hidupnya. Ia menjauhkan diri dari kejahatan dan segala bentuk perbuatan jahat. Lalu secara rohani, Ayub juga hidup bersekutu dengan Tuhannya. Hasilnya kehidupan rohaninya begitu kemilau, ia saleh dan takut akan Tuhan.
Demikian jugalah dengan kita di tahun yang baru ini. Biarlah kita juga bangkit untuk hidup dalam integritas moral dan rohani yang tinggi. Hidup jujur dan menjauhkan diri dari segala kejahatan. Memelihara persekutuan dengan Tuhan dan firman-Nya melalui doa dan perenungan akan firman Tuhan setiap hari. Demikianlah hidup yang kita jalani di dalam penyelenggaraan Tuhan.
2. Menuntut pengertian yang benar tentang penderitaan.
Secara umum, manusia tidak suka dengan penderitaan. Dia berharap supaya hidupnya jauh dari kemalangan dan penderitaan serta pergumulan. Itulah pemikiran sebagai manusia. Tetapi suka tidak suka penderitaan, masalah dan pergumulan pasti ada di jalan hidup kita. Oleh karena itu, kita harus memiliki pengertian yang benar tentang semua penderitaan, masalah dan kemalangan hidup yang kita alami.
Dari kisah hidup Ayub yang diselenggarakan oleh Tuhan, maka kita menemukan bahwa: 1) Penderitaan menimpa semua orang apalagi sebagai umat Allah. 2) Memiliki integritas moral dan spiritual pun tidak membebaskan kita dari penderitaan dan ujian. 3) Penderitaan, masalah dan kemalangan dapat menimpa hidup orang saleh dan jujur karena Tuhan yang mengijinkannya - Baca Ayub 1:6-12.
Baca juga: Membuka Hati Untuk Tuhan.
3. Menuntut pengakuan iman yang benar tentang Tuhan dan karya-Nya.
Penderitaan, masalah dan ujian yang bertubi-tubi dan datang secara bergelombang menimpa Ayub tidak membuat Ayub takabur, mengumpat dan mempersalahkan orang lain serta komplain kepada Tuhan. Ayub memiliki iman yang benar dan pengetahuan yang mendalam tentang Tuhan dan karya-Nya. Itu sebabnya ketika malapetaka datang secara bergelombang menimpa hidupnya, Ayub tidak bereaksi negatif, tapi justru sebaliknya Ayub bereaksi secara brilian. Dia mengatakan demikian: "Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut" - Ayub 1:20-22.
Kita harus menyadari dengan sungguh bahwa Tuhanlah Sang Penyelenggara tunggal kehidupan kita. Kita hidup, bergerak dan ada sampai di tahun yang baru ini, kita harus akui bahwa semuanya karena Tuhan. Oleh karena itu, kita yang hidup dalam penyelenggaraan Tuhan, ada yang harus kita pahami yaitu, Satu, Tuhan menuntut supaya kita hidup dalam integritas moral dan spiritual yang tinggi. Dua, Tuhan menuntut supaya kita memiliki pengertian yang benar tentang penderitaan hidup. Tiga, Tuhan menuntut supaya kita memiliki pengakuan iman yang benar tentang Dia dan karya-Nya dalam hidup kita. Amin
Post a Comment for "Hidup Dalam Penyelenggaraan Tuhan"