Keluarga Sebagai Basis Perjanjian Allah
Keluarga
sebagai basis perjanjian Allah ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil
dari kitab Kejadian 12:1-3. Kita harus akui bahwa keluarga ada karena desain,
rancangan dan karya Allah tanpa campur tangan siapa pun. Jadi, bisa dipahami
bahwa sesungguhnya keluarga merupakan sasaran, objek dan basis dari perjanjian
Allah. Kesimpulan ini merupakan kesimpulan teologis yang tidak bisa dibantah
karena Alkitab, baik Perjanjian Lama sampai kepada Perjanjian Baru, Allah
selalu berurusan dengan keluarga.
Sedari awal, keluarga sudah dihadapkan dengan ujian.
Allah sendiri yang memberikan ujian itu sebagai sebuah alat uji bagi komitmen,
ketaatan dan syarat menikmati janji kebahagiaan sejati. Ujian itu bunyinya
demikian: “Lalu TUHAN Allah memberi
perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan
buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat
itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah
engkau mati” – Kejadian 2:16-17.
Manusia tidak lulus ujian yang ditandai dengan melanggar
ketetapan ujian yang diberikan kepada mereka sebagai sebuah keluarga. Kegagalan
tersebut merupakan dosa besar dan pemberontakan terhadap kedaulatan dan
otoritas Allah. Keluarga pertama harus menerima konsekuensi logis dari
kegagalan mereka untuk taat kepada perintah dan ketetapan Allah.
Dosa dalam lembaga keluarga terus mengalami
perkembangan yang luar biasa. Keluarga melakukan beragam kejahatan dan itu
dimulai dari dalam hatinya. Hati manusia dipenuhi dengan niat-niat untuk
melakukan kejahatan. Akibatnya Allah harus memusnahkan bumi dan manusia dengan
air bah.
Namun ada satu keluarga yang mempunyai kehidupan yang berkenan di hati Allah yakni Nuh. Nuh hidup benar, dan bergaul dengn allah. Allah mengikat perjanjian dengan Nuh sebagai perjanjian kehidupan. Allah tidak akan menghukum dunia ini dengan air bah yang dilambangkan dengan pelanggi. Sejarah keturuan Nuh, dari Ham muncul keturunan yang melawan Allah yakni melalui Nimrot. Manusia tersebar ke seluruh dunia. Allah tetap mempunyai rencana keselamatan bagi manusia, keturunan Sem yang dipilih Tuhan.
1. Keluarga sebagai basis Allah mengikat perjanjian-Nya.
Setelah keluarga Nuh dipilih oleh Allah untuk mengikat perjanjian, selanjutnya Allah juga mengikat perjanjian dengan keluarga Abraham – Kejadian 12:1-3. Dalam bagian firman Tuhan tersebut tertulis isi perjanjian itu yang mencakup: 1) Perjanjian tentang mendapatkan keturunan yang besar. 2) Perjanjian pemberkatan jasmani dan rohani serta popularitas sosial. 3) Perjanjian sebagai sarana/alat menyalurkan berkat (jasmani dan rohani) kepada semua orang. 4) Perjanjian pembelaan dan perlindungan dari segala bentuk perbuatan jahat dari sesama.
Implikasinya bagi keluarga masa kini.
Kehidupan Kristen adalah kehidupan perjanjian. Perjanjian itu disahkan oleh pengorbanan darah Kristus. Ibrani 10:16 sebab setelah Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, Ibrani 10:17 dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Ibrani 10:29 Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?
2. Keluarga sebagai basis Allah memelihara perjanjian-Nya.
Allah setia memelihara janji-Nya. Pemeliharaan janji Allah itu selalu berkaitan dengan keluarga. Kendatipun keluarga-keluarga melakukan kejahatan, namun Allah tetap memelihara janji-Nya yang sudah diikat pake sumpah dengan Abraham.
Bukti Allah setia memelihara janji-Nya ditandai dengan
membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dan membawa mereka ke tanah
perjanjian yaitu tanah Kanaan. Allah juga membebaskan bangsa Israel dari
perbudakan bangsa Babel. Allah juga mengumpulkan bangsa Israel dari berbagai
belahan dunia.
3. Keluarga sebagai basis Allah menggenapi janji-Nya.
Yesus lahir melalui keluarga Yusuf dan Maria. Keluarga Yusuf dan Maria dipilih oleh Allah untuk melaksanakan dan menggenapi janji-Nya. Kelahiran Yesus Kristus ke dunia merupakan penggenapan janji Allah yang sudah diikrarkan dalam Kejadian 3:15. Allah telah mengikat perjanjian ketika manusia berdosa melalui keluarga dan Ia menjaga perjanjian itu dalam kehidupan keluarga dan mewujudkanNya melalui keluarga Yusuf dan Maria dari keturuan Daud.
Sebagai gereja dan keluarga, yang juga menanti dan
hidup dalam perjanjian Allah. Allah menghendaki untuk tetap hidup setia pada
perjanjian, dan berpegang pada perjanjian bersama dengan Tuhan. Baik perjanjian
dalam kehidupan bersama sebagai keluarga (RT), maupun perjanjian sebagai
keluarga Allah yang telah ditebus dengan darah Kristus, untuk tetap hidup dalam
kasih, kesatuan dan kebersamaan dalam menanti dan mempercepat kedatangan
Kristus yang kedua kali. Tuhan memberkati.