Translate

Jadilah Garam Dan Terang Dunia Part 3

Jadilah garam dan terang dunia ~ Pengunjung dan pembaca setia blog ini yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, kita masih berada pada topik pembahasan tentang jadilah garam dan terang dunia. Ini merupakan tulisan saya yang ketiga di bawah tema tersebut. Saya berdoa dan berharap pengunjung dan pembaca setia blog ini mendapatkan rema dari setiap tulisan berantai yang disajikan di blog ini.

Jadilah garam dan terang dunia berimplikasi kepada peran dan fungsi kita sebagai pengikut Kristus yang telah mengalami kasih dan kebaikan-Nya dalam hidup kita. Ini penting karena memang dunia sudah begitu busuk dengan beragam perbuatan berdosa dan kejahatan. Itu sebabnya, kita ada bukan lagi sebagai penambah busuknya dunia dengan dosa, tetapi kita hadir untuk menghilangkan kebusukan dosa itu dengan cara menggaraminya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, benar dan memuliakan Tuhan.

Garam dalam pengajaran Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, melukiskan atau melambangkan tentang beberapa hal, yaitu:

1.    Garam sebagai simbol orang-orang kudus.
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang” – Matius 5:13. Kita adalah orang-orang kudus, artinya yang dikususkan untuk melakukan tugas khusus yaitu mewakili Kristus di tengah-tengah dunia. Kita harus menjadi orang-orang yang berkualitas, berguna dan bermanfaat bagi dunia ini.


Kita memang sudah diselamatkan dari dalam dunia, namun kita diutus kembali ke dalam dunia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang mulia, sehingga orang lain pun bisa menikmati kasih Allah dalam hidup mereka lewat apa yang kita lakukan.


Oleh karena itu, kita harus berusaha dan berjuang supaya hidup kita benar-benar cocok dengan dengan kepercayaan kita kepada Kristus. Jangan sampai hidup kita menjadi penghalang bagi orang lain untuk datang kepada Kristus. Dan bila itu terjadi, maka hidup kita tidak ada gunanya lagi.

2.    Garam sebagai simbol kasih karunia dalam hati.
“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain” – Markus 9:50.

Sebagai orang percaya dengan peran sebagai garam dunia, maka sesungguhnya kita harus melimpah dengan kasih. Dikatakan demikian, karena Allah sudah mencurahkan kasih-Nya kepada kita, sehingga kita selalu memiliki stok kasih di dalam hati kita. “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu” artinya kita harus senantiasa memiliki stok kasih yang melimpah di dalam diri kita, sehingga kelimpahan kasih yang ada dalam diri kita, maka kita dapat mengasihi orang lain termasuk musuh sekalipun.

Lalu dengan stok kasih atau persediaan kasih yang ada pada kita, maka kehidupan sosial kita pun pasti senantiasa ada dalam relasi yang penuh damai. Kekacauan sosial terjadi karena persediaan kasih yang makin sedikit bahkan cenderung habis dari kehidupan kebanyakan orang, termasuk orang Kristen. Itulah sebanya, penulis Injil Markus mendorong atau memotivasi kita, supaya dalam diri kita selalu tersedia kasih. Ini bisa terjadi bila kita selalu terkoneksi atau berelasi secara dinamis dengan Sang Sumber Kasih yaitu Allah di dalam Kristus Yesus.

3.    Garam sebagai simbol hikmat dalam komunikasi kita.
Rasul Paulus dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan garam sebagai simbol hikmat dalam berkomunikasi, menulis demikian: “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” – Kolose 4:6.


Ketika kita berkomunikasi dengan sesama, maka harusnya komunikasi itu adalah komunikasi yang membawa berkat bagi sesama. Komunikasi itu harus dibangun di atas kasih, bukan di atas kepentingan pribadi dan golongan. Bila komunikasi kita penuh hikmat, pastilah orang yang mendengarnya akan mendapat berkat, dikuatkan, dimotivasi, dihibur dan ditolong dalam menjalani kehidupannya. Biarlah kata-kata kita adalah kata-kata firman Tuhan dan dikuasai oleh firman Tuhan, sehingga hidup kita menjadi sarana berkat Tuhan bagi orang lain.