Translate

Jadilah Garam Dan Terang Dunia Part 2

Jadilah garam dan terang dunia ~ Tema ini merupakan lanjutan dari tema sebelumnya yang sudah saya bahas dalam tulisan terdahulu. Pada kesempatan ini, saya akan membahas tentang penggunaan atau pemakaian garam dalam konteks sehari-hari.

Setiap hari semua orang di seluruh dunia menggunakan garam dalam urusan dengan beragam jenis makanan. Baik makanan mentah maupun makanan olahan. Berdasarkan ajaran Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Bari, maka kita menemukan pemakaian atau penggunaan garam itu dalam beberapa hal, yaitu:

1.    Garam digunakan sebagai bahan penyedap.
Penulis kitab Ayub dalam pimpinan Roh Kudus terkait dengan garam sebagai bahan penyedap, menulis demikian: “Dapatkah makanan tawar dimakan tanpa garam atau apakah putih telur ada rasanya?” – Ayub 6:6. Dari firman Tuhan tersebut, kita mengerti bahwa makanan yang membutuhkan bahan penyedap rasa seperti garam namun tidak menggunakan garam, maka makanan tersebut bagaimana pun disajikan, maka makanan itu tidak ada artinya. Pastilah kita tidak berselera untuk menikmatinya.
Jadi, jika makanan yang membutuhkan garam, namun tidak digunakan garam, maka makanan itu akan kehilangan rasa nikmatnya. Dan tentu makanan tersebut tidak ada gunanya atau tidak bermanfaat. Demikian juga dengan kehidupan kita sebagai pengikut Kristus, bila kehidupan kita tidak menyatu dengan Kristus, maka hidup kita tidak bermanfaat bagi sesama.


Berdasarkan hal itulah, maka Yesus Kristus yang telah menyelamatkan kita, Ia mau supaya hidup kita bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Karena itu Tuhan Yesus memberi perintah kepada kita supaya kita menjadi garam bagi dunia ini. “Kamu adalah garam dunia”.

2.    Garam sebagai penambah sedapnya makanan persembahan.
“Dan tiap-tiap persembahanmu yang berupa korban sajian haruslah kaububuhi garam, janganlah kaulalaikan garam perjanjian Allahmu dari korban sajianmu; beserta segala persembahanmu haruslah kaupersembahkan garam” – Imamat 2:13. “Engkau harus membawanya ke hadapan TUHAN dan imam-imam harus menaburkan garam ke atasnya dan mempersembahkannya sebagai korban bakaran bagi TUHAN” – Yehezkiel 43:24. Dari dua bagian firman Tuhan di atas, maka kita menemukan bahwa garam tidak hanya digunakan dalam kaitan dengan makanan yang kita konsumsi setiap hari. Namun, garam juga dipakai dalam kaitannya dengan korban persembahan kepada Tuhan.

3.    Garam sebagai bahan untuk menetapkan perjanjian.
“Segala persembahan khusus, yakni persembahan kudus yang dipersembahkan orang Israel kepada TUHAN, Aku berikan kepadamu dan kepada anak-anakmu laki-laki dan perempuan bersama-sama dengan engkau; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya; itulah suatu perjanjian garam untuk selama-lamanya di hadapan TUHAN bagimu serta bagi keturunanmua” – Bilangan 18:19. “Tidakkah kamu tahu, bahwa TUHAN Allah Israel telah memberikan kuasa kerajaan atas Israel kepada Daud dan anak-anaknya untuk selama-lamanya dengan suatu perjanjian garam?” – 2 Tawarikh 13:5.

Berdasarkan dua bagian firman Tuhan di atas, kita menemukan bahwa sesungguhnya garam bukan saja berkaitan dengan makanan yang kita konsumsi setiap hari. Garam bukan saja berkaitan dengan bahan penyedap rasa makanan yang kita gunakan. Dari dua bagian firman Tuhan di atas, kita menemukan bahwa garam pun dipakai untuk mengikat suatu perjanjian sebagai perjanjian yang sah di hadap Tuhan.

Oleh karena itu, bisa kita simpulkan bahwa sesungguhnya garam berkorelasi dengan kebutuhan jasmani dan juga kebutuhan rohani. Dengan kehadiran kita sebagai “garam dunia” memiliki peran ganda yaitu menjawab kebutuhan dunia baik jasmani maupun rohani.

Dalam perintah Yesus bahwa kamu adalah garam dunia, maka kehadiran kita dalam pelayanan kepada dunia ialah harus melakukannya secara holistik. Tidak hanya bicara soal hal-hal jasmaniah, melainkan juga hal-hal yang rohaniah. Artinya dunia membutuhkan kedua hal itu secara bersama-sama.