Berserah Kepada Allah Dimasa Sukar
Berserah kepada Allah di masa sukar ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat Tuhan di kota Korintus, yaitu 2 Korintus 1:8-9: "Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati".
Masa sukar tentu selalu ada di jalan hidup semua orang. Masa sukar tersebut pada umumnya tidak disukai oleh siapa pun juga. Namun, suka atau tidak suka, diundang atau tidak diundang pun masa itu pasti datang juga dalam hidup kita.
Masa sukar dapat dipicu oleh beragam faktor. Misalnya bencana alam (gempa bumi, banjir, gunung meletus, tanah longsor, dll); peperangan dan musibah lainnya. Semua itu pasti menimbulkan masa sukar dalam kehidupan. Fakta itu saat ini sedang terjadi.
Rasul Paulus dalam pelayanan penginjilannya mengalami masa sukar, pada hal yang ia lakukan ialah untuk kepentingan Tuhan dan sesama manusia. Ia menulis tentang penderitaan yang dialaminya bersama tim pelayanannya di Asia Kecil. Penderitaan itu begitu besar dan begitu berat mereka tanggung. Dalam masa sukar itu, sebagai manusia biasa, rasul Paulus mengakui bahwa mereka telah putus asa.
Itulah dampak dari masa sukar itu. Membuat kebanyakan orang menjadi lemah, menyerah dan putus asa. Hal tersebut terjadi karena secara psikologis siapapun juga tentu tidak mampu hidup dalam masa-masa yang sukar. Akibatnya, banyak orang yang mengakhiri hidupnya di tangannya sendiri.
Tuhan Yesus Kristus pun mengalami masa sukar dalam hidup dan pelayanannya. Ia mengalami penderitaan yang hebat, ditolak oleh orang sekampungnya di Nazaret, dimusuhi oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Ia dibiarkan bergumul sendirian di taman Getsemani oleh murid-murid-Nya. Ketika berhadapan dengan orang-orang yang membenci-Nya, para murid lari meninggalkan diri-Nya menghadapi sendiri perlakuan kasar oleh para pemimpin Romawi dan Yahudi. Bahkan ketika Ia di salib, Bapa-Nya meninggalkan Dia.
Baca juga: Dalam Hal Apa Kita Bertekun?
Dari penjelasan di atas, maka kita masa sukar dihadapi dan dialami oleh siapa pun juga. Masa sukar boleh ada dan menimpa hidup Paulus, hidup Tuhan Yesus Kristus, hidup para pengikut Kristus dan hidup semua orang di bumi ini. Namun ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari sikap Yesus dan rasul Paulus dalam menyikapi masa sukar.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: "Apa sikap yang harus diambil ketika kita berada dalam masa-masa sukar di hidup kita?" Berdasarkan ajaran Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, maka ada beberapa sikap yang harus kita tunjukkan ketika ada dalam masa-masa sukar, yaitu:
1. Mengakui beratnya masa sukar yang kita alami.
"Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati" - 2 Korintus 1:8-9a.
Berdasarkan firman Tuhan di atas, maka kita melihat dan menemukan bagaimana rasul Paulus dengan jujur mengakui akan derita yang dialami oleh mereka. Mereka tidak mali mengakui perasaan mereka tentang berat dan sukarnya hidup di masa sukar yang mereka alami di Asia Kecil. Karena beban yang begitu besar dan berat yang ditanggung mereka, sehingga mereka terancam putus asa. Bahkan mereka merasa bahwa mereka sudah mati sebelum waktunya.
Demikian juga dengan kita, ketika menghadapi masa sukar harus jujur mengungkapkan perasaan kita. Jangan malu mengakui perasaan sakit yang disebabkan oleh masa sukar di hidup kita. Jangan sembunyikan perasaan kita dengan alasan nanti orang bilang apa sama kita. Percayalah ketika kita mengaku perasaan sakit karena masa sukar itu, maka separuh dari rasa sakit itu sudah hilang. Ini perkara bukan soal rohani atau tidak rohani, tetapi soal sikap yang tepat ketika ada dalam masa sukar.
Baca juga: Belajar Dari Karakter Doa Jemaat Awal
2. Mengakui bahwa kita terbatas.
"... Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, ..." - 2 Korintus 1:9b. Ada kalanya ketika kita ada dalam masa sukar, kita mengandalkan kekuatan kita, kita pikir mampu, kita bisa, kita sanggup. Sehingga kita lupa bahwa sesungguhnya kita ini lemah dan terbatas.
Masa sukar menyadar kita bahwa sesungguhnya kita lemah, terbatas dan tidak sanggup. Itulah yang dikemukakan oleh rasul Paulus. Masa sukar ia lihat dari perspektif positif, yaitu supaya mereka tidak mengandalkan diri dan kemampuannya. Dengan begitu, mereka sadar bahwa ada Tuhan yang harus mereka andalkan. "... tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati".- 2 Korintus 1:9c.
Allah yang mereka percayai adalah Allah yang mahakuasa. Allah memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati. Jika Allah bisa lakukan demikian, maka Allah dalam kuasa-Nya yang sama, pasti juga akan melepaskan mereka dari masa sukar yang sedang mereka alami. Itu sebabnya mereka berserah kepada Allah satu-satunya yang bisa mereka harapkan dan andalkan.
Demikian pula dengan kita. Ketika kita ada dalam masa-masa sukar, janganlah mengandalkan hikmat manusia dan menaruh harapan kepada manusia dan yang bukan Allah. Karena kalau kita lakukan hal itu, keadaan kita bukan semakin lebih baik, malah semakin buruk.
Oleh karenanya, satu-satunya cara yang harus kita lakukan ketika ada dalam masa sukar ialah kita harus berserah sepenuhnya kepada Allah. Mengapa? Karena itu hidup dan berkuasa. Dengan kekuatan kuasa-Nya, Allah sanggup melepaskan dan membebaskan kita dari masa-masa sukar karena orang-orang yang mengandalkan Dia dan menaruh harapanya kepada Tuhan Allah pasti mendapat pertolongan pada waktunya.
Masa sukar tentu selalu ada di jalan hidup semua orang. Masa sukar tersebut pada umumnya tidak disukai oleh siapa pun juga. Namun, suka atau tidak suka, diundang atau tidak diundang pun masa itu pasti datang juga dalam hidup kita.
Masa sukar dapat dipicu oleh beragam faktor. Misalnya bencana alam (gempa bumi, banjir, gunung meletus, tanah longsor, dll); peperangan dan musibah lainnya. Semua itu pasti menimbulkan masa sukar dalam kehidupan. Fakta itu saat ini sedang terjadi.
Rasul Paulus dalam pelayanan penginjilannya mengalami masa sukar, pada hal yang ia lakukan ialah untuk kepentingan Tuhan dan sesama manusia. Ia menulis tentang penderitaan yang dialaminya bersama tim pelayanannya di Asia Kecil. Penderitaan itu begitu besar dan begitu berat mereka tanggung. Dalam masa sukar itu, sebagai manusia biasa, rasul Paulus mengakui bahwa mereka telah putus asa.
Itulah dampak dari masa sukar itu. Membuat kebanyakan orang menjadi lemah, menyerah dan putus asa. Hal tersebut terjadi karena secara psikologis siapapun juga tentu tidak mampu hidup dalam masa-masa yang sukar. Akibatnya, banyak orang yang mengakhiri hidupnya di tangannya sendiri.
Tuhan Yesus Kristus pun mengalami masa sukar dalam hidup dan pelayanannya. Ia mengalami penderitaan yang hebat, ditolak oleh orang sekampungnya di Nazaret, dimusuhi oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Ia dibiarkan bergumul sendirian di taman Getsemani oleh murid-murid-Nya. Ketika berhadapan dengan orang-orang yang membenci-Nya, para murid lari meninggalkan diri-Nya menghadapi sendiri perlakuan kasar oleh para pemimpin Romawi dan Yahudi. Bahkan ketika Ia di salib, Bapa-Nya meninggalkan Dia.
Baca juga: Dalam Hal Apa Kita Bertekun?
Dari penjelasan di atas, maka kita masa sukar dihadapi dan dialami oleh siapa pun juga. Masa sukar boleh ada dan menimpa hidup Paulus, hidup Tuhan Yesus Kristus, hidup para pengikut Kristus dan hidup semua orang di bumi ini. Namun ada pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari sikap Yesus dan rasul Paulus dalam menyikapi masa sukar.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: "Apa sikap yang harus diambil ketika kita berada dalam masa-masa sukar di hidup kita?" Berdasarkan ajaran Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, maka ada beberapa sikap yang harus kita tunjukkan ketika ada dalam masa-masa sukar, yaitu:
1. Mengakui beratnya masa sukar yang kita alami.
"Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati" - 2 Korintus 1:8-9a.
Berdasarkan firman Tuhan di atas, maka kita melihat dan menemukan bagaimana rasul Paulus dengan jujur mengakui akan derita yang dialami oleh mereka. Mereka tidak mali mengakui perasaan mereka tentang berat dan sukarnya hidup di masa sukar yang mereka alami di Asia Kecil. Karena beban yang begitu besar dan berat yang ditanggung mereka, sehingga mereka terancam putus asa. Bahkan mereka merasa bahwa mereka sudah mati sebelum waktunya.
Demikian juga dengan kita, ketika menghadapi masa sukar harus jujur mengungkapkan perasaan kita. Jangan malu mengakui perasaan sakit yang disebabkan oleh masa sukar di hidup kita. Jangan sembunyikan perasaan kita dengan alasan nanti orang bilang apa sama kita. Percayalah ketika kita mengaku perasaan sakit karena masa sukar itu, maka separuh dari rasa sakit itu sudah hilang. Ini perkara bukan soal rohani atau tidak rohani, tetapi soal sikap yang tepat ketika ada dalam masa sukar.
Baca juga: Belajar Dari Karakter Doa Jemaat Awal
2. Mengakui bahwa kita terbatas.
"... Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, ..." - 2 Korintus 1:9b. Ada kalanya ketika kita ada dalam masa sukar, kita mengandalkan kekuatan kita, kita pikir mampu, kita bisa, kita sanggup. Sehingga kita lupa bahwa sesungguhnya kita ini lemah dan terbatas.
Masa sukar menyadar kita bahwa sesungguhnya kita lemah, terbatas dan tidak sanggup. Itulah yang dikemukakan oleh rasul Paulus. Masa sukar ia lihat dari perspektif positif, yaitu supaya mereka tidak mengandalkan diri dan kemampuannya. Dengan begitu, mereka sadar bahwa ada Tuhan yang harus mereka andalkan. "... tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati".- 2 Korintus 1:9c.
Allah yang mereka percayai adalah Allah yang mahakuasa. Allah memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati. Jika Allah bisa lakukan demikian, maka Allah dalam kuasa-Nya yang sama, pasti juga akan melepaskan mereka dari masa sukar yang sedang mereka alami. Itu sebabnya mereka berserah kepada Allah satu-satunya yang bisa mereka harapkan dan andalkan.
Demikian pula dengan kita. Ketika kita ada dalam masa-masa sukar, janganlah mengandalkan hikmat manusia dan menaruh harapan kepada manusia dan yang bukan Allah. Karena kalau kita lakukan hal itu, keadaan kita bukan semakin lebih baik, malah semakin buruk.
Oleh karenanya, satu-satunya cara yang harus kita lakukan ketika ada dalam masa sukar ialah kita harus berserah sepenuhnya kepada Allah. Mengapa? Karena itu hidup dan berkuasa. Dengan kekuatan kuasa-Nya, Allah sanggup melepaskan dan membebaskan kita dari masa-masa sukar karena orang-orang yang mengandalkan Dia dan menaruh harapanya kepada Tuhan Allah pasti mendapat pertolongan pada waktunya.