Ketika Kita Melakukan Kesalahan
Ketika kita melakukan kesalahan ~ Kamu mungkin
menemui mereka di jalanan. Orang-orang yang kesepian, tidak memiliki tempat
tinggal, dan kecanduan. Dahulu, mereka mungkin sama seperti kita, tapi di suatu
waktu dalam kehidupan mereka, satu atau lebih pilihan yang salah telah
menghancurkan kehidupan mereka. Kini, mereka berpikir sudah terlambat untuk
mencoba memperbaiki kesalahan mereka. Mereka berpikir Tuhan juga tidak ingin
berelasi dengan mereka lagi.
Atau
mungkin kamu mempunyai seorang teman atau mendengar seseorang yang berjuang
untuk membesarkan bayinya seorang diri setelah beberapa pilihan yang buruk yang
dibuatnya. Hidup menjadi sulit dan sepi baginya. “Bahkan jika Tuhan itu ada,
Dia juga tidak tahu atau tidak peduli dengan kesulitanmu,” katanya. Di sekitar
kita, ada begitu banyak orang-orang yang seperti itu. Bahkan, beberapa
tetanggaku juga memiliki pemikiran yang serupa dengan para tunawisma jalanan
yang aku ceritakan di atas.
Aku merasa sedih karena mereka membiarkan
pilihan-pilihan mereka di masa lalu menjebak mereka ke dalam kehidupan yang
hancur—karena sebenarnya mereka tidak seharusnya seperti itu. Itulah yang aku
pelajari ketika aku mendalami Nehemia 9. Di titik ini, orang Israel sedang melakukan
perjalanan kembali ke Israel, setelah menghabiskan 70 tahun di pembuangan di
Babel. Nehemia telah membangun kembali tembok Yerusalem meskipun ada banyak
tentangan. Kini, mereka yang telah kembali lalu dikumpulkan bersama dan mereka
dihadapkan pada sebuah pilihan: Akankah mereka mengikut Tuhan?
Jawabannya adalah ya—mereka ingin mengikut Tuhan. Kita dapat melihat doa pertobatan mereka di Nehemia 9. Itu adalah sebuah doa yang panjang dan berisi apa yang telah Tuhan lakukan bagi mereka sebagai sebuah bangsa dan juga semua kesalahan mereka. Sama seperti orang-orang yang kita lihat di sekitar kita, bangsa Israel membuat beberapa pilihan yang sangat buruk. Mereka menolak Tuhan dan melakukan apa yang mereka inginkan, bahkan setelah melihat Tuhan melakukan hal-hal yang luar biasa bagi mereka—seperti melepaskan mereka dari perbudakan.
Mereka tentunya dipenuhi rasa sesal dan rasa
malu ketika mereka melihat kembali kesalahan-kesalahan mereka di masa lalu.
Tapi apa yang mengagetkan saya tentang doa mereka bukanlah tentang dosa-dosa
mereka, tapi bagaimana Tuhan merespons mereka ketika mereka jatuh.
Di dalam Nehemia 9 ada banyak kata-kata yang
indah seperti berikut: “Tetapi Engkaulah Allah yang sudi mengampuni, yang
pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih
setia-Nya. Engkau tidak meninggalkan mereka.” (Neh. 9:17). “Engkau tidak
meninggalkan mereka di padang gurun karena kasih sayang-Mu yang besar.” (Neh. 9:19)
“Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak
kepada-Mu, lalu Engkau mendengar dari langit dan karena kasih sayang-Mu
yang besar Kauberikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari
tangan lawan mereka.” (Neh. 9:27). “Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan
Engkau mendengar dari langit, lalu menolong mereka berulang kali, karena kasih sayang-Mu.”
(Neh. 9:28). “Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak
membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah
Allah yang pengasih dan penyayang.” (Neh. 9:31)
Wow! Betapa luar biasanya Tuhan kita, yang
penuh kasih sayang dan masih mengasihi kita meskipun ketika kita mengabaikan
Dia. Dalam hidupku sendiri, aku juga telah gagal menjalankan perintah-perintah
Tuhan seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. Dan salah satu yang begitu
mengena untukku adalah ketika aku memilih untuk tidak menceritakan tentang Yesus kepada
seseorang, karena aku takut dengan tanggapan yang mungkin diberikan oleh orang
itu.
Di Inggris, orang-orang biasanya tidak
mengenal atau tidak berbicara dengan tetangga-tetangga mereka. Di lingkunganku,
kami mungkin mengucapkan salam kepada orang-orang ketika kami meninggalkan
rumah pada waktu yang bersamaan, tapi percakapan kami tidak pernah lebih dari
seputar cuaca. Jadi meskipun aku tahu tetangga-tetanggaku membutuhkan Yesus,
aku tidak berkata lebih dari “halo” ketika aku melihat mereka, karena aku takut
mereka akan berpikir bahwa aku gila.
Ketika aku memikirkan semua kesempatan yang
telah aku lewatkan, aku merasa begitu bersalah. Aku tahu aku telah mengabaikan
apa yang Tuhan perintahkan untuk aku lakukan: mengabarkan tentang Yesus kepada
orang-orang. Dan itu membuatku berpikir bahwa Dia pastilah sangat marah
denganku. Jadi membaca ayat-ayat ini membuatku menjadi sangat lega. Itu terasa
seperti seseorang mengangkat beban yang berat dari punggungku. Dan itulah yang
Tuhan janjikan jika kita mengambil waktu untuk berdoa, mengaku dosa kita, dan
meminta pengampunan-Nya; Dia akan membebaskan kita dari segala rasa bersalah
dan membersihkan kita dari dosa-dosa kita. Tentu aku masih perlu bertanggung
jawab untuk mengabarkan tentang Yesus kepada orang-orang, tapi aku dapat
melakukan itu karena aku ingin taat kepada Tuhan dan bukan karena rasa
bersalahku.
Jadi, inilah pesan yang ingin aku sampaikan.
Mungkin kamu telah membuat beberapa pilihan yang buruk di masa lalu. Mungkin
kamu pergi dengan teman-teman yang salah atau kamu melakukan hal yang
seharusnya tidak kamu lakukan ketika pacaran dan kamu tahu bahwa tindakanmu
tidak menyenangkan Tuhan. Atau mungkin pilihan-pilihan yang kamu buat membuatmu
merasa kosong dan bersalah. Jika kamu merasa begitu hancur dan merasa Tuhan
tidak mungkin mengampunimu, bacalah apa yang Tuhan katakan di dalam Alkitab.
Ketahuilah tentang pribadi-Nya dan apa yang telah Dia lakukan bagimu di atas
kayu salib. Akuilah dosamu dan mintalah pengampunan-Nya.
Kembalilah kepada Tuhan yang “pengasih dan
penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya.” Dia takkan
mengabaikanmu. Jangan terjebak dalam kesalahan yang kita buat di masa lalu.
Bersama-Nya, kamu dapat menjadi pribadi yang lebih baik.