Translate

Kasih Yang Sejati

Kasih yang sejati – Setiap manusia membutuhkan kasih dalam hidupnya, sebab kasih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang bersifat universal, sebagaimana  dikemukakan oleh Abraham Maslow yaitu “Needs of Love”, kebutuhan untuk dicintai atau dikasihi.

Dengan demikian, tidak ada satu manusia pun di bumi ini yang tidak membutuhkan kasih sayang dalam hidupnya. Semua manusia sangat membutuhkan kasih. Dalam frame tersebut, kasih yang dibutuhkan oleh manusia itu berasal dari sesamanya manusia dalam interaksi sosial secara horisontal dan juga kasih yang bersumber dari Allah dalam interaksi spiritual atau relasi rohani secara vertikal.

Dalam kehidupan nyata antara manusia secara alamiah, kasih itu telah dijalani dalam hubungan antar sesama. Artinya, kehidupan yang dijalani oleh manusia dalam konteks dekat yaitu keluarga dalam hubungan darah maupun dalam konteks jauh yaitu manusia pada umumnya. Namun, kasih yang dimaksud sering mengalami pasang surut dan tidak jarang berujung kepahitan dan bahkan maut, tetapi kasih yang sejati tidaklah demikian. Ia tahan terhadap badai kehidupan.

Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Apa dan bagaimana kasih sejati itu bisa kita alami dalam hidup ini?” Berdasarkan pengajaran Alkitab, maka kita menemukan beberapa kebenaran tentang kasih sejati berdasarkan Yohanes 15:9-13, yaitu:

1. Kasih yang Berasal dari Allah.
Dalam tradisi Yunani, dikenal ada empat jenis kasih. Keempat jenis kasih ini di bagi menjadi dua bagian besar, yaitu: tiga jenis kasih itu berkaitan dengan relasi manusia dengan sesamanya sedangkan satu jenis kasih itu berhubungan dengan relasi Allah dengan manusia. Berikut keempat jenis kasih itu: pertama, Kasih Eros (antar lawan jenis). Kasih eros inilah yang memungkinkan manusia dapat mencintai dan dicintai. Dapat memberi cinta dan menerima cinta; kedua, Kasih Storge (kasih karena hubungan darah/keluarga).

Kasih ini terjalin kuat secara emosional dan juga batiniah yang terbangun di antara orangtua dengan anaknya dan anak yang satu dengan yang lainnia dan sebaliknya. Kasih inilah yang mengikat relasi keluarga, sehingga bila kasih ini tumbuh secara sehat di dalam keluarga, maka keluarga akan menjadi keluarga yang harmonis; ketiga, Kasih Filia (kasih antara sesama manusia). Kasih inilah yang memungkinkan sesama manusia dapat terkoneksi dengan harmonis.

Kasih inilah yang membuat sesama manusia bisa muncul perasaan simpati, empati dan ingin berbagi dengan sesamanya; keempat,  Kasih Agape (Kasih Allah). Kasih inilah yang menjadi landasan Allah mengutus Anak-Nya yang Tunggal Yesus Kristus ke dalam dunia – Yohanes 3:16. Kasih ini jugalah yang menjadi dasar bagi Yesus untuk mengorbankan diri dan nyawa-Nya di atas kayu salib untuk menyelamatkan kita dari murka Allah. Kasih ini jugalah yang memotivasi Yesus untuk rela menanggung hukuman dosa kita di atas kayu salib. Kasih ini tidak menuntut balasan, kasih inilah yang abadi karena bersumber dari Allah.


2. Kasih yang mendatangkan sukacita penuh.
Kasih Allah memungkinkan kita mengalami sukacita penuh dalam hidup kita. Kita bersukacita karena Allah mengasihi kita. Kita bersukacita karena dosa-dosa kita diampuni oleh Allah. Kita bersukacita karena Allah mengaruniakan hidup kekal bagi kita di dalam dan melalui Yesus Kristus.

Kita bersukacita karena Allah menjadikan kita mitra kerja-Nya di dunia ini, sehingga kita bisa menjadi saluran berkat Allah bagi sesama kita. Kita bersukacita karena ada Roh Kudus yang tinggal di dalam kita, sebagai penolong dalam kesesakan dan penghibur di dalam dukacita. Kita bersukacita karena ada firman Tuhan yang tertulis (Alkitab) sebagai pegangan dan dasar iman kita, sehingga kita dapat bertumbuh di dalam iman dan kasih.

Ketika kita bisa berbagi kasih dengan sesama kita secara internal (tubuh Kristus) dan secara eksternal sesama kita, maka tindakan atau perbuatan itu menanda buktikan bahwa kita menaati perintah Yesus dan menunjukkan bahwa sukacita Yesus ada di dalam kita. “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” – Yohanes 15:11.

3. Kasih yang berkorban dalam menjawab kebutuhan sesama.
Berdasarkan ajaran Alkitab, semua manusia sudah berdosa – Roma 3:23. Upah dosa atau hukuman dosa ialah maut – Roma 6:23a. Tetapi Allah mengasihi manusia yang dibuktikan dengan Kristus mati di atas kayu salib ketika kita masih berdosa. Rasul Paulus menulis demikian: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” – Roma 5:8.

Allah mengasihi kita. Yesus Kristus mengasihi kita. Allah membuktikan kasih-Nya kepada kita melalui inkarnasi dan pengorbanan Yesus bagi kita. Yesus mengasihi kita. Ia membuktikannya dengan rela mati bagi kita ketika kita masih berdosa. Yesus menyembuhkan penyakit kita.

Oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Rasul Petrus dalam suratnya menulis: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” – 1 Petrus 2:24. Yesus Kristus dalam pelayanan kasih-Nya menyembuhkan dan membebaskan orang dari ikatan kuasa gelab dan kuasa setan. Yesus dalam kasih-Nya mengangkat kita dari kegagalan dan keputusasaan karena beragam pergumulan yang kita alami. Yesus Kristus dalam kasih-Nya membangun persekutuan dengan orang berdosa (pemungut cukai). Yesus Kristus dalam kasih-Nya memberi makanan kepada yang lapar. Yesus Kristus menyingkirkan hambatan supaya kita bisa melakukan tindakan kasih.