Karakteristik Hidup Sebagai Umat Allah
Berdasarkan firman Tuhan
diatas, kita membaca bahwa Tuhan sangat serius bicara tentang karakter hidup
umat-Nya. Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Karakteristik yang
bagaimana yang Tuhan kehendaki dimiliki oleh umat-Nya?” Sesuai dengan firman
Tuhan yang ditulis oleh pemazmur di atas, maka ada beberapa karakteristik yang
harusnya ada di dalam hidup umat Allah, yaitu:
1.
Hidup dalam ketulusan.
Kata “ketulusan” berasal dari
kata dasar “tulus”. Arti kata “tulus” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ialah: “Sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dr hati yg suci); jujur;
tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas” – (2005:1219).
Dengan demikian, ketulusan menunjuk kepada sentral dari hidup kita yaitu hati
yang terekspresi keluar melalui tindakan jujur di dalam seluruh hidup kita.
Itulah sebabnya Allah
menghendaki supaya kita umat-Nya memiliki karakter ketulusan karena ada nilai
positif yang bisa kita peroleh. Dalam perspektif Allah, jika kita hidup dalam
ketulusan, maka kita akan memiliki masa depan. Mengapa dikatakan demikian? Ada beberapa
alasan kuat, yaitu:
Pertama,
orang yang hidup dalam ketulusan akan menikmati kebaikan Allah dalam hidupnya. Atau
dengan lain kata Allah selalu baik kepadanya. Terkait dengan hal itu, penulis
kitab Mazmur menulis demikian: “Mazmur Azaf. Sesungguhnya Allah itu baik
bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya” – Mazmur 73:1.
Kedua,
orang yang hidup dalam ketulusan akan mengalami perkenanan Allah dalam
hidupnya. Terkait dengan perkenanan Allah, penulis kitab Ayub menulis demikian:
“Ia
berdoa kepada Allah, dan Allah berkenan menerimanya; ia akan memandang
wajah-Nya dengan bersorak-sorai, dan Allah mengembalikan kebenaran kepada
manusia” – Ayub 33:26.
Ketiga,
orang yang hidup dalam ketulusan, maka kerinduan, doa dan harapannya akan
dikabulkan oleh Allah. terkait dengan hal itu, nabi Yesaya menulis demikian: “Maka
berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: “Pergilan dan katakanlah kepada Hizkia:
Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan
telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima
belas tahun lagi, dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur
dan Aku akan memagari kota ini” – Yesaya 38:4-6.
Keempat,
orang yang hidup dalam ketulusan akan mendapat providensia (pemeliharaan – red)
sempurna dari Allah. terkait dengan hal itu penulis kitab Amsal menulis
demikian: “Jalan TUHAN adalah perlindungan bagi orang yang tulus, tetapi
kebinasaan bagi orang yang berbuat jahat” – Amsal 10:29.
2.
Hidup dalam kejujuran.
Kata “kejujuran” berasal dari
kata “jujur”
yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: “1) lurus hati; tidak berbohong
(misalnya dengan berkata apa adanya); 2) tidak curang (misalnya dalam
permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku)”.
Berdasarkan pengertian di
atas, maka Allah sangat menghargai umat-Nya yang hidup dalam kejujuran. Karena
itulah karakter dari anak-anak kerajaan Allah. Dan dengan demikian, pasti ada
keuntungan yang kita peroleh bila kita hidup dalam kejujuran. Apa saja
keuntungan yang akan didapat ketika kita hidup dalam kejujuran?
Pertama,
umat Allah yang hidup dalam kejujuran, mendapat jaminan hidup yang pasti dari
Allah. Jaminan hidup yang pasti dari Allah ini mencakup: jaminan keselamatan
hidup kekal; jaminan kesehtan fisik dan jaminan kebutuhan materi.
Terkait dengan hal itu, penulis kitab Mazmur menulis demikian: “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya” – Mazmur 50:23.
Terkait dengan hal itu, penulis kitab Mazmur menulis demikian: “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya” – Mazmur 50:23.
Kedua,
umat Allah yang hidup dalam kejujuran, membuat Allah bergaul dengannya. Artinya
ada intimasi antara Allah dengan umat-Nya. Terkait dengan hal itu, penulis
kitab Amsal menulis demikian: “Karena orang yang sesat adalah kekejian
bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia beragul erat” – Amsal 3:32.
Ketiga,
umat Allah yang hidup dalam kejujuran, akan mendapatkan pertolongan dari Allah.
Terkait dengan hal itu, penulis kitab Amsal menulis demikian: “Ia
menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang
tidak bercela lakunya” – Amsal 2:7.
3.
Hidup dalam perdamaian.
Kata “perdamaian” berasal
dari kata dasar “damai”. Arti kata “damai” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu: “1) aman; 2) tentram; 3) keadaan tidak bermusuhan; rukun. Suka damai ==
suka tenang, suka untuk tidak bermusuhan/kerukunan”.
Berdasarkan pengertian di
atas, maka kita melihat bahwa Allah sesungguhnya menghendaki supaya umat-Nya
memiliki karakteristik yang demikian. Mengapa? Karena karakter Allah adalah
damai. Dia sumber damai sejahtera. Dan jika kita mengaku sebagai umat Allah,
maka karakter harus cocok dengan identitas kita sebagai umat Allah. Hidup dalam
perdamaian, menunjukkan beberapa hal, yaitu:
Pertama,
umat Allah yang hidup dalam perdamaian, maka itu membuktikan bahwa ia adalah
anak-anak Allah – Matius 5:9; 6:32.
Kedua,
umat Allah yang hidup dalam perdamaian membuktikan bahwa ia hidup di dalam
hikmat Allah – Yakobus 3:17.
Ketiga,
umat Allah yang hidup dalam perdamaian karena ia menyadari bahwa perdamaian itu
lebih utama dari sebuah persembahan – Matius 5:24.
Demikianlah penjelasan saya
tentang karakteristik hidup umat Allah. Doa dan harapan saya kiranya setelah
anda membaca tulisan ini, anda menemukan diri memiliki karakteristik seperti di
atas. Dan jika anda mendapati diri anda bahwa belum memiliki karakteristik
seperti di atas, maka berusahalah memperolehnya karena besar keuntungan yang
akan anda dapatkan. Selamat mencoba. Tuhan Yesus memberkati.
Baca juga: Meraih Berkat Tuhan Melalui Hidup Dalam Kesetiaan.
Baca juga: Meraih Berkat Tuhan Melalui Hidup Dalam Kesetiaan.