Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah 2
Hidup bersama sebagai
keluarga Allah – Dalam tulisa
saya yang pertama, sudah saya jelaskan dua prinsip hidup sebagai keluarga
Allah. Anda bisa membacanya: DI SINI. Keluarga adalah unit terkecil
dalam sebuah masyarakat. Kendati pun keluarga hanya menjadi unit terkecil di
dalam masyarakat, namun sepak terjangnya di dalam masyarakat sangat penting,
sentral dan stategis.
Mengapa dikatakan demikian? Karena bila keluarga hidup bersama sebagai keluarga Allah, maka bisa dipastikan keluarga itu akan menghasilkan anggota-anggota dengan kehidupan etika-moral yang mumpuni. Jika semua masyarakat dibentuk oleh anggota-anggota dengan kualitas etika-moral yang mantap, maka dijamin masyarakat itu akan hidup damai, aman, harmonis dan sinergi satu dengan yang lainnya.
Mengapa dikatakan demikian? Karena bila keluarga hidup bersama sebagai keluarga Allah, maka bisa dipastikan keluarga itu akan menghasilkan anggota-anggota dengan kehidupan etika-moral yang mumpuni. Jika semua masyarakat dibentuk oleh anggota-anggota dengan kualitas etika-moral yang mantap, maka dijamin masyarakat itu akan hidup damai, aman, harmonis dan sinergi satu dengan yang lainnya.
Hidup
bersama sebagai keluarga Allah selalu ada tanda-tanda berkat di dalamnya. Hidup
bersama sebagai keluarga Allah pasti ada nilai-nilai yang dihidupi dan
diaplikasi bersama dalam relasi satu dengan yang lainnya.
3.
Hidup dalam kesamaan.
Hidup bersama sebagai
keluarga Allah ditandai dengan adanya sikap kesamaan. Kesamaan di sini menunjuk
kepada hak dan kewajiban sebagai sebuah keluarga Allah. Sebagai sebuah
keluarga, tentu semua anggota memiliki hak-hak yang sama yang patut dihargai
dan dihormati oleh semua anggota. Tentu hak-hak di sini mengacu kepada hak
untuk melakukan hal-hal positif dan produktif yang mempermuliakan Allah.
Selain memiliki hak yang
sama, setiap anggota keluarga juga mempunyai kewajiban yang sama. Kewajiban
yang sama ini akan terlihat dalam sikap yang kuat untuk menjunjung hak asasi sesama
anggota, menghormati dan menjaga kehormatan serta nama baik keluarga.
Ada banyak anggota keluarga
yang terluka secara emosional dan juga batinnya tersiksa karena ulah dari
setiap anggota keluarga. Suami berusaha sedemikian rupa untuk menjaga
kehormatan dan nama baik keluarga, istri dengan egonya merusak kehormatan dan
nama baik keluarga. Sebaliknya istri berusaha supaya keluarganya memiliki
reputasi yang positif, suami dengan egonya memporak-porandakan kehormatan
keluarga. Orangtua dengan susah paya membangun dan menjaga kehormatan dan nama
baik keluarga, anak-anak dalam kepentingan dan kesenangannya sendiri merusak kehormatan
dan nama baik keluarga.
Mengapa bisa demikian?
Karena masing-masign tidak memahami dan mengerti peran dan fungsinya secara
benar dalam keluarga. Itu sebabnya hidup bersama sebagai keluarga Allah sangat
penting untuk dipahami, dingerti dan diimplementasikan oleh setiap anggota dalam
keluarga. Salah satunya ialah dengan hidup dalam kesamaan. Dengan hidup dalam
kesamaan, maka saya percaya setiap anggota akan memainkan peran dan fungsinya
secara proporsional, sehingga akan tercipta harmoni dan sinergi dalam keluarga.
Laka-luka emosional dan tekanan batin pasti akan diminimalisir. Keluarga akan
semakin produktif dan menjadi berkat bagi sesama.
4.
Hidup dalam status dan posisi yang jelas.
Hidup bersama sebagai
keluarga Allah akan terlihat dalam pola kehidupan yang jelas. Pola kehidupan
yang jelas tersebut mengacu kepada status rohani yang jelas dan posisi struktur
yang jelas juga.
Hidup bersama sebagai
keluarga Allah harus dibangun di atas status yang jelas. Status yang dimaksud
ialah secara rohani sudah percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamatnya secara pribadi. Hidup bersama sebagai keluarga Allah bisa jika
setiap anggota sudah memiliki hubungan yang spesial dengan Kristus.
Banyak suami yang mengalami
kesulitan untuk hidup menjadi imam yang baik dalam keluarga karena ia belum
memiliki status rohani yang jelas di dalam Kristus. Banyak istri yang sulit
menjadi penolong yang baik bagi suaminya karena ia belum memiliki status yang
jelas di dalam Kristus. Banyak orangtua tidak menjadi teladan yang baik bagi
anak-anaknya karena mereka belum memiliki status yang benar secara rohani. Oleh
karena itu, hidup bersama sebagai keuarga Allah harus diawali dengan status
yang jelas di dalam Kristus.
Selanjutnya hidup bersama
sebagai keluarga Allah selain memiliki status yang jelas secara rohani, juga
harus memiliki posisi yang jelas di dalam keluarga. Banyak suami yang hidup di
bawah ketiak istri, banyak suami yang takut kepada istrinya karena istri telah
menundukan posisi suaminya. Istri merampas posisi suami sebagai kepala dalam keluarga.
Hal ini terjadi ketika istri posisinya di kantor lebih tinggi dari suaminya dan
juga gajinya lebih besar dibandingkan dengan suaminya. Akibatnya istri menjadi
penguasa bukan saja di kantor bahkan sampai di rumah pun ia menjadi penguasa.
Menurut Alkitab dari segi
posisi structural dalam keluarga suami adalah pemimpin, kepala keluarga bukan
istri. Posisi istri secara structural dalam keluarga ada di bawah kepemimpinan
suami – Efesus 5:22-23. Oleh karena itu, hidup bersama sebagai keluarga Allah
harus ditanda-buktikan dengan hidup dalam status dan posisi yang jelas. Hal ini
harus dipahami dan dimengerti oleh semua anggota keluarga.
5.
Hidup dalam kesediaan untuk menerima perbedaan.
Hidup bersama sebagai
keluarga Allah harus dibangun dalam sikap menerima perbedaan satu dengan yang
lainnya. Suami diciptakan oleh dari debu tanah. Istri diciptakan oleh Allah
dari tulang rusuk suaminya. Dari proses penciptaan dan bahan baku yang
digunakan saja sudah jelas berbeda. Kendati pun berbeda, namun secara esensi
ada persamaan, yaitu diciptakan serupa dan segambar dengan Allah.
Laki-laki dan perempuan
diciptakan oleh Allah secara unik. Keunikan itulah yang memungkinkan kehidupan
keluarga dapat saling melengkapi. Oleh karena itu, hidup bersama sebagai
keluarga Allah harus dibangun di atas dasar menerima perbedaan untuk melengkapi.
Inilah sikap yang harus ditumbuh-kembangkan.
Pada masa kini, sangat jelas
terlihat perbedaan antara suami dan istri. Perbedaan selera, perbedaan hobi,
perbedaan latar belakang budaya, perbedaan latar belakang pendidikan, perbedaan
persepsi dan lain sebagainya. Jika suami dan istri tidak siap menerima
perbedaan tersebut, maka mustahil bisa hidup bersama sebagai keluarga Allah. Oleh
karena itu, dibutuhkan kedewasaan rohani dan kematangan emosional serta
kedewasaan pengetahuan dari suami-istri supaya bisa menerima perbedaan sebagai
karunia Allah bagi keluarga. Jadi, hidup
bersama sebagai keluarga Allah adalah sukacita besar bagi Allah yang ditandai
dengan hidup dalam kasih, hidup dalam kesatuan, hidup dalam kesamaan, hidup
dalam status dan posisi yang jelas serta hidup dalam kesediaan untuk menerima
perbedaan. Itulah wujud dari hidup bersama sebagai keluarga Allah.
Baca juga: Injil Dalam Perspektif Orang Kristen.
Baca juga: Injil Dalam Perspektif Orang Kristen.
Post a Comment for "Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah 2"