Translate

3 Dimensi Kesetiaan Daniel

Dimensi kesetiaan Daniel - Daniel adalah salah seorang pemuda Ibrani yang turut ditawan ke Babel. Nebukadnezar memakai makanan sebagai satu tools atau alat untuk menjadikan Daniel sebagai seorang Babel. Dikatakan demikian: "Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja dan anggur yang biasa diminumnya ..." - Daniel 1:5. Bagaimana reaksi atau tanggapan atau respon Daniel terhadap ketetapan raja itu?Dikatakan demikian: "Daniel berketetapan untuk tidak menjaiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja ..." - Daniel 1:8. Untuk itu, Daniel dengan hormat memohon kepada pemimpin pegawau istana supaya: pertama, ia tidak usah menajiskan dirinya - Daniel 1:8b; kedua, ia cukup diberikan sayur dan air putih - Daniel 1:12b.

Berdasarkan pemaparan firman Tuhan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Daniel selain taat, ia juga setia kepada nilai-nilai ajaran Yahudi. Daniel tetap setia menjalankan apa yang diajarkan dalam hukam Taurat. Ia taat kepada apa yang diperintahkan firman Tuhan kepadanya.

Pertanyaan penting ialah: "Apa saja dimensi kesetiaan Daniel, yang memampukan dia untuk melakukan perintah dan kehendak Tuhan dalam hidupnya? Berikut beberapa dimensi kesetiaan Daniel yang bisa kita jadikan teladan dalam hidup kita.

1. Daniel setia untuk berdoa.
Dikatakan demikian: "Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya" - Daniel 6:11.


Lembaran-lembaran kitab Daniel merupakan saksi hidup atas setiap pujian dan doa yang dipanjatkan kepada Allah. Pertama, Daniel sungguh menyadari bahwa sukses tidaknya pelayanannya di Babel itu bergantung sepenuhnya pada hubungannya dengan Allahnya. Karena itulah, Daniel tetap setia menjalankan doa permohonannya kepada Allahnya karena dia tahu bahwa hanya dengan berserah kepada Tuhan dalam doa ia mendapatkan dukungan dari sorga. Kedua, Daniel sungguh menyadari bahwa ilmu, hikmat, kekuatan dan jabatan yang dimilikinya itu semata-mata bersumber dari Allah. Karenanya, ia setia untuk berdoa kepada Allahnya. Doa menjadi cara hidup yang dihidupi dan dilakoninya dengan setia dan sungguh-sungguh. Bila kita ingin melihat kuasa Allah hidup dan pengabdian kita, marilah kita setia untuk berdoa kepada secara serius, sungguh-sungguh dan konsisten.

2. Daniel setia untuk beribadah.
Dikatakan demikian: "Maka berkatalah orang-orang itu: 'Kita tidak akan mendapat alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam ibadahnya" - Daniel 6:6. Sungguh mengherankan jika kesetiaan Daniel dalam ibadah itu dijadikan sumber dakwaan oleh para pejabat tinggi dan wakilnya, yang sangat cemburu melihat kesuksesan Daniel.

Daniel berada di tengah-tengah suatu bangsa yang setia beribadah kepada para dewa. Namun, keadaan itu tidak mengurangi atau memengaruhi ibadahnya kepada Tuhan. Bagi Daniel, tidak berlaku konsep yang biasa kita dengar, yaitu "ibadah situasi". Dalam situasi apapun, ibadah tetap dilakukan seperti biasanya.

Ibadah, bagi banyak orang Kristen, sering berbau ibadah situasi. Artinya, orang beribadah jika waktunya tidak mengizinkan, pudarlah ibadah itu. Banyak kita temui orang-orang Kristen yang rajin dan setia beribadah jika berada di tengah-tengah orang Kristen. Namun, jika mereka berpindah ke salah satu daerah yang jarang atau mungkin tidak ada orang Kristennya, akhirnya mereka tidak beribadah sama sekali. Kesetiaan Daniel dalam ibadahnya sangat menunjang keberhasilannya selama berada di Babel walaupun, sebagai resikonya, ia harus mengalami banyak kesulitan.

3. Daniel setia dalam bertugas.
Dikatakan demikian: "Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, tetapi mereka tidak menadapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau kesalahan padanya" - Daniel 6:5.

Daniel tidak saja taat dan setia kepada Tuhan Allahnya, yang ditandai dengan ia setia berdoa dan setia dalam beribadah. Daniel juga setia dalam menjalankan tugasnya. Ia tidak melakukan kecurangan. Ia tidak melakukan tugasnya dengan setengah hati. Ia tidak bekerja supaya dipuji oleh atasannya. Daniel tidak bekerja jika ada yang mengawasinya dan asal bos senang. Daniel tidak bekerja secara manipulatif. Ia tidak bekerja dengan cara yang haram. Ia tidak menyalahgunakan wewenangnya. Ia tidak korupsi baik waktu maupun kekayaan negeri dan kerajaan Babel tempat bekerja.

Daniel bekerja dengan penuh dedikasi. Daniel bekerja dengan loyalitas yang tinggi. Daniel melakukan pekerjaannya dengan integritas tinggi. Berdasarkan pola dan model serta filosofi bekerja demikianlah, maka tidak ada suatu perbuatan, sikap dan tindakan yang menjadi alasan untuk menjatuhkan dia, menggeser dia dari jabatannya. Marilah kita mengikuti teladan kehidupan Daniel berkaitan dengan dimensi kesetiaannya. Ia setia berdoa. Ia sertia beribadah. Ia setia dalam tugas-tugasnya. Ia dapat dipercayai dan diandalkan baik secara spiritual, moralitas dan sosial.

Baca juga: MENJADI PELAYAN KRISTUS YANG BAIK PART 3.

Post a Comment for "3 Dimensi Kesetiaan Daniel"