Tuhan Yesus Naik Ke Sorga
Tuhan
Yesus naik ke sorga – Peristiwa Tuhan Yesus naik ke sorga meruapakan salah satu rangkaian utuh
dalam sejarah suci penyelamatan yang dirancang dan dikerjakan oleh Allah.
Menyimak seluruh kisah atau kejadian yang dicatat dalam Alkitab baik Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru, maka kita menemukan sejarah penebusan yang
dirancang secara sempurna oleh Allah.
Diawali dengan proklamasi janji penyelamatan – Kejadian 3:15; dilambangkan dengan semua korban dalam Taurat, dinubuatkan oleh para nabi dan di genapi secara tepat serta sempurna dalam Perjanjian Baru. Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga pasca kebangkitan-Nya, ada peristiwa penting yang harus diperhatikan oleh setiap orang percaya.
Diawali dengan proklamasi janji penyelamatan – Kejadian 3:15; dilambangkan dengan semua korban dalam Taurat, dinubuatkan oleh para nabi dan di genapi secara tepat serta sempurna dalam Perjanjian Baru. Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga pasca kebangkitan-Nya, ada peristiwa penting yang harus diperhatikan oleh setiap orang percaya.
Tuhan Yesus selama 40 hari menampakkan diri-Nya kepada para murid. Baca bahan khotbah Kristen ini: TUHAN YESUS MENAMPAKKAN DIRI. Hal ini sangat penting untuk
meniadakan isu yang disebarkan oleh pemimpin-pemimpin agaman Yahudi bahwa para
murid-Nya telah mencuri mayat Yesus – Matius 28:11-15. Selain itu, Tuhan Yesus
menampakkan diri juga berkaitan dengan pemberitaan Injil yang dilakukan oleh
para murid dan gereja pada masa kini.
Pertanyaan penting yang harus diajukan ialah: “Apa yang kita peroleh
dari peristiwa Tuhan Yesus naik ke sorga?” Berdasarkan Injil Lukas 24:50-53,
maka kita menemukan ada beberapa hal yang kita peroleh, yaitu:
1. Ada pemberkatan dari Tuhan Yesus bagi
kita.
Dokter Lukas menulis dalam
Injilnya tentang hal itu demikian: “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota
sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan
ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke
sorga” – Lukas 24:50-51. Betania (Yunani: βηθανια –
bêthania). Nama Betania
berasal dari bahasa Aram Ibrani (bahasa Ibrani: בֵּית־תְּאֵנָה -BEIT-TE'ENAH, beit: "rumah";
te'enah: "pohon ara")
artinya "rumah dari (pohon) ara".
Suatu desa (penduduknya sekarang 726 orang)
di sisi Gunung Zaitun yg terjauh dari Yerusalem, kr 3 km di jalan menuju ke
Yerikho. Desa itu disebut dalam Kitab-kitab Injil, terutama sebagai tempat
tinggal dari sahabat-sahabat Yesus, yaitu Maria, Marta dan Lazarus; dari
situlah berasal nama kota Arab modern, 'el-'Azariyeh. Betania juga tempat Yesus
diurapi (Markus 14:3-9). Di luar Kitab-kitab Injil desa itu sering disebut
dalam Daftar-daftar Perjalanan Kristen, tradisi-tradisi dan dongeng-dongeng.
Secara lengkap tentang BETANIA Anda bisabacanya DISINI.
Secara lengkap tentang BETANIA Anda bisabacanya DISINI.
Dokter Lukas menegaskan bahwa ada pemberkatan dari Tuhan Yesus atas
hidup mereka. Ditandai dengan Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para
murid dan sementara memberkati murid-murid-Nya, Tuhan Yesus naik ke sorga. “... Di situ Ia mengangkat
tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia
berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga” – Lukas 24:50b-51.
Tuhan Yesus yang sudah naik
ke sorga bukan saja memberkati para murid-Nya pada saat itu, tetapi Dia juga
sedang dan terus memberkati kita sampai hari ini. Pemberkatan Tuhan Yesus atas
hidup kita merupakan bentuk pertanggung-jawaban Dia dalam memberikan
providensia (pemeliharaan sempurna) bagi kita umat-Nya.
2.
Ada penyembahan yang diberikan kepada Tuhan Yesus Kristus.
Dokter Lukas menulis tentang
hal itu demikian: “Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem
dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan
Allah” – Lukas 24:52-53.
Arti menyembah dalam bahasa Ibrani adalah “tersungkur” dan juga “patuh”. Penggunaan kata-kata “menyembah” dan “sujud” di dalam ayat-ayat Kitab Suci, ternyata berasal dari kata Ibrani yang artinya lebih dalam daripada arti harafiah “sujud” atau “tersungkur”, karenan di dalamnya ada unsur yang sangat penting dari menyembah, yaitu: taat atau menurut (obeisaunce atau obey).
Arti menyembah dalam bahasa Ibrani adalah “tersungkur” dan juga “patuh”. Penggunaan kata-kata “menyembah” dan “sujud” di dalam ayat-ayat Kitab Suci, ternyata berasal dari kata Ibrani yang artinya lebih dalam daripada arti harafiah “sujud” atau “tersungkur”, karenan di dalamnya ada unsur yang sangat penting dari menyembah, yaitu: taat atau menurut (obeisaunce atau obey).
Dalam kitab Perjanjian Baru, kata “penyembahan” atau “menyembah” atau “worship”
diterjemahkan dari 2 kata bahasa Yunani, yaitu: pertama, kata “sebo, sebomai,
eusebia”. Kata-kata ini diterjemahkan sebagai menyembah atau tepatnya
“saya menyembah”. Berasal dari inti kata “seb”, menyembah di sini berarti
menghormati, mengagumi, dan mengikuti dengan taat; kedua, kata “proskuneo”.
Sebagian besar kata worhsip atau penyebahan di Perjanjian Baru diterjemahkan dari kata ini. Secara literal, kata “proskuneo” diterjemahkan sebagai membungkukkan badan/tersungkur dan mencium. Jadi, di sini digambarkan gerakan fisik dari penyembahan. Secara sederhana kata “proskuneo” ini dapat diartikan sebagai “merendahkan diri dihadapan DIA yang lebih besar atau tinggi derajadnya”.
Sebagian besar kata worhsip atau penyebahan di Perjanjian Baru diterjemahkan dari kata ini. Secara literal, kata “proskuneo” diterjemahkan sebagai membungkukkan badan/tersungkur dan mencium. Jadi, di sini digambarkan gerakan fisik dari penyembahan. Secara sederhana kata “proskuneo” ini dapat diartikan sebagai “merendahkan diri dihadapan DIA yang lebih besar atau tinggi derajadnya”.
Kalau kita mendalami lebih jauh 2 kata utama Penyembahan tersebut, maka
kita akan menemukan Unsur-unsur Penyembahan yaitu: pertama, mengakui akan
adanya Dia yang lebih besar/tinggi; kedua, diwujudkan dalam bentuk rasa
hormat, kekaguman, dan juga pujian; ketiga, mencari/mengikut Tuhan atau
taat beribadah; keempat, merendahkan diri; kelima, penyerahan diri. “proskuneo”
berarti tersungkur/membungkukkan badan, atau berarti “menyerahkan kepala”.
Kepala adalah pusat pemerintahan kehidupan kita, lambang kehormatan kita.
Dengan membungkukkan badan, kita menyerahkan pemerintahan hidup kita kepada Tuhan, menyerahkan kehormatan kita pada Tuhan; keenam, kasih. Sujud menyembah kepada Tuhan Yesus dimotori dan dilandasi kasih kepada-Nya, bukan terpaksa atau karena kebiasaan.
Dengan membungkukkan badan, kita menyerahkan pemerintahan hidup kita kepada Tuhan, menyerahkan kehormatan kita pada Tuhan; keenam, kasih. Sujud menyembah kepada Tuhan Yesus dimotori dan dilandasi kasih kepada-Nya, bukan terpaksa atau karena kebiasaan.
3.
Ada sukcita besar.
Dokter Lukas menulis tentang
hal itu, demikian: “Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem
dengan sangat bersukacita” – Lukas 24:52. Walaupun Tuhan Yesus sudah
naik ke sorga, berpisah dengan mereka dan mereka tidak lagi melihat Dia, namun
sukacita sorgawi menguasai hidup mereka. Sukacita itu tidak sama dengan
sukacita yang diberikan oleh dunia.
Sukacita itu adalah sukacita yang mengalahkan ketakutan dan membangkitkan semangat, gairah dan daya juang tinggi, serta komitmen dan tekad baru yang berbeda dengan waktu mereka melihat Yesus tersalib. Sukacita untuk taat dan setia serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan rencana-Nya.
Dokter Lukas menulis tentang tersebut demikian: “Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah” – Lukas 24:53. Fokus hidup mereka terarah dan tertuju kepada Allah. Kesukaan mereka adalah ada bersama Allah, mengalami Dia dan kuasa-Nya.
Sukacita itu adalah sukacita yang mengalahkan ketakutan dan membangkitkan semangat, gairah dan daya juang tinggi, serta komitmen dan tekad baru yang berbeda dengan waktu mereka melihat Yesus tersalib. Sukacita untuk taat dan setia serta menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan rencana-Nya.
Dokter Lukas menulis tentang tersebut demikian: “Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah” – Lukas 24:53. Fokus hidup mereka terarah dan tertuju kepada Allah. Kesukaan mereka adalah ada bersama Allah, mengalami Dia dan kuasa-Nya.
Walaupun Tuhan Yesus telah
terangkat ke sorga dan meninggalkan kita, Ia tidak meninggalkan kita seorang
diri atau yatim piatu (Yohanes 14:18), sebab terang-Nya selalu bersinar seperti
matahari yang tidak akan pernah terbenam.
Oleh sebab itu, kita tidak perlu bersedih, gelisah, atau gentar hati, karena Dia meninggalkan damai sejahtera dan berjanji akan datang kembali kepada kita. Sehingga, pada saat Ia berkata, “Ya, Aku akan datang segera!” kita dapat menjawabnya, “Amin, datanglah Tuhan Yesus!” (Wahyu 22:20).
Oleh sebab itu, kita tidak perlu bersedih, gelisah, atau gentar hati, karena Dia meninggalkan damai sejahtera dan berjanji akan datang kembali kepada kita. Sehingga, pada saat Ia berkata, “Ya, Aku akan datang segera!” kita dapat menjawabnya, “Amin, datanglah Tuhan Yesus!” (Wahyu 22:20).
Tuhan
Yesus naik ke sorga merupakan peristiwa sejarah penting
berkaitan dengan iman kita kepada-Nya. Tuhan
Yesus naik ke sorga, maka ada beberapa hal yang kita peroleh, yaitu: pertama,
ada pemberkatan-Nya yang sempurna bagi hidup kita; kedua, ada penyembahan
yang kita lakukan sebagai penghormatan dan pemujaan serta ketaatan dan
penyerahan diri kita kepada-Nya; ketiga, ada sukacita besar yang
tidak bisa diberikan oleh dunia ini bagi kita.
Baca juga: CARA MENGATASI MASALAH HIDUP.
Baca juga: CARA MENGATASI MASALAH HIDUP.
Post a Comment for "Tuhan Yesus Naik Ke Sorga"