Translate

MENGAPA YESUS HARUS MATI BAGI MANUSIA

Kematian yang tak terelakkan. Dalam rencana keselamatan Allah, kematian Yesus adalah hal yang tak terhindarkan oleh karena “upah dosa adalah maut” (Rm. 6:23). Maut yang dimaksudkan di sini adalah kematian yang kekal atau kebinasaan. Yesus harus mati untuk menggantikan kematian kekal yang seharusnya menimpa manusia, “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).

Kematian Yesus di kayu salib bukan untuk menghindarkan manusia dari kematian sekarang ini sebagai dampak dari kondisi alami tubuh kita yang telah merosot akibat dosa, melainkan menyelamatkan manusia dari kebinasaan kekal oleh api neraka. Kematian Yesus adalah kematian yang dikehendaki oleh Allah sendiri sebagai bagian dari rencana keselamatan yang dicanangkan-Nya di Taman Eden.

“Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia” (Ibr. 2:9; huruf miring ditambahkan). Yesus yang tidak berdosa itu harus “mengalami maut bagi semua manusia” artinya mati sebagai pengganti manusia, dan itu adalah “kasih karunia Allah.” Tidak perlu menghujat para pemuka agama di Yerusalem dan orang Yahudi, atau mempersalahkan Pilatus dan prajurit-prajurit Romawi atas kematian Yesus, sebab kita tahu bahwa kematian-Nya adalah atas kehendak Allah sendiri.

“Yesus mati bagi orang berdosa. Ia tidak berbuat dosa (Ibr. 4:15) sehingga ketika Ia memberikan hidup-Nya sebagai sebuah persembahan kurban Ia tidak mati karena dosa-Nya sendiri…Dalam istilah sederhananya, demi agar umat manusia diselamatkan, Yesus harus mati. Tidak ada cara lain” [alinea pertama: dua kalimat pertama; alinea kedua: dua kalimat terakhir].

Kematian yang dikehendaki Yesus. Kejatuhan Adam dan Hawa mungkin sangat mengejutkan bagi para malaikat surga, tetapi apa yang lebih mengejutkan lagi bagi mereka ialah keputusan Allah untuk menyelamatkan Adam dan Hawa beserta keturunan mereka dengan mengorbankan Putra-Nya yang tunggal itu (Yoh. 3:16). Namun, apakah Yesus “dikorbankan” dalam skenario ini? Jawabnya: Tidak! Sebab “dikorbankan” mengandung arti dijadikan korban tidak atas pengetahuan dan keinginan korban yang bersangkutan, sedangkan kematian Yesus di kayu salib adalah atas pilihan-Nya sendiri dan dijalani-Nya dengan sadar.

Sebelum kematian-Nya, Yesus pernah berkata, “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku” (Yoh. 10:17-18; huruf miring ditambahkan).

Tatkala berada dalam keadaan kemanusiaan, bergumul sendirian dalam dinginnya Taman Getsemane yang sunyi pada tengah malam itu, Yesus yang mulai merasakan sengatan maut yang mengerikan itu berseru kepada Bapa-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” (Mat. 26:42). Yesus sudah memutuskan untuk menjalani kematian itu sehingga rela datang ke dunia yang dikuasai Setan ini dan menjelma sebagai manusia biasa, Ia akan menjalani missi-Nya sampai tuntas!

“Mengapa patut bagi Allah untuk membiarkan Yesus menderita? Konteks dalam Ibrani 2:14-18 menunjukkan bahwa kematian Yesus itu perlu untuk melepaskan anak-anak Allah dari perhambaan maut, dari Iblis, dari rasa takut akan kematian, dan untuk melayakkan Yesus menjadi ‘Imam Agung yang setia dan berbelaskasihan’ (BIMK)” [alinea keempat].

Apa yang kita pelajari tentang kematian Yesus sebagai “kurban pengganti” yang memadai?
1. Mengapa Yesus harus mati? Pertama, karena hukum Allah menuntut kematian atas dosa (Kej. 2:17, Rm. 6:23); kedua, karena kematian Yesus untuk menyelamatkan manusia adalah kasih karunia Allah (Ibr. 2:9), dan Yesus dalam kasih-Nya juga rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan manusia itu (Yoh. 10:17).

2. Kematian Yesus adalah sebuah anugerah terbesar yang surga pernah berikan kepada dunia yang berdosa, sebuah jalan dengan mana manusia berdosa dapat beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Sebagai sebuah anugerah, keselamatan itu adalah pilihan bagi manusia. Tak seorang pun selamat karena terpaksa (2Ptr. 1:10).

3. Kematian Yesus sebagai “kurban pengganti” bagi manusia itu memenuhi syarat dan memadai, “sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol. 2:9), “lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat” (Gal. 4:4), namun tidak berdosa. Baca juga bahan khotbah kristen ini: 
HASIL TINDAKAN ALLAH MENYELAMATKAN KITA.

Post a Comment for "MENGAPA YESUS HARUS MATI BAGI MANUSIA"