KIAT BAHAGIA BERSAMA KELUARGA
Semenjak manusia jatuh ke dalam dosa, maka sejak itu pula pernikahan manusia penuh dengan konflik, intrik, perselingkuhan dan berujung kepada perceraian. Konflik dalam pernikahan manusia sampai dengan era postmodern ini masih terus berlangsung.
Rumah tangga Kristen pun tidak luput dari prahara yang memilukan dan menyakitkan. Iblis sebagai actor utama perusak rumah tangga, tidak pernah berhenti bekerja guna menghancurkan sendi-sendi pernikahan Kristen. Aktivitas Iblis ini sangat jelas dikemukakan oleh rasul Petrus dalam suratnya demikian:“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” – 1 Petrus 5:8. Pernikahan yang tidak dijaga dan tidak dirawat dengan penuh kesadaran akan menjadi mangsa Iblis.
Itulah yang terjadi pada rumah tangga Adam dan Hawa. Mereka tidak sadar bahwa Iblis sedang berjalan keliling untuk menghancurkan pernikahan mereka. Mereka terlena dengan keindahan pernikahan mereka, sehingga mereka tidak berjaga-jaga terhadap serangan Iblis. Intinya mereka tidak merawat pernikahannya. Dan akhirnya kita tahu dalam cerita Alkitab bahwa rumah tangga mereka benar-benar menjadi mangsa Iblis.
Merawat Pernikahan
Guna menyelamatkan pernikahan Kristen dari kehancuran dan perangkap Iblis, cara yang paling akurat ialah merawat pernikahan. Inilah pekerjaan yang paling rumit dilakukan oleh suami-istri. Perawatan terhadap pernikahan ini berlangsung seumur hidup sampai maut memisahkan suami dari istri dan sebaliknya.
Lain halnya kalau kita merawat tubuh. Pekerjaan ini sangat gampang dilakukan. Dikatakan demikian, karena bahan-bahan baku yang kita perlukan dalam upaya merawat tubuh sudah jadi dan tersedia. Jika kita tidak ingin repot, tinggal kita datangi tempat-tempat yang menawarkan jasa perawatan tubuh. Kita bisa mandi kembang, mandi susu, mandi air tujuh rupa dan lain sebagainya. Kita juga dapat melakukannya sendiri, tinggal kita beli bahan bakunya. Cara penggunaan atau pemakaiannya pun tidak rumit karena telah tersaji petunjuk pemakaiannya. Semuanya praktis dan memudahkan kita untuk melakukannya.
Merawat pernikahan jauh berbeda dengan merawat tubuh. Merawat pernikahan merupakan proses seumur hidup. Perlu waktu yang banyak. Melakukannya butuh perhatian penuh, melibatkan perasaan, kesabaran, ketulusan, kasih, pengorbanan, kreativitas, keuletan, kerja cerdas dan seni mengekspresikan rasa cinta kepada pasangan kita. Bila salah satu pasangan mengabaikan perawatan terhadap pernikahannya, maka pasti akan sangat membahayakan kelanggengan rumah tangganya. Salah satu dampaknya ialah terjadi ketidak-seimbangan. Pernikahan yang tidak seimbang, tentu fondasinya tidak kuat, rapuh dan mudah hancur atau ambruk. Model pernikahan semacam ini menjadi bulan-bulanan Iblis. Jadi, mulailah fokus kepada pernikahan kita. Rawatlah dengan kesungguhan kasih agar menjadi keluarga yang bahagia.
Tune Up Cinta
Cinta dalam pernikahan bagaikan “mesin”. Sayangnya, tidak banyak dari suami-istri yang mengerti dan mengetahui bagaimana merawat “mesin” pernikahannya. Seusai selebrasi pernikahan, “mesin” itu terus beroperasi tanpa perawatan. Mulanya pernikahan yang baru itu hangat, segar, penuh intimasi, menyenangkan dan penuh romantis. Namun, karena minim perawatan, “mesin” itu dingin, beku dan akhirnya mati alias tidak berfungsi. Seperti mesin kendaraan bermotor, cinta dalam pernikahan perlu mendapat perhatian lebih dan harus senantiasa mendapat perawatan rutin (tune-up). Jika kita menaruh perhatian penuh dan melakukan perawatan secara rutin terhadap pernikahan, maka cinta yang merupakan “mesin” pernikahan kita pasti tetap segar, hangat, romantis, menyenangkan dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Rebut Kembali Akhir Pekan
Banyak di antara keluarga khususnya suami-istri memiliki kegiatan dalam ukuran jumbo di akhir pekan. Suami dengan hobbinya dan istri juga tidak ketinggalan dengan aktivitasnya di akhir pekan. Suami-istri melahap semua kegiatan di akhir pekan. Akibatnya, waktu bersama keluarga semakin minim. Bila ini terus dipertahankan, cepat atau lambat keluarga tersebut akan mengalami ketidak-seimbangan.
Oleh karena itu, demi mencegahnya, perlu mengurangi waktu untuk melahap semua aktivitas di akhir pekan. Pastikan hanya menghadiri satu acara penting. Jangan bawa pekerjaan kantor ke rumah. Lebih selektif menilai kewajiban sosial. Artinya, kita harus menentukan skala prioritasnya. Dengan demikian, kita memiliki banyak waktu bersama keluarga. Kebersamaan dengan keluarga semakin mantap. Relasi emosi menjadi kuat. Ada ruang yang memadai untuk berinteraksi, bercengkerama, berbagi suka-duka dan menemukan solusi untuk setiap pergumulan yang dialami oleh masing-masing anggota keluarga
Bangun Hidup Spiritual
Kestabilan hidup rohani orang tua sangat mempengaruhi spiritualitas anak-anaknya. Suami-istri yang hidup rukun dan stabil dalam iman akan memberikan suasana yang mendatangkan kekuatan dan motivasi bagi anak untuk hidup takut akan Tuhan. Sebaliknya, orang tua yang kerohaniannya naik turun dan penuh konflik dalam rumah tangga akan menciptakan kebingungan bagi anak-anak. Anak akan belajar dari sinyal yang diberikan oleh orang tuanya dan itu akan mempengaruhi perkembangan rohaninya. Bagaimana membangun hidup spiritual dalam keluarga? Suami-istri perlu menyiapkan waktu untuk membaca Alkitab bersama, berdoa bersama, bersekutu bersama di gereja setiap hari Minggu, melayani bersama untuk kepentingan tubuh Kristus dan menjadi saksi Kristus di tengah-tengah lingkungan tempat tinggal, pekerjaan, dan pergaulan serta di mana saja berada. Dengan begitu, semua anggota keluarga akan memiliki iman yang kuat dan senantiasa menaruh hormat serta kepada sesama dan terlebih kepada Tuhan.
Post a Comment for "KIAT BAHAGIA BERSAMA KELUARGA"