Translate

Penginjilan Yang Kontekstual

Peninjilan yang kontekstual ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Kisah Para Rasul 17:16-34. Kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh dokter Lukas yang juga merupakan penulis Injil Lukas. Kisah Para Rasul ditulis dan ditujukan kepada Theopilus.
Ada dua variabel dari tema kita saat ini. Kedua variabel dimaksud ialah:

Pertama, Penginjilan.
Penginjilan merupakan rancangan dan karya TUHAN Allah. Artinya, penginjilan dimulai oleh TUHAN Allah dan Dia jugalah sebagai pelaku penginjilan. Dalam frame ini dapat dikatakan bahwa TUHAN Allah ialah PENGINJIL. 

Dikatakan demikian, karena ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3), TUHAN Allah mencari Adam dan Hawa. Ini merupakan AKSI PENGINJILAN PERTAMA dalam Alkitab. Lebih dari pada itu, aksi TUHAN Allah yang mencari Adam dan Hawa menjadi KABAR BAIK bagi manusia pertama dan juga keturunannya. KABAR BAIK itu memberi harapan bagi semua manusia.

Kedua, Kontekstual.
Istilah kontekstual selalu dipakai dalam dunia teologi penginjilan dan misi. Istilah ini menunjuk kepada suatu pola pendekatan penginjilan/misi yang bisa diterima oleh konteks di mana aksi penginjilan/misi dilakukan. Berdasarkan landasan pemahaman itulah, maka munculah istilah penginjilan yang kontekstual. 


Pertanyaannya ialah siapa pelaku utama dari penginjilan yang kontekstual ini? Jawabannya ialah TUHAN Allah. Jadi, TUHAN Allahlah PELAKU UTAMA dari penginjilan yang kontekstual. Dikatakan demikian, karena ketiak Ia datang ke dalam dunia ini untuk menyelamatkan manusia, Ia datang dalam rupa manusia (BERINKARNASI) - (Filipi 2:6-8). Ini merupakan bentuk pendekatan yang kontekstual.

Dalam penginjilan rasul Paulus (Kisah Para Rasul 17:16-34), ada beberapa prinsip penginjilan yang kontekstual, yaitu:

I. Paulus melakukan analisa dan pengamatan yang mendalam.
Semua hal yang berkaitan dengan konteks Atena diamati dan dianalisa secara seksama dan mendalam oleh rasul Paulus. Dari hasil analisis dan pengamatannya ditemukan bahwa orang-orang Atena adalah orang-orang yang memiliki kebiasaan (habit) beribadah. 

Hal ini ditandai dengan adanya patung-patung berhala (KPR 17:16); mezbah pemujaan (KPR 17:23). Selain itu, orang Atena juga punya kebiasaan (habit) terbuka akan pengajaran yang baru. Hal ini ditandai dengan adanya aliran filsafat  yaitu Epikuros dan Stoa (KPR 17:17). Ditambah lagi dengan adanya lembaga yang menangani masalah-masalah moral dan keagamaan yaitu lembaga Aeropagus (KPR 17:19).

II. Paulus menyusun strategi penginjilan.
Setelah rasul Paulus melakukan pengamatan dan analisa yang mendalam, ia menyiapkan strategi untuk melakukan penginjilan. Ada beberapa strategi penginjilan yang dilakukan oleh rasul Paulus di Atena, yaitu: Pertama, menjumpai orang-orang di rumah ibadah dan di pasar (KPR 17:17; Kedua, bertukar pikiran (KPR 17:17); Ketiga, bersoal jawab (KPR 17:18); Keempat, mengajar (KPR 17:19-31).

Rasul Paulus memulai penginjilannya dengan mengangkat ketaatan mereka dalam hal beribadah (KPR 17:22); dan menjadikan tulisan "kepada Allah yang tidak dikenal" yang terpampang pada mezbah pemujaan mereka sebagai titik tolak untuk menjelaskan tentang Allah yang benar, yaitu:

Allah pencipta (KPR 17:24); Allah yang memberi hidup (KPR 17:25); Allah yang menjadikan bangsa-bangsa dan umat manusia serta menempatkannya untuk mendiami seluruh bumi (KPR 17:26); Allah yang kepada-Nya semua manusia harus bertobat (KPR 17:30); Allah yang akan menghakimi dunia melalui seorang yang telah ditentukan-Nya, yang telah mati dan dibangkitkan-Nya dari antara orang mati (KPR 17:31).

III. Paulus berhasil memenangkan jiwa.
Setelah rasul Paulus melakukan pengamatan, analisis dan diikuti dengan strategi aksi yang mumpuni, kita melihat ada hasilnya, yaitu ada jiwa-jiwa yang dimenangkan bagi Kristus. Jiwa-jiwa dimaksud antara lain Dionisius dan Damaris (KPR 17:34).

Kita melihat pola dan model penginjilan yang kontekstual yang telah berhasil dilakukan oleh rasul Paulus. Tentu pola tersebut bisa bermanfaat bagi kita dalam melaksanakan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus yaitu memenangkan jiwa bagi-Nya dalam konteks mereka. Kita memohon agar Tuhan menolong kita dalam memberitakan Injil kepada jiwa-jiwa yang masih berada di dalam dosa.

Post a Comment for "Penginjilan Yang Kontekstual"