Translate

Mengapa Tuhan Menerima Korban Habel Dan Menolak Korban Kain Part 1

Kelahiran Kain sudah tentu menciptakan suasana dan pengharapan baru dalam keluarga Adam dan Hawa. Apalagi, dosa di Taman Eden telah membawa akibat yang tragis dan mencekam dalam kehidupan mereka: dari suasana hidup yang bermandikan kebahagiaan berganti dengan suasana hidup yang berselimutkan kegelapan. Taman Eden yang berbiaskan keindahan, kesempurnaan dan kebahagiaan itu tinggal kenangan. Namun, pada saat-saat kehilangan arah dan pegangan, muncullah seberkas sinar, seberkas pengharapan.

Kain, seorang anak laki-laki, lahir di tengah-tengah mereka. Hawa pun menyambut dengan sukacita dan berkata kepada suaminya: "... Aku telah mendapat seorang laki-laki dengan pertolongan TUHAN" - Kejadian 4:1. Menurut anggapan mereka, anak itulah yang telah dijanjikan Allah, yaitu keturunan perempuan yang akan meremukkan kepala ular, yaitu Iblis - Kejadian 3:15. 

Namun, nanti Hawa akan menyaksikan bahwa bukankah Kain yang termasuk ke dalam keturuan perempuan yang akan meneruskan perjuangan melawan ular, melainkan sebaliknya. Kain justru menjadi pelopor barisan yang memperkuat kekuasaan ular, yaitu Iblis, yang dengan kejamnya berjuang melawan dan membinasakan keturunan perempuan, yaitu Habel, adiknya.


Sejarah mencatat bahwa dari keturunan Kain itu lahirlah keturunan yang besar, yaitu keturunan Keni atau Kaini. Suku itu berdomisili di bagian barat laut Mati, termasuk daerah Amalek. Mereka hidup sebagai pengembala, yang pada umumnya mengusahakan pertanian secara berpindah-pindah. 

Selain itu, mereka juga mencari rejeki melalui perampokan dan pembunuhan. Pendek kata, keturunan Kain adalah keturunan yang hidup dari pedang dan lembing. Tidak salah kalau Hawa memberi nama Kain yang sebenarnya berarti 'lembing atau tombak'. Adapun anak yang kedua diberi nama Habel, yang berarti 'kesia-siaan, percuma, embusan angin'.

Lahirnya kedua insan dalam keluarga itu, selain menciptakan sukacita dan kebahagiaan, juga menciptakan kedukaan yang tidak ada habis-habisnya. Sesuai dengan nas kita - Kejadian 4:1-8 - hal tersebut terjadi akibat dari praktik persembahan dalam ibadah mereka. Firman Tuhan melaporkan bahwa Allah mengindahkan Habel, tetapi Kain dan persembahannya tidak diindahkan - Kejadian 4:4-5. Pernyataan itu telah mengundang bermacam-macam pikiran dan penafsiran.

Pertanyaan yang pertama: "Dari mana Kain dan Habel tahu bahwa persembahan mereka diperkenankan atau tidak diperkenankan Tuhan?" Atas pertanyaan itu, muncul jawaban berikut: pertama, api turun dari langit dan membakar korban Habel, sedangkan korban Kain tidak diapa-apakan - bandingkan 1 Raja-Raja 18:38 persembahan Elia di Gunung Karmel; kedua, korban Habel asapnya lurus, sedangkan korban Kain asapnya berputar-putar.

Pertanyaan kedua, "Mengapa Allah mengindahkan korban Habel, tetapi tidak mengindahkan korban Kain?" Atas pertanyaan itu muncul pula berbagai tafsiran, antara lain: pertama, Kain mempersembahkan korban yang tidak berdarah, yaitu hasil tanaman, sedangkan Habel mempersembahkan hasil ternak yang berdarah, yaitu domba dan kambing; kedua, Kain mempersembahkan korban yang lebih sedikit daripada korban Habel; ketiga, Kain rupanya mempersembahkan buah-buah bungsu, sedangkan Habel mempersembahkan yang sulung.

Sama halnya dengan yang pertama, tafsiran kedua pun tidak dapat diterima sebab tidak berdasar pada firman Tuhan. Hal Allah menerima korban Habel bukan karena korban Habel terdiri atas korban berdarah dan korban yang lebih banyak. Adapun hal Allah menolak korban Kain bukan disebabkan korban Kain terdiri atas korban yang tidak berdarah dan lebih sedikit. Peraturan formal tentang korban bakaran dan korban makanan baru muncul setelah peristiwa air bah dan diatur dalam kitab Imamat. Kalau demikian, kriteria apakah yang dipakai untuk menetapkan bahwa Allah menerima korban Habel dan menolak korban Kain?

Korban yang diperkenankan dan diindahkan Allah adalah sebagai berikut:

1. Persembahan yang didasarkan pada iman.
Memang dalam catatan Musa di Kejadian 4:4 tidak ditemukan kata iman. Kendati demikian, secara tersembunyi kata itu tersirat dalam Kejadian 4:4, "Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya...". 

Penulis surat Ibrani mengulang kembali ayat itu dengan mencantumkan kata "iman" yang tersembunyi dalam Kejadian 4:4, sehingga berbunyi: "Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesuadah ia mati" - Ibarani 11:4.

Perhatikan ungkapan "karena iman Habel telah mempersembahkan". Penggunaan kata hubung "karena" dalam ayat itu memberi arti bahwa: pertama, iman berfungsi sebagai dasar persembahan; kedua, iman berfungsi sebagai roda penggerak (motor) persembahan; ketiga, iman berfungsi sebagai penyebab. 

Menurut firman Tuhan, persembahan yang diindahkan Tuhan adalah persembahan yang berdasar dan berdaya dorong iman. Jadi, jika muncul pertanyaan "Mengapa Habel mempersembahkan buah sulung ternaknya?" Jawabannya adalah "Karena ia beriman".

Berdasarkan hal tersebut, dapat dipastikan bahwa persembahan Kain, walaupun cukup banyak, tidak berkenan di hati Allah sebab tidak berdasarkan iman. Dengan perkataan lain, bukan imannya yang mendorongnya memberi, melainkan unsur-unsur lain. Bandingkan kisah itu dengan kisah Ananias dan Safira dalam kasus yang hampir sama. Mengapa Ananias dan Safira memberi persembahan? Mereka memberi bukan karena iman, melainkan karena tidak mau kalah dengan orang lain, dalam arti tidak mau disaingi.

Nah, sekarang mari renungkan pertanyaan ini: pertama, apa sebabnya anda memberi kepada Tuhan?; kedua, apa yang menggerakkan anda untuk memberi kepada Tuhan?; ketiga, apakah hal itu karena kewajiban, iuran, telanjut mengisi janji iman, ingin menjadi kaya, terpaksa, malu jika tidak memberi, ataukah karena takut kehilangan muka?

Bila itu yang menjadi dasar, sia-sialah pemberian kita karena jelas bahwa persembahan itu tidak berkenan kepada Allah. Namun, bila persembahan kita didasarkan pada iman, persembahan seperti itulah yang berkenan kepada Allah. Bila kita memberi karena iman, persembahan kita akan diindahkan Tuhan. Dengan demikian, marilah kita mendasarkan segala persembahan kita atas dasar iman kita, bukan atas dasar dan motivasi yang lain. 

Baca juga: BAGAIMANA KEMBALI KEPADA KASIH YANG SEMULA?.

Post a Comment for "Mengapa Tuhan Menerima Korban Habel Dan Menolak Korban Kain Part 1"