Pengorbanan Dalam Mengasihi Tuhan Yesus
Pengorbanan dalam mengasihi
Tuhan Yesus – Dalam Injil Yohanes 12:1-8 dikisahkan tentang karya pengorbanan
dari seorang anak manusia kepada Tuhan Yesus. Anak manusia itu bernama Maria.
Pengorbanan Maria dalam mengasihi Tuhan Yesus sangat jelas dicatat oleh penulis
Injil Yohanes. Dalam Injil Yohanes 12:1-8, kita menemukan ada tiga dimensi
pengorbanan Maria dalam mengasihi Tuhan Yesus.
1. Pengorbanan nyawa.
Situasi dan kondisi pada
saat itu memperlihatkan bahwa ada goncangan sosial dan politik yang datang dari
golongan Yahudi yang membenci Tuhan Yesus. Ancaman sangat jelas datang dari
Mahkamah Agama Yahudi untuk membunuh Yesus yang semakin jelas.
Dalam situasi semacam itulah
Maria mengundang Yesus. Dan tindakan demikian adalah sebuah tindakan nekad dan
memiliki resiko yang besar. Apa lagi, keputusan Mahkamah Agama sudah jelas
bahwa “Yesus harus dicari, ditangkan dan diadili dengan hukuman mati”.
Maria seorang perempuan desa
yang lemah, tidak gentar dengan keputusan mahkamah itu. Jauh di dalam hatinya
merekah benih kasih yang mendesak untuk disalurkan dalam bentuk perbuatan
nyata. Baginya, itulah waktu yang tepat, waktu ketika ia dapat menyatakan
kasihnya kepada Yesus.
Mari memang menyadari bahwa
perbuatan itu sangat berbahaya. Namun, ia menyadari pula bahwa kasih itu
menuntut pengorbanan nyawa; kasih itu menuntut tindakan; kasih itu menuntut
keberanian. Bagi Maria, kasih yang paling murni dan mulia adalah kasih yang
dinyatakan dan ditujukan kepada Tuhan Yesus justru pada saat Ia berada dalam
kesulitan, kesepian dan kebencian.
2. Pengorbanan harta.
Penulis Injil Yohanes
melaporkan bahwa “... Maria mengambil setengah kati minyak narwastu yang mahal
harganya, lalu meminyaki kaki Yesus ...” – Yohanes 12:3. Sehubungan dengan hal
itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: pertama, minyak narwastu
berasal dari pohon narwastu, yang pada saat itu tumbuh di tanah Arab atau
India.
Jadi, narwastu merupakan bahan impor bagi orang Israel; kedua, pemakaian minyak itu dikhususkan sebagai penghormatan bagi raja-raja, sebagai minyak pengurapan mayat mereka bila sudah meninggal; ketiga, biasanya minyak itu dipakai setetes demi setetes, jadi tidak dicurahkan sekaligus sebagaimana di dalam cerita itu; keempat, Yohanes melaporkan bahwa Maria mengambil setengah kati minyak narwastu asli.
Dalam ukuran kita, banyaknya kurang lebih sepertiga liter atau kurang lebih 300-350 cc; kelima, menurut taksiran Yudas, harga minyak itu adalah 300 dinar atau jumlah jagi karyawan harian selama satu tahun; keenam, sebagai tambahan, Alkitab tidak melaporkan bahwa Maria berasal dari golongan kaya atau berada. Bahkan, Alkitab tidak menjelaskan apakah kedua orang tuanya masih hidup.
Jadi, narwastu merupakan bahan impor bagi orang Israel; kedua, pemakaian minyak itu dikhususkan sebagai penghormatan bagi raja-raja, sebagai minyak pengurapan mayat mereka bila sudah meninggal; ketiga, biasanya minyak itu dipakai setetes demi setetes, jadi tidak dicurahkan sekaligus sebagaimana di dalam cerita itu; keempat, Yohanes melaporkan bahwa Maria mengambil setengah kati minyak narwastu asli.
Dalam ukuran kita, banyaknya kurang lebih sepertiga liter atau kurang lebih 300-350 cc; kelima, menurut taksiran Yudas, harga minyak itu adalah 300 dinar atau jumlah jagi karyawan harian selama satu tahun; keenam, sebagai tambahan, Alkitab tidak melaporkan bahwa Maria berasal dari golongan kaya atau berada. Bahkan, Alkitab tidak menjelaskan apakah kedua orang tuanya masih hidup.
Berdasarkan paparan di atas,
kita mendapatkan pelajaran berharga, yaitu: pertama, Maria telah
mempersembahkan suatu korban yang begitu besar, begitu baik dan begitu mulia;
kedua, pengorbanannya jauh melebihi kemampuannya; ketiga, pengorbanannya
mencapai suatu sasaran dan waktu yang tepat; keempat, Maria mengurapi Tuhan
Yesus pada saat Tuhan Yesus membutuhkan pengurapan itu. Bukan seperti perempuan
lain yang membawa rempah-rempah dan minyak pada waktu seseorang telah menjadi
mayat; kelima, Maria menyadari bahwa kasih itu harus ditunjukan pada saat orang
tersebut membutuhkannya, bukan pada saat orang tidak membutuhkannya.
Kasih itu menuntut
pengorbanan, baik nyawa maupun harta kita. Karena Allah telah memberi yang
terbaik untuk kita, marilah kita pun memberi yang terbaik untuk Allah.
3. Pengorbanan harga diri.
Dalam nats itu kita membaca,
“Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu
meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya...”. Perhatikan anak
kalimat “...lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya...”.
Untuk memahami hal itu, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.
Pertama,
pekerjaan meminyaki atau membasuh kaki adalah pekerjaan seorang hamba yang
sangat rendah terhadap majikan atau tamu majikannya. Konsep itulah yang
mengganggu para murid ketika mereka mengadakan perjamuan makan sehingga mereka
enggan membasuh sesamanya. Akhirnya, Yesus turun tangan untuk menghilangkan
ketegangan itu. Ia mengikat pinggang-Nya, mengambil kain dan air dalam baskom,
lalu membasuh kaki murid-muri-Nya satu persatu.
Kedua, adalah bertentangan dengan adat Yahudi jika seorang perempuan atau nyonya tampil di depan laki-laki dengan rambut yang terurai. Seorang perempuan yang sopan tidak akan membuka rambutnya di depan umum. Ketiga, sesuai dengan kebiasaan Yahudi, alat yang dipakai untuk menyeka kaki yang dibasuh adalah kain lenan yang diikatkan pada pinggangnya, bukan rambut seperti yang diperbuat oleh Maria. Keempat, sesuai dengan adat Yahudi pula, alat untuk pembasuh kaki adalah air bukan minyak.
Kedua, adalah bertentangan dengan adat Yahudi jika seorang perempuan atau nyonya tampil di depan laki-laki dengan rambut yang terurai. Seorang perempuan yang sopan tidak akan membuka rambutnya di depan umum. Ketiga, sesuai dengan kebiasaan Yahudi, alat yang dipakai untuk menyeka kaki yang dibasuh adalah kain lenan yang diikatkan pada pinggangnya, bukan rambut seperti yang diperbuat oleh Maria. Keempat, sesuai dengan adat Yahudi pula, alat untuk pembasuh kaki adalah air bukan minyak.
Jadi, apakah makna dari
perbuatan Maria itu bagi kita? Bagi Maria, pengorbanan itu menuntut harga dirinya
sebagai perempuan; harga dirinya sebagai orang biasa, bukan budak; harga dirinya
sebagai perempuan Yahudi. Kasih lebih kuat daripada adat; kasih lebih mulia
daripada perbuatan atau pengalaman adat. Demi pelayanan terhadap Yesus, jemaat
maupun sesama, harga diri, gengsi dan reputasi itu harus ditanggalkan. Jadilah seorang
hamba yang dengan segala kerendahan hati melayani majikannya.
Post a Comment for "Pengorbanan Dalam Mengasihi Tuhan Yesus"