Nilai Esensi Dalam Perjamuan Kudus
Nilai esensi dalam perjamuan kudus –
Dalam tradisi gereja mula-mula, ada dua hal yang selalu dilakukan dalam
persekutuan jemaat atau orang percaya. Kedua hal dimaksud yaitu menyelenggarakan
perjamuan kasih (agape) menunjuk
kepada relasi horisontal dalam kaitan dengan kasih kepada sesama anggota tubuh
Kristus dan menyelenggarakan perjamuan kudus (enkaristi) dalam kaitan dengan relasi vertikal kasih kepada Allah.
Dalam 1 Korintus 11:17-34,
rasul Paulus membahas secara khusus tentang kedua hal tersebut di atas. Hal yang
pertama (perjamuan kasih – red) saya tidak menjelaskannya di sini. Namun, yang
ingin saya jelaskan di sini ialah terkait dengan nilai esensi dalam perjamuan kudus
yang harus kita mengerti, pahami, hayati dan aplikasikan di dalam totalitas
kehidupan kita. Rasul Paulus mengungkapkan beberapa nilai dalam perjamuan kudus
yang harus kita ketahui.
1.
Perjamuan kudus mengandung nilai peringatan – 1 Korintus 11:24-25..
Kata “peringatan” biasanya
mengandung unsur-unsur, yaitu: pertama, kenangan terkait dengan mengenang apa
yang terjadi pada masa lalu; kedua, penghargaan terkait dengan menghargai nilai
yang terkandung dalam peristiwa pada masa lalu; ketiga, penghormatan, terkait
dengan menghormati perbuatan yang terjadi pada masa lalu.
Objek peringatan pada
perjamuan kudus adalah Kristus. “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Au”. Dengan
demikian, pada saat orang Kristen di Korintus menyelenggarakan perjamuan kudus,
seharusnya mereka menginat Kristus dalam arti: pertama, mengenang apa yang
diperbuat Kristus bagi mereka pada masa lalu; kedua, menghargai nilai tubuh dan
darah Kristus yang tercurah demi keselamatan dan pengampunan dosa mereka;
ketiga, menghormati perbuatan Kristus yang rela mati untuk mereka karena
kasih-Nya kepada mereka.
Dalam hal itu, ada dua objek
peringatan akan Kristus, yaitu: pertama, tubuh-Nya – 1 Korintus 11:24 dan
kedua, darah-Nya – 1 Korintus 11:25. Jadi, perjamuan kudus mengandung nilai
peringatan yaitu peringatan akan besarnya kasih Kristus – kasih yang melebihi
dosa kita; dan peringatan akan besarnya penebusan Kristus – penebusan yang
melampaui maut.
2.
Perjamuan kudus mengandung nilai pemberitaan – 1 Korintus 11:26.
Makan dan minum dalam
perjamuan kudus itu bukan sekedar mengenang, menghargai dan menghormati darah
dan tubuh Yesus Kristus saja, melainkan juga harus menjadi suatu kesaksian,
proklamasi, pemberitaan dan khotbah kepada dunia luar bahwa Kristus telah
menyerahkan tubuh dan darah-Nya demiki penyucian, pengampunan, penebusan dan
penyelamatan umat manusia.
Dengan demikian, seseorang
yang tidak siap menjadi saksi tubuh dan darah Kristus tidak layak makan dan
minum dalam perjamuan kudus. Menurut 1 Korintus 11:26, ada dua isi pemberitaan,
yaitu kematian dan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Pada dasarnya,
ikut sertanya kita makan dan minum dalam perjamuan kudus adalah sebagai suatu
ikrar bahwa kita siap untuk menjadi saksi Kristus, saksi yang setia sampai
kedngan kedatangan Yesus.
Menjadi saksi berarti
memberi kesaksian dengan mulut, bukan dengan doa, uang dan harta. Kesaksian tidak
dapat diganti dengan doa dan harta benda. Kesaksian adalah kesaksian, doa
adalah doa dan pemberian adalah pemberian.
3.
Perjamuan kudus mengandung nilai persekutuan.
Tidak dapat disangkal bahwa
di dalam perjamuan kudus terdapat nilai yang sangat agung dan luhur, yaitu
nilai persekutuan. Ada dua jenis persekutuan, yaitu:
Pertama,
persekutuan antara jemaat dan Kristus. Pada saat kita memakan roti dan minum
dari cawan Tuhan, sebenarnya kita telah memasuki suatu persekutuan yang paling
agung dengan Kristus, yaitu suatu persekutuan yang tidak ada di dalam dunia
ini; suatu persekutuan yang lebih indah dan lebih dalam dari pada persekutuan
suami-istri, keluarga atau persahabatan apapun. Hal itu menunjuk kepada
persekutuan antara yang ditebus dan Penebus; yang diampuni dan Pengampun; yang
diselamatkan dan Penyelamat.
Kedua,
persekutuan antara jemaat dengan sesamanya. Persekutuan dengan Allah akan
menghasilkan persekutuan dengan sesama. Dengan demikian, hilanglah egoism,
sukuisme, daerahisme, status, jabatan dan sebagainya. ada dua arah persekutuan
yaitu persekutuan dengan Allah (vertikal) dan persekutuan dengan sesama
(horizontal).
Baca juga bahan khotbah Kristen ini: MENGENAL ALLAH DALAM KARYANYA.
Post a Comment for "Nilai Esensi Dalam Perjamuan Kudus"