Dampak Hidup Oleh Roh Kudus
Dampak
hidup oleh Roh Kudus – Menurut catatan dan kesaksian para penulis
Alkitab menegaskan bahwa Roh Kudus adalah Pribadi ketiga dari Allah Tritunggal.
Dengan demikian, karena Roh Kudus merupakan Pribadi ketiga dari Allah
Tritunggal, maka Roh Kudus memiliki kuasa yang sama dengan Allah Bapa dan Tuhan
Yesus Kristus. Oleh karena itu, maka sesungguhnya ada dampak hidup oleh Roh Kudus bagi setiap orang yang percaya dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya.
Rasul Paulus menulis demikian: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” – Roma 8:1. Sejak kita percaya kepada Yesus dan menerimanya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi merupakan pekerjaan Roh Kudus.
Itu sebabnya penghukuman bagi kita sudah tidak berlaku lagi berkaitan dengan dosa-dosa kita karena Yesus sudah menanggung hukuman atas dosa kita di kayu salib. Apa saja dampak hidup oleh Roh Kudus bagi kita? Berikut beberapa dampak yang kita peroleh ketika Roh Kudus memberi hidup kepada kita:
Rasul Paulus menulis demikian: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus” – Roma 8:1. Sejak kita percaya kepada Yesus dan menerimanya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi merupakan pekerjaan Roh Kudus.
Itu sebabnya penghukuman bagi kita sudah tidak berlaku lagi berkaitan dengan dosa-dosa kita karena Yesus sudah menanggung hukuman atas dosa kita di kayu salib. Apa saja dampak hidup oleh Roh Kudus bagi kita? Berikut beberapa dampak yang kita peroleh ketika Roh Kudus memberi hidup kepada kita:
Rasul Paulus menulis tentang
karya Roh Kudus yang memberi hidup kepada kita demikian: “Roh, yang memberi hidup telah
memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut” –
Roma 8:2. Hidup yang diberikan oleh Roh Kudus berimplikasi kepada dua
aspek yaitu: pertama, kita mengalami kemerdekaan dari hukum dosa; kedua, kita
mengalami kemerdekaan dari hukum maut.
Dalam perspektif hukum Allah
kita bersalah di hadapan Allah dan karena itu kita layak menerima hukuman atas
dosa-dosa kita. Hukuman atas dosa-dosa kita itu adalah hukuman mati. Berdasarkan
tulisan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, dikatakan bahwa: “Kamu
dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” – Efesus 2:1.
Tetapi syukur kepada Allah
karena Dia telah memberikan kemerdekaan kepada dari hukum dosa dan hukum maut
dengan cara mengutus Yesus yang adalah Anak-Nya menjadi korban penebusan,
sehingga melalui Yesus tuntutan hukum Taurat terpenuhi sempurna. Rasul Paulus
menulis demikian:
“Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah.
Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya” – Roma 8:1-7.
“Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah.
Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya” – Roma 8:1-7.
2.
Kita memiliki orientasi hidup yang berubah.
Dampak hidup oleh Roh Kudus
memungkinkan kita mengalami perubahan gaya hidup dan orientasi hidup secara
total. Rasul Paulus menegaskan demikian:
“Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” – Roma 8:8-11.
“Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus. Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” – Roma 8:8-11.
Selama seseorang
masih hidup dan dikendalikan oleh keinginannya yang berdosa (keinginan daging –
red), maka hidupnya tidak akan berkenan kepada Allah. rasul Paulus tegas
mengatakan bahwa “mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin Allah berkenan kepada
mereka” – Roma 8:8.
Mengapa demikian? Karena Allah itu kudus dan setiap orang yang masih hidup dalam dosa tidak dapat bersekutu dengan Allah. Itu sebabnya dosa harus dibereskan. Selain itu, setiap orang yang tidak memiliki Roh Kristus, jelas mereka itu bukan milik Kristus, tidak menjadi bagian dan berada di luar Kristus.
Mengapa demikian? Karena Allah itu kudus dan setiap orang yang masih hidup dalam dosa tidak dapat bersekutu dengan Allah. Itu sebabnya dosa harus dibereskan. Selain itu, setiap orang yang tidak memiliki Roh Kristus, jelas mereka itu bukan milik Kristus, tidak menjadi bagian dan berada di luar Kristus.
Tetapi sebaliknya
hidup yang diberi oleh Roh Kudus mengalami perubahan orientasi yang ditandai
dengan hidup untuk menyenangkan Allah, kebiasaan-kebiasaan baru di dalam
Kristus berkembang, sehingga hal-hal yang bersifat daging (perbuatan dosa –
red) ditanggalkan, yang hidup adalah karakter Kristus.
Rasul Paulus menegaskan demikian: “Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” – Roma 8:12-14.
Rasul Paulus menegaskan demikian: “Jadi, saudara-saudara, kita adalah orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging. Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup. Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah” – Roma 8:12-14.
3. Kita menjadi anak Allah yang punya hak untuk menerima warisan.
Dampak hidup
oleh Roh Kudus menjadikan kita anak-anak Allah. Ada perubahan status dari budak
dosa menjadi anak-anak Allah. Roh perbudakan dengan segala konsekuensinya sudah
dikalahkan dan kita diterima sebagai anak-anak Allah oleh karya Roh Kudus.
Rasul Paulus
menegaskan demikian: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu
menjadi takut lagi, tetapi
kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita
berseru:
"ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” – Roma 8:15-17.
"ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia” – Roma 8:15-17.
Roh Kudus yang
kita terima itu menjadi kita anak-anak Allah. Roh Kudus yang ada di dalam hati
kita memampukan kita untuk berseru kepada Sang Pemilik, Pencipta, Pemberi dan
Pemegang Kendali hidup kita yaitu Allah sebagai Bapa kita.
Relasi yang baru ini bisa terjadi karena hidup oleh Roh Kudus. Kesaksian bersama dengan Roh Kudus menjamin bahwa kita ini adalah anak-anak Allah karena kesaksian dua pihak itu dianggap sah dan diterima oleh hukum Kerajaan Allah.
Relasi yang baru ini bisa terjadi karena hidup oleh Roh Kudus. Kesaksian bersama dengan Roh Kudus menjamin bahwa kita ini adalah anak-anak Allah karena kesaksian dua pihak itu dianggap sah dan diterima oleh hukum Kerajaan Allah.
Dalam status
yang baru sebagai anak-anak Allah, maka kita memiliki tanggung jawab dan juga
memiliki hak istimewa. Tanggung jawab sebagai anak ialah kita harus taat kepada
Bapa sorgawi kita. Ketaatan kepada Bapa sorgawi menjadi jembatan bagi kita
untuk menerima janji-janji pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Selain
itu, kita juga memiliki hak untuk menerima warisan dari Bapa sorgawi kita.
Rasul Paulus
menegaskan demikian: “Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak;
jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah” – Galatia 4:7.
Kita bukan lagi hamba. Mengapa? Karena hamba tidak memiliki hak apa-apa dalam
hidupnya. Kita adalah anak-anak Allah, sehingga perubahan posisi dari hamba
menjadi anak-anak Allah memberi peluang bagi kita untuk menjadi ahli waris dan
inilah hak kita sebagai anak-anak Allah.
Baca juga: DAMPAK ROH KUDUS MENDIAMI HIDUP KITA.
Baca juga: DAMPAK ROH KUDUS MENDIAMI HIDUP KITA.