Translate

Manusia Dan Penderitaan Dalam Ajaran Alkitab

Manusia dan penderitaan dalam ajaran Alkitab – Dalam perjalanan sejarah, kita menemukan bahwa penderitaan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari hidup manusia. Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan demikianlah manusia dan penderitaan dalam ajaran Alkitab. Di mana ada manusia hidup, maka di situ pasti ada penderitaan. Walaupun pada umumnya manusia tidak suka dengan penderitaan, namun penderitaan itu selalu dalam hidup manusia. 

Penderitaan bukanlah rancangan Allah bagi manusia sejak awal. Tetapi setelah manusia jatuh ke dalam dosa, maka penderitaan telah mewarnai hidup manusia. Itulah konsekuensi logis yang harus ditanggung oleh manusia sesuai dengan perbuatannya. 

Dalam kitab Kejadian, nabi Musa dalam pimpinan Roh Kudus menulis demikian: “Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu" – Kejadian 3:16-19. Sejak saat itulah manusia dan penderitaan dalam ajaran Alkitab selalu berdampingan. Markus 8:31-38


Pertanya yang patut diajukan untuk direnungkan ialah: “Bagaimana ajaran Alkitab tentang manusia dan penderitaan?” Berikut beberapa hal yang dapat kita cermati tentang ajaran Alkitab berkaitan dengan manusia dan penderitaan.

1. Penderitaan memperluas perspektif kita tentang penderitaan.
Penderitaan sesungguh menolong manusia untuk memperluas cara pikir dan cara pandangnya tentang penderitaan. Dikatakan demikian, karena kecenderungan manusia untuk melihat penderitaan itu dalam konteks yang sempit. Berikut ini akan disajikan paparan Alkitab tentang penderitaan.

Pertama, penderitaan berdasarkan paradigma hukum taurat. Menurut paradigma hukum taurat penderitaan dipahami sebagai hukuman Allah atas dosa. Dengan kata lain penderitaan terjadi karena dosa. Perspektif inilah yang dipegang oleh para sahabat Ayub. Mereka menegaskan kepada Ayub pada saat ia mengalami penderitaan yang hebat, para sahabat Ayub menegaskan bahwa Ayub telah berbuat dosa, sehingga dia menanggung penderitaan sebagai hukuman Allah atas kejahatan yang dilakukan oleh Ayub. Walaupun Ayub berkali-kali dengan tegas mengatakan bahwa ia tidak berbuat dosa kepada Allah, para sahabatnya tetap tidak percaya. Para sahabat Ayub dikuasai oleh teologi hukum taurat tentang penderitaan yang memandangnya secara sempit.

Kedua, penderitaan dalam perspektif para murid Yesus. Dalam Injil Matius dikatakan demikian: “Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”. Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” – Matius 16:22-23

Peristiwa dalam bagian ayat firman Tuhan sebelumnya menjelaskan tentang pemberitahuan pertama dari Yesus tentang penderitaan yang akan ditanggung-Nya. Tetapi Petrus yang adalah murid Yesus menegaskan bahwa Yesus tidak mungkin mengalami penderitaan itu, karena Petrus hanya memikirkan tentang penderitaan dalam pemikiran manusia. Yesus dengan tegas menolak dan menentang dengan tegas dank eras pemikiran Petrus itu.  

Ketiga, penderitaan dalam perspektif Yusuf. Dalam kitab Kejadian nabi Musa mengisahkan dan mencatat tentang perspektif Yusuf berkaitan dengan penderitaan yang dialaminya. Nabi Musa menulis demikian: “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” – Kejadian 50:20

Yusuf menyadari bahwa penderitaan yang dialaminya yang telah dilakukan oleh saudara-saudaranya memang sangat sakit, tetapi Yusuf memandang bahwa justru penderitaan yang dialaminya dipakai oleh Allah untuk menyelamatkan satu bangsa. Jadi, Yusuf memiliki pandangan yang positif dan lebih maju terhadap penderitaan.

Keempat, penderitaan dalam perspektif Yesus. Dalam perspektif Yesus, penderitaan maknanya diperluas. Penulis Injil Yohanes menulis tentang perspektif Yesus terhadap penderitaan demikian: “Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan  di dalam dia” – Yohanes 9:1-3

Para murid selalu mengaitkan penderitaan selalu dengan dosa. Tetapi Yesus mengajarkan mereka untuk melihat sisi lain dari penderitaan yang dialami oleh seseorang, yaitu tentang kepentingan pekerjaan Allah yang harus dinyatakan melalui suatu penderitaan.

Berdasarkan paparan di atas, maka kita bisa menemukan sebuah pemahaman yang lebih positif, lebih objektif dan lebih berbobot bahwa penderitaan tidak semua disebabkan karena dosa. Penderitaan juga dipakai oleh Allah untuk membawa dampak kesemalatan bagi banyak orang dan itulah yang ditanggung oleh Yesus di atas kayu salib demi keselamatan kita.

2. Penderitaan membuat kita semakin intim dengan Allah.
Fakta membuktikan bahwa justru di dalam penderitaanlah kita semakin dengan kepada Allah. waktu bersama dengan Allah semakin banyak kita alokasi justru saat kita mengalami penderitaan dalam hidup. Doa kita semakin lebih banyak durasinya dan pembacaan kita akan firman Allah pun semakin lebih konsisten. 

Penulis Injil Markus menulis demikian: “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus” – Markus 8:34-37” – 8:34-37.

3. Penderitaan memperkuat kesaksian kita tentang Allah.
Alkitab memaparkan bahwa penderitaan meneguhkan kesaksian kita tentang karya Allah dalam hidup kita. Allah selalu dipermuliakan dalam setiap penderitaan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam Alkitab, baik dalam Perjanjian Lama seperti Daniel dalam kitab Daniel pasal 6 dan juga Ayud dalam kitab Ayub maupun dalam Perjanjian Baru seperti Tuhan Yesus dalam keempat Injil, para murid dan jemaat mula-mula dalam kitab Kisah Para Rasul.

Semua penderitaan yang mereka alami telah menyebabkan banyak orang menjadi percaya kepada Allah melalui kesaksian-kesaksian mereka. Demikian juga dengan pengalaman hidup kita. Ketika kita dihadapkan dengan orang-orang yang mengalami penderitaan dalam hidup mereka, maka kita juga bisa bersaksi bagaimana Tuhan menolong kita dalam setiap penderitaan yang sudah kita alami dan itu menguatkan mereka yang sedang menderita.

Sebagai kesimpulan dari semua penjelasan di atas tentang manusia dan penderitaan, kita menemukan bahwa: pertama, penderitaan tidak selalu disebabkan oleh dosa, tetapi ada rencana Allah yang mau dilakukan lewat penderitaan yang terjadi dalam hidup kita; kedua, penderitaan dapat memperluas wawasan kita untuk melihat sisi positif dari setipa penderitaan yang kita alami; ketiga, penderitaan mendorong kita untuk semakin dekat dan membutuhkan Allah;

keempat penderitaan juga untuk memperkuat kesaksian kita tentang Allah yang mahakuasa yang sanggup untuk menolonh kita. Rasul Yakobus menegaskan bahwa: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia” – Yakobus 1:12
Baca juga: STRATEGI TUHAN YESUS MENGALAHKAN IBLIS.

Post a Comment for "Manusia Dan Penderitaan Dalam Ajaran Alkitab"