Mengasihi Dengan Kasih Kristus Berdasarkan 1 Yohanes 4:7-8
Mengasihi dengan Kasih Kristus ~ Landasan firman Tuhan untuk tema mengasihi dengan kasih Kristus, diambil dari surat rasul Yohanes. Demikianlah sabda Tuhan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yohanes 4:7-8).
Ayat ini menjadi dasar penting dalam memahami esensi dari kasih yang sejati, yaitu kasih yang berasal dari Allah dan diwujudkan dalam hidup kita sebagai murid Kristus. Melalui khotbah ini, kita akan membahas tiga aspek utama dalam mengasihi dengan kasih Kristus: Kasih yang Berasal dari Allah; Kasih yang Menyembuhkan dan Mengampuni; dan Kasih yang Mengorbankan Diri. Masing-masing aspek akan dikaji berdasarkan pandangan para ahli teologi Kristen dan mengajak kita untuk hidup dalam kasih yang mencerminkan kasih Kristus.
Bagian 1:
Kasih yang Berasal dari Allah
1 Yohanes 4:7 menekankan bahwa “kasih itu berasal dari Allah”. Kasih sejati bukanlah kasih yang bersumber dari upaya manusia, melainkan merupakan anugerah yang datang dari Allah sendiri. Dalam pemahaman ini, kasih menjadi lebih dari sekadar emosi atau afeksi; kasih adalah sifat mendasar Allah yang menggerakkan setiap tindakan-Nya terhadap ciptaan-Nya.
“Kasih yang sejati, sebagaimana Allah mengasihi kita, adalah kasih yang berasal dari hati Allah yang penuh dengan kemurahan dan kekudusan. Kasih ini adalah wujud dari natur Allah sendiri yang tidak berubah, yang kita terima melalui hubungan kita dengan-Nya.” – A.W. (Tozer, The Attributes of God: A Journey into the Father’s Heart, Christian Publications, 1997, halaman 87).
Poin-poin
Penting:
- Kasih yang datang
dari Allah adalah kasih yang tidak bersyarat dan tidak terbatas.
- Kasih ini tidak
tergantung pada keadaan atau respon manusia, melainkan merupakan sifat Allah
yang kekal.
- Setiap kali kita
mengasihi orang lain dengan kasih ini, kita menyalurkan kasih Allah yang sejati
kepada dunia.
- Kasih ini juga mengharuskan kita untuk mengenal Allah secara pribadi, karena hanya dengan mengenal-Nya, kita dapat memahami dan mengalami kasih yang sejati.
Allah adalah sumber kasih yang murni, dan kita sebagai anak-anak Allah dipanggil untuk menjadi saluran kasih-Nya di dunia. Mengenal Allah berarti mengasihi sesama, karena kasih itu sendiri adalah tanda dari kelahiran baru di dalam Kristus.
Bagian 2:
Kasih yang Menyembuhkan dan Mengampuni
Kasih yang berasal dari Allah memiliki kekuatan untuk menyembuhkan luka-luka batin dan mengampuni kesalahan. Dalam kehidupan Yesus, kita melihat teladan kasih yang menyembuhkan orang sakit, menghibur yang berduka, dan memulihkan mereka yang terasing. Kasih yang menyembuhkan ini menunjukkan bagaimana Allah menginginkan kesejahteraan kita, tidak hanya secara fisik tetapi juga rohani dan emosional.
“Kasih Allah adalah kasih yang menerima manusia dalam segala keberadaannya, termasuk segala kelemahan dan dosanya. Dalam kasih yang sempurna ini, Allah tidak hanya mengampuni dosa, tetapi juga mengangkat manusia dari kehancuran menjadi anak-anak yang dikasihi-Nya” – Karl Barth, (Church Dogmatics IV.1: The Doctrine of Reconciliation, T&T Clark, 2004, halaman 145).
Poin-poin
Penting:
- Kasih Allah adalah
kasih yang mengampuni dosa dan menyembuhkan hati yang terluka.
- Dalam mengasihi
seperti Kristus, kita diundang untuk mengampuni mereka yang telah bersalah
kepada kita, karena pengampunan adalah bentuk kasih yang tertinggi.
- Kasih yang
menyembuhkan ini juga memberi kita kekuatan untuk menerima diri kita apa
adanya, mengetahui bahwa kita telah diterima dan diampuni oleh Allah.
- Kasih yang menyembuhkan bukan hanya menyentuh kehidupan orang lain tetapi juga menyembuhkan luka-luka dalam hati kita sendiri.
Allah memanggil kita untuk mengasihi dengan kasih yang menyembuhkan dan mengampuni, yang berarti mengulurkan tangan kepada mereka yang terluka dan bersalah. Dalam hal ini, kita menjadi saksi dari kasih Allah yang memulihkan.
Bagian 3:
Kasih yang Mengorbankan Diri
Yesus memberikan teladan tertinggi dari kasih yang mengorbankan diri. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Kristus menunjukkan kasih yang siap berkorban demi keselamatan orang lain. Kasih yang mengorbankan diri adalah kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, tetapi rela memberikan yang terbaik demi kebaikan sesama.
“Kasih Allah dalam Kristus adalah kasih yang mengorbankan diri, kasih yang rela menderita demi membebaskan manusia dari dosa. Di sinilah kita melihat kasih yang sejati, kasih yang tidak hanya memberi tetapi juga mengorbankan segalanya demi yang dikasihi.” – Dietrich Bonhoeffer, (The Cost of Discipleship, SCM Press, 2001, halaman 99).
Poin-poin
Penting:
- Kasih yang
mengorbankan diri adalah kasih yang tanpa pamrih, seperti yang diperlihatkan
Yesus dalam penderitaan-Nya.
- Kasih ini mengajarkan
kita untuk melepaskan ego dan mementingkan kesejahteraan orang lain di atas
kepentingan pribadi.
- Mengasihi dengan
kasih yang mengorbankan diri berarti meneladani Kristus dalam tindakan-tindakan
kita sehari-hari.
- Kasih ini menjadi bukti nyata dari iman kita dan panggilan kita sebagai murid-murid Yesus.
Kasih yang mengorbankan diri adalah bentuk kasih yang paling radikal, yang menuntut pengorbanan demi kepentingan orang lain. Kasih ini tidak hanya memberi tetapi juga siap kehilangan demi yang dikasihi.
Mengasihi dengan kasih Kristus menuntut kita untuk mengenal Allah, mengalami kesembuhan dan pengampunan, serta belajar mengorbankan diri demi sesama. Seperti yang dikatakan dalam 1 Yohanes 4:7-8, kasih adalah bukti dari kehadiran Allah dalam hidup kita. Ketika kita mengasihi dengan kasih yang berasal dari Allah, kasih yang menyembuhkan dan mengampuni, serta kasih yang mengorbankan diri, kita menjadi saksi hidup dari kasih Kristus di dunia ini.
Marilah kita memohon kekuatan dari Tuhan untuk mengasihi dengan kasih yang sejati, kasih yang tidak egois, kasih yang memulihkan, dan kasih yang mengorbankan diri. Kiranya kasih Kristus senantiasa memimpin kita untuk menjadi terang dan garam bagi dunia ini, serta menjadi saluran kasih Allah bagi semua orang.
Daftar Sumber Kutipan:
1. Tozer, A.W. The
Attributes of God: A Journey into the Father’s Heart. Christian
Publications, 1997, halaman 87.
2. Barth, Karl. Church
Dogmatics IV.1: The Doctrine of Reconciliation. T&T Clark, 2004,
halaman 145.
3. Bonhoeffer,
Dietrich. The Cost of Discipleship. SCM Press, 2001, halaman 99.
Post a Comment for "Mengasihi Dengan Kasih Kristus Berdasarkan 1 Yohanes 4:7-8"