Ketekunan Dalam Berdoa Berdasarkan Kolose 4:2
Ketekunan Dalam Berdoa Berdasarkan Kolose 4:2 ~ Ketekunan dalam berdoa adalah panggilan iman yang diamanatkan dalam Kolose 4:2, yang mengajak setiap orang percaya untuk hidup dalam kesetiaan doa, dipenuhi ucapan syukur, dan selalu berjaga-jaga. Melalui ketekunan dalam doa, iman kita bertumbuh dan hubungan kita dengan Allah semakin dalam. Khotbah ini akan dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing menekankan aspek ketekunan, kewaspadaan, dan rasa syukur dalam doa.
I. Ketekunan
dalam Doa (Kolose 4:2)
“Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur.” (Kolose 4:2).
A. Menyadari
Pentingnya Ketekunan dalam Doa
Kata “bertekun” dalam bahasa Yunani berasal dari kata “proskartereo”, yang berarti “tetap bertahan” atau “tidak menyerah.” Ketekunan dalam doa adalah panggilan untuk tetap berkomitmen dalam berdoa, meskipun menghadapi kesulitan atau ketika jawaban doa tampak tertunda.
Menurut R.C. Sproul dalam bukunya The Prayer of the Lord, “Ketika kita berdoa dengan tekun, kita tidak hanya menunjukkan kepada Allah kesungguhan permohonan kita, tetapi kita juga membentuk karakter kita menjadi lebih menyerupai Kristus.” (Sproul, The Prayer of the Lord, Reformation Trust Publishing, 2009, hlm. 24).
Ketekunan dalam doa
bukan hanya soal berapa sering kita berdoa, tetapi soal ketulusan hati dan
kepercayaan bahwa Allah mendengar setiap doa kita. Ketekunan ini adalah bukti
iman yang tidak goyah meskipun tidak segera melihat hasil yang diinginkan.
B. Contoh
dari Yesus dalam Berdoa
Yesus Kristus sendiri memberikan teladan ketekunan dalam doa, seperti terlihat dalam Markus 1:35, di mana Ia menyempatkan diri untuk berdoa di tempat yang sunyi walaupun dalam kesibukan pelayanan. Hal ini menunjukkan bahwa ketekunan dalam doa adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan orang percaya, bahkan dalam situasi yang sibuk sekalipun.
E.M. Bounds dalam The Complete Works of E.M. Bounds on Prayer menyatakan, “Yesus tidak hanya mengajar tentang doa, tetapi Ia berdoa dengan ketekunan, menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan doa itu datang dari hubungan yang erat dengan Allah.” (Bounds, The Complete Works of E.M. Bounds on Prayer, Baker Book House, 1990, hlm. 48).
Kita diundang untuk meneladani ketekunan Yesus dalam berdoa, mempercayai bahwa doa bukan hanya sekadar tugas tetapi adalah kesempatan untuk bertemu dengan Bapa yang penuh kasih.
II.
Berjaga-jaga dalam Doa (1 Petrus 5:8)
“Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8).
A. Pentingnya
Kewaspadaan dalam Kehidupan Doa
Dalam Kolose 4:2, selain ditegaskan pentingnya ketekunan, kita juga diingatkan untuk berjaga-jaga. Kewaspadaan dalam doa berarti kita memiliki sikap hati yang selalu waspada terhadap gangguan atau pencobaan yang dapat mengalihkan perhatian kita dari Allah.
John MacArthur dalam Alone with God menulis, “Berjaga-jaga berarti tidak lengah, sadar akan realitas peperangan rohani, dan mengarahkan diri pada Kristus sebagai pertahanan sejati kita.” (MacArthur, Alone with God, Victor Books, 1995, hlm. 87).
Kewaspadaan dalam doa juga berarti menjaga fokus kita kepada Allah, tidak tergoda untuk menyerah dalam berdoa ketika menghadapi tantangan. Kewaspadaan menjaga kita dari kekecewaan yang bisa menghentikan doa kita.
B. Memahami
Peperangan Rohani dalam Doa
Doa adalah medan peperangan rohani, di mana musuh (Iblis) berusaha untuk menghalangi kita. Efesus 6:18 mengingatkan, “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu dengan segala ketekunan.” Melalui doa yang waspada, kita memperkuat iman kita untuk menghadapi godaan dan kesulitan yang mungkin muncul.
Charles Spurgeon, dalam salah satu khotbahnya, mengatakan, “Doa yang penuh kewaspadaan adalah doa yang melibatkan seluruh hati dan jiwa, waspada terhadap segala bahaya, dan penuh keyakinan pada Tuhan yang memelihara.” (Spurgeon, Morning and Evening, Hendrickson Publishers, 2004, hlm. 201).
Dengan berjaga-jaga dalam doa, kita memastikan bahwa kehidupan rohani kita tetap kuat, terlindung dari gangguan dan tetap terfokus pada kebenaran firman Allah.
III. Mengucap
Syukur dalam Doa (1 Tesalonika 5:18)
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (1 Tesalonika 5:18).
A. Pentingnya
Hati yang Bersyukur dalam Doa
Ucapan syukur adalah bagian yang penting dalam doa. Allah menghendaki agar setiap doa kita diwarnai oleh rasa syukur, bahkan dalam kondisi yang sulit sekalipun. Ketika kita mengucap syukur dalam doa, kita menunjukkan bahwa kita percaya pada kebaikan dan rencana Allah yang sempurna dalam setiap aspek hidup kita.
Dalam buku A Praying Life, Paul E. Miller menjelaskan, “Ucapan syukur mengubah fokus kita dari masalah kepada Allah yang memegang kendali atas setiap keadaan.” (Miller, A Praying Life, NavPress, 2009, hlm. 45).
Ketika kita berdoa dengan hati yang bersyukur, kita mengakui bahwa Allah bekerja untuk kebaikan kita, dan kita tidak membiarkan situasi negatif menutupi keyakinan kita akan penyertaan-Nya.
B. Mengucap
Syukur Sebagai Tindakan Iman
Ucapan syukur dalam doa juga merupakan wujud iman yang percaya bahwa Allah mendengar dan menjawab doa-doa kita. Filipi 4:6 mengajarkan kita untuk “mengemukakan segala keinginan kita kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Dengan mengucap syukur, kita memperlihatkan bahwa kita percaya kepada kehendak Allah yang baik dan sempurna.
A.W. Tozer dalam The Pursuit of God menuliskan, “Mengucap syukur bukan hanya sekadar ucapan, tetapi sikap hati yang penuh kepercayaan kepada Allah yang mengasihi kita tanpa syarat.” (Tozer, The Pursuit of God, Christian Publications, 1948, hlm. 92).
Syukur yang tulus menunjukkan bahwa kita tidak memandang berkat Tuhan sebagai sesuatu yang biasa, tetapi sebagai wujud kasih-Nya yang luar biasa. Dengan demikian, kita belajar untuk tidak hanya berdoa untuk permohonan kita, tetapi juga untuk mengakui dan merayakan kebaikan Tuhan dalam setiap aspek hidup kita.
Ketekunan, kewaspadaan, dan ucapan syukur adalah tiga sikap hati yang harus ada dalam doa kita. Dengan bertekun, kita belajar menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Allah tanpa putus asa. Dengan berjaga-jaga, kita tetap fokus kepada Allah dan tidak terpengaruh oleh hal-hal duniawi yang bisa mengalihkan perhatian kita. Dengan mengucap syukur, kita menghargai segala sesuatu yang Allah berikan, baik suka maupun duka.
1. Tetapkan
Waktu Khusus untuk Berdoa Setiap Hari: Buatlah komitmen untuk
berdoa pada waktu yang sama setiap hari, menghindari gangguan, dan fokus hanya
kepada Allah.
2. Latihlah
Diri untuk Berjaga-jaga: Jangan biarkan kebiasaan atau
keinginan duniawi menghalangi Anda dari waktu berdoa. Ingatlah bahwa doa adalah
senjata yang melindungi kita dari serangan roh jahat.
3. Catatlah Berkat dan Doa yang Telah Terjawab: Dengan menuliskan hal-hal yang patut disyukuri, kita belajar untuk mengingat kebaikan Allah setiap hari.
Semoga kita semua terus bertumbuh dalam ketekunan berdoa, berwaspada terhadap segala tantangan, dan senantiasa mengucap syukur atas kebaikan Tuhan yang tiada habisnya.
Post a Comment for "Ketekunan Dalam Berdoa Berdasarkan Kolose 4:2"