Perjuangan Iman Yang Berakhir Dengan Kemenangan
Perjuangan Iman yang Berakhir dengan Kemenangan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema perjuangan iman yang berakhir dengan kemenangan, diambil dari surat rasul Paulus kepada anak rohaninya Timotius. Demikianlah sabda firman Tuhan, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman” (2 Timotius 4:7).
Surat kedua Paulus kepada Timotius adalah surat yang sangat pribadi dan penuh dengan pesan terakhir. Dalam pasal 4 ayat 7, Paulus memberikan pengakuan yang sangat dalam tentang perjalanannya sebagai hamba Kristus. Ayat ini menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya memelihara iman, berjuang dalam pertandingan iman, dan setia sampai akhir.
Bagian I: Aku
Telah Mengakhiri Pertandingan yang Baik
Dalam bagian pertama ini, Paulus menggambarkan kehidupan imannya sebagai sebuah “pertandingan yang baik”. Kata “pertandingan” (dalam bahasa Yunani: “agon”) mengandung makna: “perjuangan, usaha, dan kompetisi”. Paulus tidak mengatakan bahwa hidupnya mudah, tetapi justru penuh dengan tantangan dan ujian. Pertandingan ini bukan sembarang pertandingan, melainkan pertandingan yang baik, yaitu perjuangan yang memiliki tujuan surgawi.
Ahli teologi William Barclay menjelaskan bahwa dalam konteks kekristenan, “pertandingan yang baik” ini tidak hanya berkaitan dengan tugas kerasulan Paulus, tetapi juga berhubungan dengan kehidupan sehari-hari setiap orang percaya. Setiap orang Kristen, menurut Barclay, dipanggil untuk masuk dalam pertandingan iman, yaitu: “mempertahankan kebenaran, hidup dalam kasih, dan melawan kejahatan di dunia ini. Pertandingan ini disebut baik karena hasil akhirnya adalah kehidupan kekal di dalam Kristus”.
Sebagai orang percaya, kita juga dipanggil untuk ikut serta dalam pertandingan iman. Hidup ini adalah sebuah perjuangan untuk mempertahankan kebenaran dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dalam menghadapi tantangan dunia modern, kita mungkin sering merasa lelah, tetapi kita harus ingat bahwa kita berjuang untuk tujuan yang lebih besar, yaitu menerima mahkota kehidupan di akhir pertandingan.
Seorang atlet Olimpiade tidak hanya berlatih untuk meraih medali, tetapi juga berjuang untuk membuktikan dirinya sebagai yang terbaik di antara yang lain. Begitu pula dengan orang Kristen, kita berjuang bukan hanya untuk kemenangan pribadi, tetapi untuk kemuliaan Allah.
Bagian II: Aku
Telah Mencapai Garis Akhir.
Paulus dengan penuh keyakinan menyatakan bahwa ia telah mencapai garis akhir. Ini menggambarkan tekad dan kesetiaan Paulus untuk tetap setia sampai akhir hidupnya. Garis akhir dalam konteks ini merujuk pada tujuan yang telah Allah tetapkan bagi setiap orang percaya, yaitu kehidupan kekal bersama Kristus.
John Stott, dalam bukunya The Message of 2 Timothy, menyoroti bahwa istilah “mencapai garis akhir” mengandung makna kesetiaan hingga akhir. Bagi Stott, ini adalah gambaran dari seorang pelari yang tidak hanya memulai perlombaan dengan baik, tetapi juga menyelesaikannya dengan tetap berfokus pada tujuan. Kesetiaan adalah kunci utama yang dipegang oleh Paulus, dan ini seharusnya menjadi teladan bagi setiap orang Kristen.
Sebagai orang percaya, kita harus memiliki fokus yang jelas terhadap tujuan akhir kita, yaitu hidup kekal bersama Allah. Dunia ini penuh dengan godaan dan distraksi yang dapat mengalihkan perhatian kita dari tujuan tersebut. Namun, kita dipanggil untuk tetap bertekun dalam iman dan tidak menyerah, seperti Paulus yang tetap setia sampai akhir.
Bayangkan seorang pelari maraton yang hampir mencapai garis finish. Meski tubuhnya sudah lelah dan langkahnya terasa berat, ia tidak menyerah karena ia tahu bahwa tujuan akhirnya sudah dekat. Demikian pula dengan hidup kita sebagai orang Kristen. Kita harus terus berlari dalam iman, tidak peduli seberapa sulitnya perjalanan, karena kita tahu bahwa tujuan kita adalah bersama dengan Kristus di kekekalan.
Bagian III: Aku
Telah Memelihara Iman
Di bagian akhir dari ayat ini, Paulus memberikan pengakuan yang sangat penting: ia telah memelihara imannya. Ini berarti Paulus tidak hanya bertahan dalam pergumulan, tetapi juga menjaga kemurnian imannya di tengah berbagai tantangan, penganiayaan, dan godaan yang ia hadapi selama pelayanan.
Charles Spurgeon, salah satu pengkhotbah terkenal, dalam salah satu karyanya menjelaskan bahwa “memelihara iman” bukanlah tugas yang ringan. Spurgeon menekankan bahwa iman adalah sesuatu yang harus dijaga dengan serius, karena iblis dan dunia ini selalu berusaha menggoyahkan kepercayaan kita kepada Tuhan. Bagi Spurgeon, memelihara iman berarti tetap percaya kepada Allah bahkan ketika segala sesuatu tampak gelap dan tidak ada jalan keluar.
Kita hidup di dunia yang penuh dengan tantangan iman. Berbagai pemikiran, ideologi, dan godaan sering kali mencoba untuk menjauhkan kita dari iman yang sejati. Tugas kita adalah memelihara iman yang telah diberikan Tuhan kepada kita, tetap percaya kepada janji-Nya, dan hidup dalam ketaatan kepada firman-Nya. Seperti Paulus, kita harus menjaga iman kita sampai akhir, karena iman itulah yang akan membawa kita kepada kehidupan kekal.
Seorang penjaga taman yang setiap hari merawat tanamannya dengan penuh ketekunan memastikan bahwa setiap tanaman tetap hidup dan tumbuh dengan baik. Jika ia mengabaikan perawatan, tanaman tersebut bisa layu dan mati. Begitu pula dengan iman kita. Iman perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga agar tetap kuat di tengah badai kehidupan.
Paulus, melalui 2
Timotius 4:7, memberi kita teladan tentang bagaimana menjalani hidup Kristen
yang setia dan berbuah. Dalam pertandingan iman, kita harus berjuang dengan
baik, menjaga fokus pada tujuan akhir kita, dan memelihara iman kita dengan
sungguh-sungguh. Hidup ini adalah sebuah perjalanan spiritual, dan kita
dipanggil untuk menyelesaikannya dengan kemenangan, sama seperti Paulus. Jangan
pernah lelah dalam berjuang, karena Tuhan yang setia akan memberikan upah bagi
mereka yang tetap teguh dalam iman sampai akhir.
Post a Comment for "Perjuangan Iman Yang Berakhir Dengan Kemenangan"