Translate

Mendengarkan Lebih Baik Daripada Berbicara Menurut Iman Kristen

Mendengarkan Lebih Baik Daripada Berbicara Menurut Iman Kristen ~ Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak dalam keinginan untuk berbicara lebih banyak daripada mendengarkan. Ketika kita berbicara, kita cenderung ingin didengar, dimengerti, dan dihargai. Namun, dalam pandangan iman Kristen, mendengarkan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada sekadar berbicara.

Ajaran Alkitab memberikan banyak petunjuk tentang pentingnya mendengarkan, bukan hanya kepada sesama, tetapi juga kepada Tuhan. Dalam tulisan ini, kita akan membahas mengapa mendengarkan lebih baik daripada berbicara menurut iman Kristen beserta dasar-dasar Alkitab yang mendukungnya.

1. Mendengarkan dan Kebijaksanaan dalam Alkitab.

Kitab Amsal, yang dikenal sebagai kitab kebijaksanaan dalam Alkitab, memberikan banyak nasihat tentang pentingnya mendengarkan. Amsal 1:5 mengatakan, “Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan.” Ayat ini menekankan bahwa mendengarkan adalah jalan untuk memperoleh kebijaksanaan dan pemahaman. Orang yang bijak adalah orang yang mau mendengarkan, karena dari mendengarkan, ia dapat belajar dan memperkaya dirinya dengan ilmu dan hikmat.

Hal ini berbanding terbalik dengan sikap orang bodoh yang digambarkan dalam Amsal 18:2, “Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya.” Orang bodoh hanya ingin berbicara dan memamerkan apa yang ada dalam pikirannya, tanpa peduli pada pemahaman atau hikmat yang bisa didapat dari mendengarkan orang lain. Ini menunjukkan bahwa berbicara tanpa mendengarkan bukanlah tanda kebijaksanaan, tetapi kebodohan.

2. Mengendalikan Lidah.

Yakobus, dalam suratnya, memberikan peringatan keras tentang pentingnya mengendalikan lidah. Yakobus 1:19 menulis, “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” Ayat ini menunjukkan urutan prioritas yang benar dalam berinteraksi: mendengarkan lebih dahulu, baru berbicara, dan sebisa mungkin menghindari kemarahan. Mengapa demikian? Karena dengan mendengarkan, kita dapat memahami situasi dengan lebih baik dan memberikan tanggapan yang bijak.

Lebih lanjut, dalam Yakobus 3:5-6, lidah digambarkan sebagai api yang kecil namun dapat membakar hutan yang besar. Lidah dapat menjadi sumber masalah jika tidak dikendalikan. Banyak kesalahpahaman dan pertengkaran yang terjadi karena kata-kata yang diucapkan tanpa pemikiran matang. Oleh karena itu, Yakobus mengingatkan kita bahwa mengendalikan lidah adalah tanda kedewasaan rohani, dan cara terbaik untuk mengendalikan lidah adalah dengan lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.

3. Mendengarkan Sebagai Bentuk Kasih.

Yesus, dalam pengajaran-Nya, sering menekankan pentingnya mendengarkan sebagai bentuk kasih kepada sesama. Dalam Markus 12:31, Yesus mengajarkan bahwa hukum yang terutama adalah mengasihi Allah dan sesama. Salah satu cara untuk mengasihi sesama adalah dengan mendengarkan mereka. Mendengarkan menunjukkan bahwa kita menghargai mereka, memperhatikan kebutuhan mereka, dan berusaha memahami perasaan mereka.

Rasul Paulus, dalam 1 Korintus 13, memberikan definisi kasih yang terkenal: kasih itu sabar, kasih itu murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Mendengarkan adalah salah satu cara kita untuk menunjukkan kasih yang sabar dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Dengan mendengarkan, kita menunjukkan bahwa kita peduli pada orang lain, dan tidak hanya fokus pada keinginan atau pandangan kita sendiri.

4. Mendengarkan Suara Tuhan.

Dalam iman Kristen, mendengarkan tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga pada hubungan kita dengan Tuhan. Alkitab banyak menekankan pentingnya mendengarkan suara Tuhan. Dalam 1 Samuel 3, kita melihat kisah Samuel yang dipanggil Tuhan ketika ia masih anak-anak. Pada awalnya, Samuel tidak mengenali suara Tuhan, tetapi setelah diberi petunjuk oleh Eli, ia menjawab, “Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar” (1 Samuel 3:10). Sikap Samuel ini menjadi contoh bagi kita untuk selalu siap mendengarkan suara Tuhan.

Yesus sendiri mengatakan bahwa Dia adalah Gembala yang baik, dan domba-domba-Nya mendengar suara-Nya dan mengikuti-Nya (Yohanes 10:27). Mendengarkan suara Tuhan berarti kita hidup dalam ketaatan kepada-Nya, mengikuti tuntunan-Nya, dan menghindari kesombongan yang muncul dari hanya berbicara tanpa mendengarkan petunjuk-Nya. Mendengarkan suara Tuhan adalah langkah awal menuju kehidupan yang penuh damai dan berkat.

5. Mendengarkan Dalam Komunitas Kristen.

Dalam komunitas Kristen, mendengarkan juga memainkan peran penting dalam membangun kesatuan dan kerukunan. Efesus 4:29 mengingatkan kita, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia.” Ini menunjukkan bahwa dalam komunitas iman, kita harus memperhatikan kata-kata yang kita ucapkan dan lebih banyak mendengarkan, agar apa yang kita katakan benar-benar dapat membangun iman dan kasih di antara anggota jemaat.

Saling mendengarkan dalam komunitas iman juga merupakan bentuk saling menghormati dan saling membangun. Dengan mendengarkan, kita belajar untuk memahami kebutuhan dan pergumulan saudara seiman kita, sehingga kita bisa memberikan dukungan yang tepat, baik melalui doa maupun tindakan nyata. Ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan dan menghindarkan kita dari konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman atau perkataan yang salah.

6. Contoh Kristus.

Yesus Kristus adalah teladan tertinggi dalam hal mendengarkan. Dalam banyak kesempatan, Yesus lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Dia mendengarkan permohonan orang-orang sakit, tangisan orang-orang yang menderita, dan bahkan keluhan murid-murid-Nya. Salah satu momen paling mengesankan adalah ketika Yesus bertemu dengan wanita Samaria di sumur Yakub (Yohanes 4). Dalam percakapan itu, Yesus lebih banyak mendengarkan kisah hidup wanita tersebut sebelum Ia menyampaikan kebenaran tentang air hidup. Dengan mendengarkan, Yesus membuka pintu bagi wanita itu untuk menerima keselamatan dan pengampunan.

Mendengarkan lebih baik daripada berbicara menurut iman Kristen, karena mendengarkan adalah tanda kebijaksanaan, pengendalian diri, kasih, dan ketaatan kepada Tuhan. Alkitab memberikan banyak dasar yang kuat untuk menjadikan mendengarkan sebagai prioritas dalam hidup kita.

Dengan mendengarkan, kita dapat memahami orang lain dengan lebih baik, menghindari banyak masalah yang disebabkan oleh kata-kata yang salah, dan menunjukkan kasih yang tulus kepada sesama serta ketaatan kepada Tuhan. Marilah kita berusaha untuk lebih banyak mendengarkan, bukan hanya dengan telinga kita, tetapi juga dengan hati kita.

Post a Comment for "Mendengarkan Lebih Baik Daripada Berbicara Menurut Iman Kristen"