Yesus, Injil Dan Kristen Nusantara
Yesus, injil dan Kristen Nusantara ~ Injil harus diwartakan secara murni, Kristus yang adalah esensi Injil harus menjadi tujuan akhir setiap pewartaan. Membawa manusia bertobat dan dimuridkan untuk menjadi Kristus-Kristus kecil di bumi, yang menghadirkan kembali karakter Kristus di akhir zaman ini. Tetapi sudahkah kita sebagai umat Kristen di Nusantara telah melakukannya dengan baik?
Rasul Paulus memberikan teladannya, “Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya (1 Korintus 9:19-23).
Nusantara adalah bangsa dengan keistimewaan yang luar biasa, satu-satunya bangsa yang masih ada yang terdiri dari suku-suku asli dengan keragaman etnis, bahasa, budaya yang sepakat hidup bersama menjadi satu bangsa. Umat Allah telah menjadi bagian dari bangsa ini berabad-abad dan bahkan terus berkembang dengan segala tantangan dan dinamikanya.
Kearifan lokal disetiap suku bangsa dalam mewartakan dan menerima Injil serta mengimplementasikannya adalah sebuah fakta historis yang penting untuk ditelusuri dan disistematikakan agar bisa menemukan karakteristiknya bagi masa depan Injil di Nusantara. Sehingga kontektualisasi Injil yang kemudian akan tersusun dalam suatu theologi yang sarat akan kebijaksanaan lokal serta berwawasan maju dan luas yang kita sebut sebagai Theologi Nusantara.
Wikipedia menjelaskan perkembangan makana theologi sebagai berikut : Teologi (bahasa Yunani θεος, theos, "], Tuhan", dan λογια, logia, "kata-kata," "ucapan," atau "wacana") atau kadang disebut ilmu agama adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan. Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan.
Para teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. Teologi memampukan seseorang untuk lebih memahami tradisi keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya, menolong membuat perbandingan antara berbagai tradisi, melestarikan, memperbarui suatu tradisi tertentu, menolong penyebaran suatu tradisi, menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai alasan lainnya.
Kata 'teologi' berasal dari bahasa Yunani koine, tetapi lambat laun memeroleh makna yang baru ketika kata itu diambil dalam bentuk Yunani maupun Latinnya oleh para penulis Kristen. Karena itu, penggunaan kata ini, khususnya di Barat, mempunyai latar belakang Kristen. Namun, pada masa kini istilah tersebut dapat digunakan untuk wacana yang berdasarkan nalar di lingkungan ataupun tentang berbagai agama. Di lingkungan agama Kristen sendiri, disiplin 'teologi' melahirkan banyak sekali sub-divisinya.
Dalam gereja Kristen, teologi mula-mula hanya membahas ajaran mengenai Allah, kemudian artinya menjadi lebih luas, yaitu membahas keseluruhan ajaran dan praktik Kristen. Dalam upaya merumuskan apa itu ilmu teologi, maka ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan, yaitu tidak akan ada teologi Kristen tanpa keyakinan bahwa Allah bertindak atau berfirman secara khusus dalam Yesus Kristus yang menggenapi perjanjian dengan umat Israel.
Sehingga Theologi Nusantara adalah ilmu yang membahas dan mempelajari ajaran dan praktek Kristen berdasarkan keyakinan pada Allah Tritunggal dan inkarnasi Kristus di Nusantara yang secara historis telah dilakukan dengan sangat apresiatif terhadap budaya lokal dan hidup harmonis dalam keberagaman.
Yang menjadi pertanyaa-pertanyaan yang kemudian muncul adalah : Theologi Nusantara apakah theologi yang bersifat Nusantara atau theologi yang menyesuaikan diri dengan budaya Nusantara? Wilayahnya? Nilai-nilai khasnya? Sifat dan prosesnya?
Membangun konstruksi Injil sesuai dengan konteks Nusantara adalah sebuah panggilan zaman yang semakin mendesak. Baik tantangan internal maupun eksternal yang kita dihadapi. Munculnya theologi literaristik yang menumbuhkan ekslusifitas, fundamentalitas bahkan terorisme adalah bahaya yang semakin nyata. Munculnya Theologi Nusantara, bukan saja akan menjadi jati diri dan identitas diri tetapi akan menjadi sumbangsih bagi bangsa bahkan dunia dengan membagikan kebijaksanaan umat Allah di Nusantara yang telah dijalani dan sedang diimplementasikan hidup dalam kebhinekaan.
Fakta histori harus digali bukan sekedar permukaan atau gejala-gejala luarnya saja, tetapi historitas panjang dan filosifinya juga. Keunikan budaya dasar Nusantara meski dalam keberagaman tetapi memiliki semangat religiusitas dan spiritualitas yang mendalam. Perlu digali bagaimana Injil didaratkan dalam tindakan-tindakan nyata menolong sesama untuk meraih kehidupan lebih baik yang kemudian dilanjutkan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan bidang lainnya yang menjadikan Injil mudah diterima bagi masyarakat Nusantara. Dan bagaimana bahasa-bahasa budaya yang menjadi jembatan yang menghubungkan pewarta dan penerima warta.
Kemudian bagaimana Injil mewarnai spiritualitas bangsa Nusantara yang merubah world view, sistem sosial dalam keharmonian. Yang juga perlu digali juga adalah bagaimana Injil membuat suku-suku bangsa memiliki sifat tidak menutup diri pada kemajuan zaman.
Theologi Nusantara menerapkan Injil dalam masyarakat plural tanpa kehilangan esensinya yang mampu membangun masyarakat berkarakter Kristus. Injil yang diwartakan dalam konteks budaya, kesenian, spiritualitas, proses pembelajaran maupun pergaulan. Pendekatannya pada corak dan bentuk spiritualitas yang merelevansikan diri sebagai umat yang telah ditebus Kristus pada konteks masyarakat.
Dalam sejarah Nusantara, kedatangan Islam menggantikan spiritualitas Hindu-Buda yang lebih banyak tercermin pada seni dan estetika, menjadi masyarakat yang rasional dan intelek. Maka panggilan Injil seharusnya adalah melanjutkannya dengan mengisi spiritualitas itu dengan aliran kasih, kehidupan dan kuasa nyata didalam Kristus melalui Roh Kudus. Seperti usaha memerdekakan dari sistem kasta, yang seharusnya dilanjutkan mengisi kemerdekaan itu dengan menjadi saluran kasih, kehidupan dari Allah yang mengalir melalui Roh Kudus.
Pendekatan penelitiannya saya sarankan adalah historical-ontologis yang berusaha memahami Theologi Nusantara dengan menarik garis sejarah sebagai landasan terhadap makna yang tersembunyi dalam hakekat dan esensi Theologi Nusantara. Sehingga historis dijadikan fakta dan data. Sedangkan ontologis merupakan bentuk kandungan yang melekat dalam pembentukan wajah khas pewartaan dan pengimplementasian Injil di masyarakat Nusantara. Sehingga Theologi Nusantara diharapkan bisa merumuskan secara substantif original untuk merekonstruksi terbentuknya masyarakat Kristen Nusantara sebagai acuan masa depannya berdasarkan Injil.
Nusantara bukan sebuah konsep geografis (kawasan), tetapi merupakan pusat pertemuan dan penyatuan budaya dunia yang darinya proses pewartaan dan pengimplementasian Injil di Nusantara akan memunculkan sebuah tata nilai yang khas dan berharga bagi peradaban dunia. Karena tipologi yang ada didalamnya adalah keragaman yang merupakan pergulatan panjang antara agama-agama baru yang masuk dengan agama asli ; antara agama dan budaya ; antara teks dan konteks yang saling melengkapi satu sama lain yang juga menjadi inspirasi dunia yang saat ini sedang menjalani proses yang sama.
Fakta yang terjadi di Nusantara, proses itu telah menghasilkan theologi Nusantara yang ramah, lemah lembut, tidak ekstrim serta menyesuaikan dengan budaya Nusantara serta menerima dengan baik berbagai budaya yang kemudian berbaur dalam masyarakat yang memanifestasikan spiritualitas khas Nusantara.
Yang harus ditemukan untuk mengantisipasi perubahan zaman kedepan juga adalah bagaimana Injil yang tidak mentolelir interpretasi dalam ketritunggalan Allah dan karya inkarnasi Kristus, namun ramah dalam menghadapi perubahan sosial akibat zaman, dan mampu mendinamisasikan peran Roh Kudus untuk membangkitkan semangat dan kemampuan berpikir rasional dalam bentuk gerakan bersama (kelompok), dengan sistematika dalam wawasan dan logika, yang berbuahkan karya, bekerja keras, berbuat kasih dalam menjalani kehidupan. Sehingga akan menaikkan kualitas hidup dalam menyikapi tantangan dan kemajuan zaman dengan tepat dalam tatanan masyarakat sesuai zamannya.
Aliran kasih, kehidupan dan kuasa dari Roh Kudus akan memunculkan sebuah kehidupan dalam spiritualitas yang dalam serta menggerakkan kehidupan dari hati, roh dan jiwa yang mewujud dalam Tindakan-tindakan nyata dalam perilaku yang kreatif, produktif, optimis, baik, sopan, lemah lembut dan beradab. Sehingga Theologi Nusantara akan menolong dan menajamkan kehidupan spiritual menjadi pondasi kehidupan masyarakat yang rasional dan spiritual.
Warna dan cara berpikir barat yang terpaku pada rasionalitas dan empiris sangat berpengaruh pada theologi kita saat ini. Walupun kemudian sekarang mulai muncul usaha-usaha beralih pada pembangunan karakter, sayang sekali tidak ditumbuhkan dari dalam diri oleh karya Roh Kudus, tetapi lebih pada faktor eksternal berupa pengawasan maupun penegakan hak-hak asasi yang melembaga yang mengedepankan saintifik dan rasional analitik.
Tantangan zaman yang seharusnya juga dijawab Theologi Nusantara adalah bagaimana Injil terkontektualisasi untuk memperkuat Ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengalir dari spiritualitas yaitu persekutuan yang erat dengan Allah yang mengalirkan inspirasi illahi melalui Roh Kudus. Sehingga nilai kehidupan dari Allah akan menopang Ilmu Pengetahuan, sain dan teknologi yang berpusat pada Allah (God-center) bukan berpusat pada manusia atau diri sendiri (self-center). Sehingga yang terbangun adalah roh, jiwa dan tubuh manusia secara utuh.
Post a Comment for "Yesus, Injil Dan Kristen Nusantara"