Kerajaan Allah Versus Kerajaan Dunia
Kerajaan Allah versus kerajaan dunia ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari Injil Matius 5:1-12. Dalam Matius 5:3, penulis Injil Matius dalam pimpinan, tuntuan, arahan, bimbingan dan ilham Roh Kudus, menulis: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga”.
Kerajaan Allah menunjuk kepada pemerintahan dan kekuasaan Allah yang sepenuh-penuhnya atas segala sesuatu. Kerajaan Allah adalah kerajaan yang abadi, karena Allah adalah Raja yang Abadi, Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Alfa dan Omega.
Sedangkan Kerajaan Duani menunjuk kepada pemerintahan dan kekuasaan manusia. Kerajaan Dunia sifatnya sementara karena semua raja dunia akan berakhir kekuasaannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka kita bisa melihat perbedaan yang sangat signifikan antara Kerajaan Allah dan Kerajaan Dunia ini. Di mana Kerajaan Allah berbanding terbalik dengan kerajaan dunia.
Dunia mengejar kekayaan, kekuatan dan kejayaan sebagai nilai utamanya, sedangkan Kerajaan Allah menekankan nilai kebenaran, damai sejahtera dan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Kerajaan dunia menginginkan richer, biger, higher sebagai tujuan dan goal utamanya.
Tetapi Kerajaan Allah menginginkan kenosis (mengosongkan diri) dan melayani sebagai tujuan dan goal utamanya. Sebagaimana ditegaskan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, demikian: “Melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” – Filipi 2:7.
Siapa yang ingin menjadi terbesar haruslah merendahkan diri (miskin dalam roh) untuk mau melayani orang lain. Dalam Injil Matius ditegaskan demikian: “Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga” – Matius 18:4.
Selanjutnya dalam Injil Matius 23:11, ditegaskan juga demikian: “Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu”. Lalu dalam Injil Lukas 22:26, ditegaskan juga demikian: “Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan”.
Yesus menegaskan bahwa ada perbedaan mendasar antara Kerajaan Allah dan Kerajaan Dunia. Perbedaan tersebut terlihat jelas dalam konsep dan nilai kekuasaan dalam perspektif Kerajaan Allah dan perspektif Kerajaan Dunia.
Kerajaan Dunia menggunakan kekuasaannya untuk menekan, menguasai dan menindas orang lain. Namun dalam perspektif Kerajaan Allah, kekuasaan dipahami sebagai sesuatu yang digunakan untuk melayani dan mengutamakan kesejahteraan semua orang. Inilah yang oleh Donald B. Kraybill disebut sebagai: “Upside Down Kingdom” (Kerajaan Allah yang sungsang).
Tuhan Yesus hadir di dunia untuk memberitakan Injil (Kabar Baik) yang upside down dengan pemahaman dunia. Ambil sebagai contoh, ketika dunia menyatakan sesamaku adalah yang selevel denganku atau yang punya kepentingan yang sama denganku, maka Yesus mengajarkan sesama manusia adalah semua orang tanpa mengenal batasan apapun.
Ketika dunia mengangkat raja sedemikian tingginya (bahkan sebagai keturunan dewa), maka Yesus Sang Raja justru rela mengosongkan diri (kenosis) untuk melayani manusia yang berdosa. Yesus turun dari sorga menjadi manusia untuk menyatakan langsung belas kasih-Nya kepada mereka yang menderita pada garis-garis tepi masyarakat.
Jadi, saat Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Allah”; Yesus sedang mengajak pendengar-Nya (dan kita) untuk berani memasuki pengosongan hidup dan memasuki jalan Kerajaan Allah sempit dan terbalik itu.
Dalam pengosongan diri yang seperti itulah justru kita akan mengalami kepenuhan Allah, yang tremendum et fascinosum (menggetarkan sekaligus membawa kebahagiaan). Hal itulah yang menjadi sumber inspirasi, sukacita dan damai sejahtera yang melampaui segala akal. Itulah fase pertama dari spiritualitas Kerajaan Allah.
Post a Comment for "Kerajaan Allah Versus Kerajaan Dunia"