Jangan Minder Dan Mundur
Jangan minder dan mundur ~ Landasan firman Tuhan untuk tema jangan minder dan mundur diambil dari 2 Timotius 1:7. “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”.
Surat 2Timotius dikenal sebagai surat terakhir yang ditulis oleh Rasul Paulus sebelum ia menjalani hukuman mati. Karenanya, tema "penderitaan" menjadi salah satu tema penting dalam surat ini, di samping tentu saja hal itu didorong oleh situasi dan kondisi yang tengah dialami oleh Timotius, sebagai salah satu muridnya. Tema lain yang cukup penting dalam surat ini adalah masalah pertengkaran dalam jemaat dan bagaimana memelihara iman yang teguh. Kedua tema ini nampaknya masih erat kaitannya dengan persoalan penderitaan orang percaya dalam menjalankan panggilan pelayanannya.
Bagaimanapun, Paulus sangat menyadari bahwa penderitaan yang diakibatkan oleh faktor internal lebih berdampak besar ketimbang penderitaan akibat faktor eksternal. Apalagi, pada masa itu, tekanan-tekanan yang disebabkan oleh penguasa Romawi maupun orang-orang Yahudi dan agama-agama misteri Yunani ternyata lebih dominan memberi semangat iman yang lebih besar ketimbang tekanan-tekanan yang muncul dari dalam jemaat akibat perbedaan doktrin pengajaran, masalah kedudukan dalam sistem organisasi, dan sebagainya.
Masalah-masalah internal membuat Timotius berada dalam situasi yang sulit, sebab ia sendiri masih termasuk muda secara usia, sementara ia harus berhadapan dengan tua-tua jemaat dan tokoh-tokoh senior dalam gereja. Tetapi, Paulus mengingatkan Timotius bahwa di dalam dirinya terdapat karunia yang berasal dari TUHAN. Untuk menghadapi berbagai tekanan, sangatlah penting bagi Timotius untuk mengobarkan karunia-karunia dari TUHAN sebagai bentuk pembuktian diri yang positif.
Paulus menasihatkan Timotius supaya "jangan takut", sebab karunia dari TUHAN bukanlah "roh ketakutan" (πνευμα δειλιας). Kata "ketakutan" di sini diterjemahkan dari kata Yunani: δειλιας (deilias), yang secara harfiah berarti "kehilangan keberanian dan rasa percaya diri". Jadi, Paulus menemukan adanya rasa minder dalam diri Timotius, sehingga hal itu menghalangi dirinya untuk memberitakan Injil.
Maka, nasihat dalam ayat ini menekankan pentingnya melawan rasa minder itu. Setidaknya, ada tiga hal penting yang harus kita pahami:
Pertama, TUHAN memberi kita "kekuatan" (δύναμις). Atribut dunamis atau dynamis ini sangatlah erat melekat dengan Roh Kudus. Setiap orang yang telah menerima urapan Roh Kudus tentulah memiliki kekuatan itu di dalam dirinya, yang terimpartasi dari Roh Kudus itu sendiri. Karenanya, ketika kita terjun dalam pelayanan, jangan sampai ada kata "menyerah" untuk menjalankan misi TUHAN menghadirkan damai sejahtera di tengah dunia ini melalui pemberitaan Kabar Baik.
Kedua, TUHAN mengajarkan kita "kasih" (αγαπη) yang tulus dan ikhlas. "Kasih" semacam ini sudah diteladankan BAPA sendiri, dengan memberikan Anak-NYA yang tunggal demi menebus dosa kita. Teladan itu juga yang Kristus tunjukkan ketika Ia "menyerahkan nyawa-Nya" demi kesempurnaan misi TUHAN di tengah dunia ini. Kasih yang tulus dan ikhlas membutuhkan totalitas kita untuk mengaplikasikannya. Apakah kita akan mundur ketika ada tantangan dan penolakan? Jika "ya", berarti kita membangun pelayanan kita atas dasar kepentingan diri kita sendiri, sehingga yang kita kejar bukanlah damai sejahtera, melainkan aktualisasi diri. Kasih yang tulus dan ikhlas adalah kasih yang pantang mundur meskipun ditentang dan ditolak, sebagaimana Kristus tetap teguh sampai Ia sendiri berseru: "sudah selesai!".
Ketiga, perlunya "pengendalian diri" (σωφρονισμος). Dalam Alkitab Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia (TB-LAI) diterjemahkan "ketertiban", tetapi dalam terjemahan lain diterjemahkan "dapat menahan diri" (Terjemahan BIS) dan "pengendalian diri" (Terjemahan KSI), semuanya terbitan LAI. Alkitab-alkitab terjemahan bahasa Inggris juga lebih mengarah pada "pengendalian diri" (bandingkan terjemahan ASV: discipline; KJV: sound mind; dan ISV: self-discipline). Kata σωφρονισμος (sôfronismos) secara harfiah berarti "pikiran yang sehat", yang sangat dibutuhkan dalam merespon segala teguran, koreksi, kritik dan bahkan tekanan. Semuanya itu perlu dikelola dengan pikiran yang sehat, bukan dengan emosi yang tidak terkendali. Sebab, jika kita menjadi emosi, maka dampaknya bisa pada "pengunduran diri" atau "perlawanan/ pertengkaran yang sia-sia".
Sumber : Pdt. Yosi Rorimpandei
Post a Comment for "Jangan Minder Dan Mundur"