Translate

Menuai Apa Yang Kita Tabur

Menuai apa yang kita tabur ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari surat rasul Paulus kepada orang Kristen yang ada di kota Galatia, yaitu dalam Galatia 6:1-10. Dalam Galatia 6:9, rasul Paulus dalam pimpinan Roh Kudus, terkait dengan menuai apa yang kita tabur, menulis: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah”.

Rasul Paulus menegaskan bahwa hukum menabur dan menuai itu akan terjadi dan dialami oleh siapapun. Itu sebabnya setiap orang harus bertanggung jawab dengan apa yang ditaburnya. Mengapa? Karena sesungguhnya apa yang ditabur itu juga yang pasti dituainya.

Rasul Paulus tegaskan demikian: “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” – Galatia 6:7. Jangan sesat, artinya jangan bermain-main, jangan salah dan jangan sembrono pada waktu akan menabur. Mengapa? Karena hubungannya dengan sikap terhadap Allah. Menabur dengan cara tidak bertanggung jawab itu sangat membahayakan karena dianggap mempermainkan Allah.

Pagi hari, seorang pria yang tinggal sendirian keluar dari rumah susunnya. Baru berapa langkah menuju halte bus, bajunya tersiram air yang mengucur dari atap rumah tetangga. Digesernya sebuah pot tanaman yang layu ke bawah kucuran air tersebut.

Kemudian ia melihat seorang ibu dengan gerobak dagangannya tersangkut di trotoar jalan. Ia pun membantu mengangkat dan mendorong gerobak dagangan itu. Saat membeli sate bakso, seekor anjing memandanginya dengan mata yang minta dikasihani, maka ia menyodorkan makanan itu.


Saat menyeberang jalan, ia melihat seorang ibu tunawisma dengan anak perempuan kecil bersimpuh di depan kardus bekas bertuliskan "Perlu uang untuk sekolah". Diambilnya dompet dan disodorkannya semua uang yang ada kepada anak perempuan itu. Di dalam bus saat pulang kerja, ia menawarkan tempat duduknya kepada wanita yang berdiri di hadapannya. 

Setiap hari, dengan tidak jemu-jemu dilakukannya kebaikan-kebaikan sederhana itu. Tidak menunggu lama, hidup pria itu pun dipenuhi warna. Pohon layu di dalam pot itu menjadi segar dan berbunga indah. Ibu dengan gerobak dagangan yang tersangkut trotoar itu sekarang selalu menyapanya. Anjing yang diberinya makan menjadi hewan peliharaannya.


Anak tunawisma yang sekarang sudah bisa bersekolah itu sering dilihatnya dengan baju seragam dan membawa buku-bukunya, selalu tersenyum lebar kepadanya. Wanita yang dijumpainya di bus sekarang menjadi teman akrabnya. Ia tidak pernah lagi merasa sendirian.

Ketahuilah, hukum tabur tuai tidak pernah gagal. Bukan hanya kita yang ingin kehidupan kita berubah. Tuhan pun menginginkan kita memiliki kualitas hidup yang terbaik, bukan yang biasa-biasa saja. Jika kita tidak jemu-jemu berbuat baik kepada siapa pun, dengan hati yang tulus, dan melakukannya dengan setia, segala yang baik akan berdatangan ke dalam hidup kita. Tuhan akan memberikan kita tuaian besar yang sanggup mengubahkan hidup kita, sampai kita terheran-heran dengan keadaan kita nantinya.

RENUNGAN
Pembaca yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, JANGAN JEMU-JEMU MENABUR, kita tidak tahu TUAIAN MANA yang akan Tuhan pakai untuk MENGUBAH HIDUP kita

APLIKASI
1. Sudahkah Anda menabur kebaikan dalam hidup Anda? Apa sajakah itu?
2. Mengapa Anda perlu menabur kebaikan?
3. Kebaikan-kebaikan apa saja yang dapat Anda tabur di sekeliling Anda saat ini?

DOA UNTUK HARI INI
“Bapa, terima kasih karena Engkau tidak pernah menutup mata-Mu. Biarlah kami dapat terus menabur dalam hidup kami, sehingga suatu saat kami pun dapat melihat tuaian yang Engkau sediakan. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.”

Post a Comment for "Menuai Apa Yang Kita Tabur"