Hidup Dalam Didikan Tuhan
Hidup dalam didikan Tuhan ~ Landasan firman Tuhan untuk tema tersebut diambil dari kitab Mazmur 94:12-23. Salah ayatnya menegaskan demikian: "Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kau ajari dari Taurat-Mu, untuk menenangkan dia terhadap hari-hari malapetaka, sampai digali lobang untuk orang fasik" - Mazmur 94:12-13.
Hidup dalam didikan Tuhan tentu merupakan suatu pengalaman hidup yang indah dan menyenangkan. Itulah sebabnya ada istilah yang mengatakan bahwa: "Pengalaman adalah guru terbaik". Artinya bahwa setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam hidup kita memberi kita pelajaran yang sangat berharga.
Hanya orang yang pernah merasa laparlah yang sungguh-sungguh mampu mensyukuri sepiring nasi panas. Hanya orang yang pernah mengalami sakit yang berat yang dapat menjadi pendamping bagi orang-orang sakit lainnya.
Begitulah fakta sosial yang terjadi di dalam kehidupan kita. Sepiring nasi bagi seorang yang sangat lapar itu sangat berarti dan karenanya ia akan selalu menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya, sehingga dengan demikian ia dapat mendidik dan membagikan pengalamannya kepada orang lain yang berada dalam kelaparan.
Seperti itulah juga yang menjadi alasan pemazmur sehingga dia mampu berkata: "Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari Taurat-Mu, untuk menenangkan dia terhadap hari-hari malapetaka, sampai digali lobang untuk orang fasik" - Mazmur 94:12.
Bagi pemazmur, pengalaman pahit adalah cara Allah untuk mendidik dirinya agar bisa tenang ketika menghadapi masa sukar dan ketika malapetaka melanda kehidupan. Pengalaman pahit itu bisa menjadi bekal ketika dirinya berada dalam keadaan sulit pada masa-masa selanjutnya.
Sebab pemazmur telah belajar dari pengalaman hidup dalam didikan Tuhan sebelumnya. Bahwa Allah bukan Pribadi yang mengabaikan atau meninggalkan umat-Nya - "Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya" - Mazmur 94:14.
Pemazmur telah mengalami hidup dalam pertolongan Tuhan. Dalam pengalaman pemazmur kita menemukan bahwa Allah adalah Pribadi yang siap dan sigap untuk memberi pertolongan yang kita butuhkan pada waktunya - "Siapakah yang bangkit bagiku melawan orang-orang jahat, siapakah yang tampil bagiku melawan orang-orang yang melakukan kejahatan? Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi" - Mazmur 94:16-17.
Bahkan ketika pemazmur berpikir akan jatuh, pengalaman akan kasih setia Tuhan pada masa lampau membuatnya bediri teguh - "Ketika aku berpikir: "Kakiku goyang", maka kasih setia-Mu, ya TUHAN, menyokong aku. Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenagkan jiwaku" - Mazmur 94:18-19.
Beragam pengalaman hidup semacam itu yang membuat pemazmur sanggup berkata: "TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku" - Mazmur 94:22. Dan Tuhan yang telah menolong pada masa lampau akan tetap menolong kita umat-nya pada masa kini dan tentu di masa yang akan datang.
Bagaimana dengan kita? Harus diakui, keadaan hidup yang sulit tidak jarang membuat kita merasa ditinggalkan oleh Allah. Jika memang demikian halnya, agaknya kita perlu menengok ke belakang sejenak untuk kembali melihat rekam jejak pertolongan Tuhan pada masa lampau.
Ketika kita melihatnya, maka kita bisa menyadari bahwa sejatinya Allah tidak berhenti menolong kita. Sehingga kita bisa berkata kepada diri sendiri, mengutip lagu kidung jemaat 417:7: "Tetap senantiasa percayalah teguh; tak mungkin 'kau binasa di pergumulanmu".
Jadi, hidup dalam didikan Tuhan pastinya menjadikan kita pribadi yang selalu bersyukur. Selain itu, hidup dalam didikan Tuhan membuat kita menjadi pribadi yang kuat karena ada pengalaman di masa lalu tentang pertolongan Tuhan. Dengan demikian, maka kita dapat berkata bahwa Tuhan mengalihkan yang paling susah menjadi kebajikan di jalan hidup kita. Amin.
Hidup dalam didikan Tuhan tentu merupakan suatu pengalaman hidup yang indah dan menyenangkan. Itulah sebabnya ada istilah yang mengatakan bahwa: "Pengalaman adalah guru terbaik". Artinya bahwa setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam hidup kita memberi kita pelajaran yang sangat berharga.
Hanya orang yang pernah merasa laparlah yang sungguh-sungguh mampu mensyukuri sepiring nasi panas. Hanya orang yang pernah mengalami sakit yang berat yang dapat menjadi pendamping bagi orang-orang sakit lainnya.
Begitulah fakta sosial yang terjadi di dalam kehidupan kita. Sepiring nasi bagi seorang yang sangat lapar itu sangat berarti dan karenanya ia akan selalu menjadi pribadi yang selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya, sehingga dengan demikian ia dapat mendidik dan membagikan pengalamannya kepada orang lain yang berada dalam kelaparan.
Seperti itulah juga yang menjadi alasan pemazmur sehingga dia mampu berkata: "Berbahagialah orang yang Kauhajar, ya TUHAN, dan yang Kauajari Taurat-Mu, untuk menenangkan dia terhadap hari-hari malapetaka, sampai digali lobang untuk orang fasik" - Mazmur 94:12.
Bagi pemazmur, pengalaman pahit adalah cara Allah untuk mendidik dirinya agar bisa tenang ketika menghadapi masa sukar dan ketika malapetaka melanda kehidupan. Pengalaman pahit itu bisa menjadi bekal ketika dirinya berada dalam keadaan sulit pada masa-masa selanjutnya.
Sebab pemazmur telah belajar dari pengalaman hidup dalam didikan Tuhan sebelumnya. Bahwa Allah bukan Pribadi yang mengabaikan atau meninggalkan umat-Nya - "Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya" - Mazmur 94:14.
Pemazmur telah mengalami hidup dalam pertolongan Tuhan. Dalam pengalaman pemazmur kita menemukan bahwa Allah adalah Pribadi yang siap dan sigap untuk memberi pertolongan yang kita butuhkan pada waktunya - "Siapakah yang bangkit bagiku melawan orang-orang jahat, siapakah yang tampil bagiku melawan orang-orang yang melakukan kejahatan? Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi" - Mazmur 94:16-17.
Bahkan ketika pemazmur berpikir akan jatuh, pengalaman akan kasih setia Tuhan pada masa lampau membuatnya bediri teguh - "Ketika aku berpikir: "Kakiku goyang", maka kasih setia-Mu, ya TUHAN, menyokong aku. Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenagkan jiwaku" - Mazmur 94:18-19.
Beragam pengalaman hidup semacam itu yang membuat pemazmur sanggup berkata: "TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku" - Mazmur 94:22. Dan Tuhan yang telah menolong pada masa lampau akan tetap menolong kita umat-nya pada masa kini dan tentu di masa yang akan datang.
Bagaimana dengan kita? Harus diakui, keadaan hidup yang sulit tidak jarang membuat kita merasa ditinggalkan oleh Allah. Jika memang demikian halnya, agaknya kita perlu menengok ke belakang sejenak untuk kembali melihat rekam jejak pertolongan Tuhan pada masa lampau.
Ketika kita melihatnya, maka kita bisa menyadari bahwa sejatinya Allah tidak berhenti menolong kita. Sehingga kita bisa berkata kepada diri sendiri, mengutip lagu kidung jemaat 417:7: "Tetap senantiasa percayalah teguh; tak mungkin 'kau binasa di pergumulanmu".
Jadi, hidup dalam didikan Tuhan pastinya menjadikan kita pribadi yang selalu bersyukur. Selain itu, hidup dalam didikan Tuhan membuat kita menjadi pribadi yang kuat karena ada pengalaman di masa lalu tentang pertolongan Tuhan. Dengan demikian, maka kita dapat berkata bahwa Tuhan mengalihkan yang paling susah menjadi kebajikan di jalan hidup kita. Amin.
Post a Comment for "Hidup Dalam Didikan Tuhan"