Optimisme Meruntuhkan Pesimisme
Ia merasa tidak perlu mencoba lagi karena akhirnya berujung dengan kegagalan. Namun, optimisme menggugurkan semua asumsi tersebut. Optimisme meruntuhkan pesimisme. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kata optimis sebagai orang yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Dalam diri seseorang yang optimis selalu tersimpan energi untuk berharap. Dengan demikian, ia sukar untuk berputus asa karena memiliki keyakinan yang pasti bahwa dalam genggaman-Nya semua indah.
Landsan Optimisme
Optimisme dalam perspektif iman Kristen tidak dibangun berdasarkan dan di atas kekuatan manusia sebagaimana digemakan oleh New Age Movement. Menurut New Age Movement, manusia dengan kekuatan diri, yakni kekuatan pikiran, dapat mencapai keinginannya. Tentu, pemahaman seperti itu tidak sejalan dengan iman Kristen. Pencapaian manusia bukan karena ia hebat, melainkan karena anugerah Allah. Bagi orang percaya, prestasi dalam bentuk apapun semata-mata karena anugerah bukan karena usaha dan kehebatan manusia.
Tuhan Yesus Kristus adalah anugerah terbesar yang tak terbantahkan. Allah Bapa mengutus putra-Nya untuk menyelamatkan manusia. Keselamatan tersebut menjamin kita yang percaya untuk mengalami kehidupan kekal. Kepastian keselamatan bukan mudah-mudahan, melainkan pasti menjadi kenyataan asal pusat iman kita kepada Kristus.
Anugerah terbesar telah digenapi apalagi untuk hal kecil, yakni keperluan hidup sehari-hari. Karena itu, membangun pemahaman bahwa anugerah Allah menjadi dasar dalam segala aspek kehidupan membuat kita tidak sombong. Anugerah Allah menjadi landasan untuk membangun pengharapan yang pasti. Oleh sebab itu, jika anugerah Allah tersedia bagi kita, tentu tidak ada alasan kuat untuk pesimis menjalani hidup.
Hukum Optimisme
Bagaimana bisa membangun sikap optimis di tengah karut-marut kehidupan yang semakin berat? Bukankah fakta sosial dan ekonomi menunjukkan bahwa zaman kian berat dan menekan. Ya, fakta kehidupan memang demikian. Namun, sebagai orang percaya kita berpengharapan karena ada landasan hukum yang pasti. Landasannya adalah firman Tuhan.
Firman Tuhan mengajarkan untuk berharap kepada Tuhan, karena itu kita tunduk dan melakukan hal itu. Tatkala kita melakukan firman dengan setia, kekuatan yang empunya firman akan menopang kita. Carl F. Gauss, seorang filsuf, pernah menuliskan bahwa tindakan Tuhan berada di luar kemampuan manusia yang terbatas.
Sejarah Alkitab mencatat tindakan-tindakan besar Allah sepanjang sejarah. Tindakan yang sama akan terus dikerjakan-Nya hingga masa yang akan datang. Bagaimana kita percaya akan hal tersebut? Jelas sekali karena Tuhan yang bertindak dalam sejarah adalah Tuhan yang dipercaya sekarang. Jika Tuhannya sama, apakah ada alasan kuat untuk tidak memercayai-Nya? Optimisme adalah seni berharap dan pengharapan itu pasti. Mengapa? Karena kita berharap kepada Tuhan yang hidup dan pasti menggenapi apa yang kita harapkan dari Dia. Amin.