Cara Mengalami Anugerah Allah
Cara
mengalami anugerah Allah – Kita setuju, sepakat dan
sepengetahuan bahwa kita hidup karena anugerah
Allah. Itulah yang ditegaskan berulang-ulang oleh penulis Alkitab. Tetapi
tidak semua orang mengalami anugerah Allah
itu dalam hidupnya. Mengapa bisa demikian? Karena ada sesuatu yang menghalangi
dan menghambat mereka mengalami anugerah Allah. Kasih dan anugerah
Allah tidak pernah berubah. Tentu Anda bertanya bagaimana cara mengalami anugerah Allah dalam hidup ini? Cara mengalami anugerah Allah dalam hidup ini harus ditempuh dengan
beberapa hal berikut di bawah ini.
1.
Ganti cara pandang lama dengan cara pandang baru
Tuhan Yesus disalibkan di
antara orang-orang yang memiliki cara pandang lama, cara pandang pendosa yang
cederung menghina dan merendahkan. Masyarakat Yahudi dan para penyamun serta
penjahat memandang Yesus dengan cara pandang lama, yaitu cara pandang pendosa
yang hanya bisa merendahkan dan menghina.
Penulis Injil Matius menulis tentang hal itu demikian: “Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Ebgkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!” Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah”. Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga” – Matius 27:39-44.
Penulis Injil Matius menulis tentang hal itu demikian: “Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: “Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Ebgkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!” Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: “Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah”. Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga” – Matius 27:39-44.
Paparan yang ditulis oleh
Matius di atas sangat gamblang tentang cara pandang lama dari orang-orang
berdosa terhadap Yesus. Cara pandang lama menghambat mereka untuk melihat
sesuatu yang baru yang akan menentukan masa depan mereka. Cara pandang lama
menutup pintu anugerah terbuka bagi mereka.
Tetapi ada yang menarik dan
berbeda yang dilakukan oleh salah seorang penjahat yang disalibkan bersama
Yeus. Ada perubahan cara pandang dari penjahat tersebut tentang Yesus. Hal ini
bisa kita lihat perubahan cara pandang itu melalui statemen penjahat itu
demikian: “Tetapi yang seorang menegor
dia, katanya: Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau
menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima
balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat
sesuatu yang salah” – Lukas 23:40-41. Seorang penjahat ini merubah cara pandangnya
yang lama, yang berdosa, yang jahat dengan cara pandang baru, cara pandang yang
membuka pintu anugerah baginya, cara pandang yang membawa dia untuk mengalami
karya salib Yesus di saat-saat terakhir hidupnya.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah
cara pandang lama kita ganti dengan cara pandang baru? Cara pandang yang salah
tentang Tuhan Yesus yang kelihatannya berdiam diri, tidak memberi pertolongan
saat kita membutuhkan, mari kita ganti dengan cara pandang baru tentang Tuhan
Yesus bahwa kalau Dia berdiam diri, tidak memberi pertolongan saat kita
membutuhkan sesungguhnya Dia punya waktu yang tepat untuk menolong kita. Dengan
cara pandang demikian, maka kita akan mengalami anugerah dan kasih-Nya kepada
kita. Rasul Paulus menulis demikian: “Jangalah
kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik,
yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” – Roma 12:2.
2.
Ganti cara pandang sempit dengan cara pandang luas
Tuhan Yesus disalibkan di
antara orang-orang yang memiliki cara pandang sempit. Orang dengan cara pandang
yang sempit memiliki kecenderungan untuk selalu menyalahkan orang lain. Mereka melihat
hidup selalu asin baginya. Dokter Lukas mengisahkan tentang cara pandang sempit
dari salah seorang penjahat itu demikian: “Seorang dari penjahat yang digantung
itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah
Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” – Lukas 23:39.
Ciri dari orang yang
berpandangan sempit ialah selalu menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu
baginya. Orang yang berpandang sempit selalu berpikir diseputar dirinya saja
atau dengan kata lain egois. Tidak peduli dengan keselamatan orang lain. Karaktersitik
itulah yang ditampilkan oleh salah seorang dari penjahat yang disalibkan
bersama Yesus. Itu sebabnya ia menggugat kekuasaan Kristus yang sanggup
menyelamatkan. Penjahat itu berkata: “Selamatkanlah
diri-Mu dan kami” – Lukas 23:29b. Penjahat itu hanya memikirkan kepentingan
sesaat dan tertutup untuk melihat kepentingan dan keselamatan semua manusia
berdosa.
Penjahat yang lain dengan
status yang sama sebagai penjahat, mengoreksi cara pandang sempit temannya
sesama penjahat. Koreksi yang dilakukan oleh salah seorang penjahat ini
menunjukkan bahwa cara pandangnya lebih luas, walaupun awalnya ia memiliki cara
pandang sama dengan temannya, yaitu menghujat Yesus. Tetapi dalam proses waktu,
ia merubah atau mengganti cara pandang sempit dengan cara pandang yang luas. Ia
tidak lagi menuntut dan menghujat Yesus. Tetapi sebaliknya ia mengatakan
demikian: “Kita memang selayaknya
dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita,
tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah” – Lukas 23:41. Penjahat ini
memiliki cara pandang yang luas tentang dirinya dan juga tentang Tuhan Yesus. Ia
layak menerima hukuman yang setimpal dengan kejahatannya. Tetapi Yesus tidak
pantas menerima hukuman itu karena memang Yesus tidak bersalah.
3.
Ganti cara pandang mata jasmani dengan cara pandang mata iman
Maysarakat dan
pemimpin-pemimpin Yahudi serta penjahat yang disalibkan bersama Yesus memiliki
cara pandang mata jasmani saja. Mereka hanya melihat apa yang di depan mata. Dan
mereka memberi komentar sesuai dengan apa yang dilihat oleh mata jasmani
mereka.
Cara pandang yang salah yang
dilihat oleh mata jasmani menyebabkan mereka berespon juga salah. Jika Tuhan
Yesus itu berkuasa, tentu Ia dapat membebaskan diri-Nya dari salib. Selama ini
mereka selalu menyaksikan mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Orang yang
lumpuh berjalan, yang buta melihat, yang bisa bisu bicara, yang dirasuk setan
dilepaskan, memberi makan 5000 orang lebih hanya dengan lima roti dan dua ekor
ikan, bahkan yang mati dibangkitkan. Itu sebabnya mereka katakana demikian: “Orang banyak bediri di situ dan melihat
semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia, katanya: “Orang lain Ia selamatkan,
biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia adalah Mesias,
orang yang dipilih Allah” – Lukas 23:35. Tanggapan Yesus atas pernyataan
mereka dengan sebuah doa demikian: “Yesus
berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat” – Lukas 23:34a.
Salah seorang penjahat
mengalami perubahan dalam cara pandang. Ia merubah cara pandang mata jasmaninya
dengan cara pandang mata iman. Hal ini ditandai dengan sebuah pernyataan mata
iman dari penjahat itu demikian: “Lalu ia
berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja” – Lukas
23:42. Penjahat ini melihat Yesus melampaui penglihatan mata jasmaninya. Ia
memandang Yesus dengan mata iman. Ia tahu Yesus adalah Raja yang akan datang
untuk memerintah sebagai Raja di atas segala raja. Tanggapan Yesus melampaui
ekspektasi penjahat tersebut. Dokter Lukas menulis demikian: “Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di
dalam Firdaus” – Lukas 23:43. Penjahat itu minta kepada Yesus supaya kelak
Yesus ingat kepadanya, tetapi yang ia dapatkan adalah lebih dari sekedar sebuah
ingatan. Penjahat itu mendapatkan anugerah besar yaitu keselamatan hidup kekal
bersama Tuhan Yesus.
Allah melakukan bagi kita
bukan saja dari apa yang kita minta pada-Nya melalui doa, tetapi Allah bahkan
sanggup mengaruniakan lebih dari apa yang kita minta dan doakan. Rasul Paulus
menulis tentang hal itu demikian: “Bagi
Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau
pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita” – Efesus
3:20.
Kenyataan yang kita hadapi
bisa saja tidak sesuai harapan, banyak penderitaan, tekanan hidup yang semakin
berat bahkan mungkin terasa pintu sudah terkunci dan tiada lagi harapan. Namun,
bisa kita lawan dengan cara merubah atau mengganti cara pandang kita dari cara
pandang mata jasmani menjadi cara pandang mata iman. Kita akan mengalami
kemenangan pada saat kita mau mengganti cara pandang mata jasmani dengan cara
pandang mata iman. Kenyataan hidup memang pahit dan sulit, namun cara pandang
mata iman yang sesuai dengan kebenaran firman Allah akan membawa kita kepada
kehidupan yang diberkati oleh Tuhan. Percaya saja pada Tuhan yang memiliki
kuasa, otoritas dan kedaulatan, maka kita akan mengalami pertolongan dan
keajaiban kuasa-Nya yang dahsyat. Baca juga bahan khotbah Kristen ini: TANGGUNG JAWAB ORANG KRISTEN PART 1.
Post a Comment for "Cara Mengalami Anugerah Allah"