Translate

Murid Yesus Yang Bertumbuh

Murid Yesus yang bertumbuh – Kebanyakan orang tidak mengingat lagi khotbah minggu lalu, bulan lalu, apalagi tahun lalu. Ada beberapa penyebabnya, yaitu, kurang menyimak khotbah atau tidur saat firman Tuhan diberitakan. Namun, penyebab utama adalah firman Tuhan yang didengar tidak dilakukan. 

Murid Yesus yang bertumbuh tentu cara hidupnya tidaklah demikian. Rasul Paulus memberi dalam suratnya kepada Jemaat di kota Kolose sesuai bimbingan Roh Kudus, menulis demikian: “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” – Kolose 2:6-7

Apa yang dikatakan oleh rasul Paulus kepada orang Kristen di kota Kolose tentu masih relevan dengan hidup orang Kristen pada masa kini. Menjadi murid Yesus yang bertumbuh, memang haruslah hidup seperti yang ditegaskan oleh rasul Paulus.

Tuhan Yesus menghendaki supaya murid-murid-Nya bertumbuh semakin dewasa dan mantap di dalam iman kepada-Nya. Berdasarkan Injil Lukas 5:1-11, ada beberapa hal yang bisa dilakukan supaya murid Yesus bertumbuh.


1. Menjadi pendengar firman Tuhan.
Dokter Lukas menulis demikian: “Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumini Dia hendak mendengarkan firman Allah” – Lukas 5:1. Murid Yesus yang bertumbuh harus memiliki sebuah kerinduan yang tinggi untuk mendengarkan firman Tuhan. 

Mendengarkan firman Allah merupakan langkah awal. Aktivitas ini penting, namun hanya langkah permulaan untuk mengarungi kehidupan kekristenan yang penuh liku-liku dan panjang. Mendengarkan firman Tuhan bukan saja melibatkan telinga jasmani, tetapi juga pikiran dan hati kita. 

Rasul Yakobus dalam suratnya kepada dua belas suku Israel yang ada di perantauan berkaitan dengan hal mendengar, menulis demikian: “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” – Yakobus 1:19

Jadi, untuk mendengarkan firman Tuhan, ada proses internalisasi dalam hati dan pikiran dari setiap murid Yesus yang ingin bertumbuh. Firman Tuhan yang didengar diolah dalam hati dan pikirannya, lalu memahami dan menghayati firman itu serta menyimpannya di dalam loh hatinya. Ini merupakan proses awal dalam perjalanan hidup rohani murid Yesus.

2. Menjadi pelaku firman Tuhan.
Murid Yesus yang bertumbuh, tidak terbatas hanya kepada mendengarkan firman Tuhan saja. Harus dilanjutkan dengan tindakan – Lukas 5:2-9. Harus ada tekad untuk melakukan apa yang sudah didengar. Karena kalau berhenti hanya sebagai pendengar, maka akan mengalami apa yang disebut kekebalan hati nurani. 

Rasul Yakobus dalam suratnya kepada kedua belas suku di perantauan, menulis berkaitan dengan menjadi pelaku firman Tuhan. Yakobus menulis dalam bimbingan Roh Kudus, demikian: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” – Yakobus 1:22. demikianUntuk menjadi pelaku firman bukanlah hal yang gampang. Perlu ada penyangkalan diri:

Pertama, penyangkalan diri pada aspek emosi/perasaan – Lukas 5:2-3. Pada poin ini, terjadi pergumulan apakah akan menuruti perasaan atau perintah Tuhan Yesus. Petrus sudah capek dan lelah (terlebih lagi tidak ada hasil yang didapat), tapi Yesus memerintahkan dia untuk kembali ke danau. Petrus berada pada situasi di mana emosi dan fisiknya sedang letih. Tetapi demi melakukan firman Tuhan yang didengarnya, dia harus melawan keletihan fisik dan emosinya. 

Kedua, penyangkalan diri pada aspek intelektual/pikiran – Lukas 5:4-5. Pada tahap ini, pemahaman kita sedang berkonfrontasi dengan perintah Tuhan. Tiga hal yang bisa membuat Petrus mengabaikan perkataan Yesus, "...tebarkanlah jalamu...". (1) Telah sepanjang malam ia dkk mencari ikan tapi hasilnya nihil; (2) Yesus memerintahkan dia untuk menebar jala pada siang hari (nelayan bekerja pada malam hari); (3) latar belakang Yesus adalah tukang kayu (lih. Mrk. 6:3). 

Tapi, Petrus menghormati Yesus. Bukti bahwa Petrus menghormati Yesus, dokter Lukas menulisnya demikian: “Simon menjawab: “Guru,... tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga” – Lukas 5:5b. Petrus mengabaikan pemahaman, pengertian dan pengetahuannya demi tunduk untuk melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan.

Apa hasil dari melakukan perkataan Yesus atau hasil dari melakukan firman Tuhan? Hasil dari melakukan firman : (1) Menerima lebih dari yang dipikirkan – Lukas 5:6. Jala sampai koyak menandakan bahwa Petrus dan kawan-kawan tidak pernah memprediksi hasil sebanyak ini; (2) Menjadi saluran berkat – Lukas 5:7. 

Kehidupan dinilai dari seberapa berarti seseorang (menjadi saluran berkat) bagi sesamanya; (3) Mengenal Yesus dan diri sendiri dengan benar – Lukas 5:8. Dalam Lukas 5:5, Petrus menyapa Yesus dengan sebutan "Guru" (epistata/rabi), tapi pada dalam Lukas 5:8, setelah dia patuh dan menyaksikan keajaiban;  dia memanggil Yesus sebagai "Tuhan" (Kurie → dari kata Kuryos).

3. Menjadi pemberita firman Tuhan.
Dokter Lukas menulis tentang hal itu demikian: “Demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia”. Dan sesudah mereka menghela perhau-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus” – Lukas 5:10-11. Syarat mutlak seorang pemberita firman adalah:

Pertama, sudah melewati tahapan mendengar dan melakukan. Sudah mendengar, berarti dia mau dan sudah belajar. Ada orang berkata, "tidak perlu belajar, yang penting urapannya". Ingat, Yesus dalam kemanusiaan-Nya juga belajar. Sudah melakukan, berarti apa yang disampaikan sudah terlebih dahulu dilakukan. Berjuanglah untuk TIDAK MENGKHOTBAHKAN APA YANG BELUM DILAKUKAN. 


Kedua, Tuhan Yesus menjadi pusat kehidupan. Setelah perjumpaannya dengan Yesus, dia memutuskan untuk meninggalkan segala sesuatu yang menjadi fokusnya selama ini. Yang menjadi pemicu konflik khususnya dalam gereja, adalah kuatnya sikap egois (pementingan diri). Semua umat percaya, terlebih para pemberita firman hendaknya mengutamakan kehendak Tuhan Yesus dan hidup berpusatkan Kristus – Kristosentris. Baca juga: TRANSFORMASI HIDUP BERSAMA TUHAN.

Post a Comment for "Murid Yesus Yang Bertumbuh"